Juli 10, 2011

BERJUANG UNTUK TETAP HIDUP (PART 2)

Tuesday, April 12, 2011

Menganyam tikar dan besek.
Menganyam tikar ini menggunakan mendhong sebagai bahan baku. Biasanya ada beberapa mendhong yang diwarnai merah dan hijau untuk membuat motif. Aku tidak cukup pintar menganyam mendhong coz jarang sekali membantu. Tapi aku pernah ikut melanjutkan menganyam biarpun cuma sebentar. Kalau menganyam besek aku lumayan bisa. Tapi tentu saja juga cuma melanjutkan anyaman lurus tidak sampai membuat sudut. Besek ini terbuat dari bambu2 yang dikuliti dan dipotong tipis2. Bukan tetangga2ku yang menganyam tikar dan besek, tapi tetangga budeku, tempat ibuku dulu dilahirkan dan dibesarkan. Hanya jika aku pas kebetulan main ke sana, aku ikut2an membantu menganyam tikar dan besek.

Membuat jala.
Ini merupakan pekerjaan sampingan nenekku. Sungguh rumit membuatnya. Aku yang pengin banget bisa, seringkali hanya membuat rajutan nenek atau kakekku jadi awut2an. Merajut menggunakan benang nilon atau lawe. Nilon bahannya lebih licin dan harga jualnya lebih mahal. Aku juga tidak bisa membuat pola dari awal. Sesekali melanjutkan pola yang sudah jadi dari nenek atau kakekku. Lumayan memakan waktu. Dalam satu minggu nenek dan kakek kemungkinan hanya bisa menyelesaikan 1 atau 2 buah jala saja. Jala ini untuk menangkap ikan. Biasanya Kang Gendut, anak Mbok Yem yang diminta nenekku untuk menjualkannya ke pasar.

Lempeng dan penganan buatan sendiri.
Rata2 orang2 di daerahku pintar membuat apa saja, memanfaatkan apa saja yang ada. Aku suka memperhatikan nenekku yang rajin membuat aneka penganan dan lempeng dari hasil kebun atau ladang. Membuat gatot, thiwul, getuk, crimping singkong, lempeng singkong. Itu semua berbahan dasar singkong. Jagung biasanya dibuat blendhung atau marning. Sedang garut oleh nenekku suka disulap menjadi lempeng. Lempeng garut buatan nenekku lumayan enak. Nenekku tidak pernah membuatnya khusus untuk dijual tapi seringkali ada orang yang datang untuk membeli atau memesan. Ya, memang membutuhkan ketelatenan untuk membuatnya. Garut direbus kemudian ditumbuk sampai pipih dan dijemur sampai kering. Setelah kering digoreng dengan sebelumnya dilumuri garam dan bawang putih. Enaaaak....

Lempeng juga bisa dibuat dari sisa nasi kenduri. Kalau ga mau ribet, nasi sisa ini dijemur begitu saja sampai kering yang kami biasa menyebutnya karak. Aku dulu sering membantu ibuku membuat lempeng nasi. Nasi dicampur bleng kemudian dikukus. Setelah itu diiris tipis2 dan dijemur mpe kering.
Aku memang ga pernah membuat sendiri aneka penganan dan lempeng seperti yang dulu dilakukan nenekku. Tapi karena dulu hampir tiap hari melihat nenekku melakukannya, aku jadi tahu proses pembuatannya dan hafal di luar kepala dengan sendirinya. Mungkin sekali waktu mencoba membuatnya sendiri boleh juga. Nti klo pas lagi kurang kerjaan... hehe...

Membuat es mambo.
Tentu saja ini baru dilakukan setelah aku duduk di bangku SMP dan SMA setelah kami memiliki lemari es sendiri. Bermula dari hobi, akhirnya menjadi pekerjaan sampingan ibu. Membuat adonan es seringkali dilakukan ibu sendiri. Adonan beraneka rasa dibuat dalam ember2. Kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik kecil2 dan diikat dengan karet. Dulu seringkali ketika sudah kecapean, ibuku membiarkan adonan begitu saja dan ditinggal tidur. Akhirnya dengan terpaksa aku n adikku melanjutkan packing es sampai tengah malam mpe tangan terasa pedih kelamaan memelintir karet. Rutinitasku dulu tiap pagi dari SMP sampai SMA tiap malam, memeriksa freezer, memindah es yang sudah jadi ke atas dan es yang belum jadi ke bawah supaya keesokan pagi es sudah jadi semua. Brrrrr... tangan mpe linu kedinginan. Paginya coz aku berangkat ke sekolah paling siang, aku bertugas menata es ke dalam termos2 es dan menitipkannya ke warung sambil berangkat ke sekolah. Pulang sekolah kalau termos es di warung masih ada, belum diambil ibuku, aku menghitung es yang terjual berapa kemudian membawa pulang termos es. Lama2 karena sudah tidak punya waktu lagi mengurus es2 ini dan dihitung-hitung untungnya juga ga seberapa, akhirnya berjualan es mambo ini berhenti dengan sendirinya. Syukur deh... Cape..... Hehehe... ~_^

Menerima pesanan snack dan nasi box.
Ini yang dulu semasa aku masih SMA dan kuliah yang sering dilakukan ibuku. Ibuku memang pintar memasak. Aku suka arem2 dan lumpia bikinannya. Enak. Ibuku juga bisa membuat lontong sate yang bagus. Tidak gampang lho membuat lontong. Kadang2 bisa kelembekan klo kelamaan kerendem air.
Ibuku memang tidak pernah memasang papan nama di depan rumah tapi heran selalu saja ada yang pesan. Pesanan dari teman2nya dari mulut ke mulut. Saat menerima pesanan inilah saat di rumah terjadi emosi tingkat tinggi. Jika sudah tiba waktunya deadline, ibuku jadi uring2an. Kami paling2 membantu dengan cengar-cengir dan senyam-senyum tidak berani banyak berkomentar. Benar2 melelahkan. Kadang2 begadang mpe malam dan pagi2 sudah harus bangun menggoreng dan packing. Jika benar2 sedang cape, kadang2 aku dan adikku suka melarikan diri sengaja pergi ke mana berlama-lama. Dan aku yang paling sering melarikan diri dengan tidak pulang ke rumah tapi memilih tidur di kost. Hehehehe... nakal. Lagipula ibu sudah dibantu oleh temannya kok.
Karena sering menerima pesenan inilah aku jadi ga suka puding pisang. Udah sangat enegh saking seringnya ibuku menerima pesanan puding pisang.

Membuat arem2 dan lumpia aku tidak terlalu pintar. Paling2 aku cuma bisa membantu membuat adonan isi dan me-mix adonan kulit lumpia dengan mixer, tentu saja dengan takaran adonan yang sudah disiapkan ibu. Mencetak lumpia dan arem2, itu larangan buatku coz hasilnya tidak akan rapi. Hehehe... Hanya akan merepotkan ibu jika hasilnya nanti kurang bagus. Aku hanya boleh mengelem lumpia kemudian menggorengnya. Sedang arem2, paling membantu menata arem2 yang sudah jadi kemudian mengukus dan mengangin-anginkannya jika sudah matang.
Sekarang2 ini ibuku sudah tidak menerima pesanan lagi coz waktu yang sudah tidak memungkinkan. Kesibukan ibu sekarang seabreg. Itu pun sudah membuatnya cukup pusing membagi waktu.

Yah. Apa pun akan dilakukan orangtua demi tetap survive. Demi bisa menghidupi keluarga dan menyekolahkan anak2. Demi bisa membelikan baju, sepatu dan buku2 serta uang jajan bulanan untukku dan adik2ku. Terimakasih ayah, terimakasih ibu. Terimakasih nenek, kakek, mbok yem, mbah kemis, kang gendut, dan tetangga2ku serta teman2 mainku. Aku pernah melewati masa2 indah bersama kalian dan beroleh begitu banyak pengalaman berharga. Sekali lagi terimakasih.

BERJUANG UNTUK TETAP HIDUP (PART 1)

Tuesday, April 12, 2011

Aku dibesarkan di pedesaan yang rata2 mata pencaharian penduduknya bertani. Bertahun-tahun tinggal di lingkungan yang masih hijau dengan ruang gerak yang begitu luas membuatku yang 8 tahun belakangan ini tinggal di kota dengan ruang gerak yang begitu terbatas membuatku sangat merindukan kampung halamanku, rindu masa kecilku. Masa di mana aku belajar banyak hal yang baru sekarang2 ini aku menyadari aku telah belajar begitu banyak dari pengalamanku sehari-hari.

Dulu aku punya waktu bermain yang amat panjang. Ya, selama ayah-ibu tidak di rumah, selama ayah-ibu belum pulang kerja, aku bebas pergi ke mana saja, bermain apa saja dengan teman2 mainku. Tapi begitu ayah-ibu pulang, terutama ibuku, itu pertanda aku harus siap sewaktu-waktu dipanggil disuruh pulang. ‘Ayo mandi’ atau ‘Ayo pulang belajar!’ atau ‘Pulang, makan dulu!’ Hehehe.....

Tapi sebenarnya kalau kupikir-pikir waktu bermainku sudah lebih dari cukup. Dulu main ke tetangga2 dengan beragam aktivitas mereka, buatku itu hal biasa. Tapi sekarang2 ini setelah tidak lagi kujumpai aktivitas2 mereka yang seperti dulu rasanya aku pengin bisa kembali melihat aktivitas2 seperti dulu. Begitu banyak hal yang bisa dilakukan bersama-sama. Rasanya ada banyak waktu berkumpul bersama tetangga2. Rasanya kita jadi lebih dekat satu sama lain. Sekarang2 ini perkembangan teknologi berangsur-angsur sudah merubah mata pencaharian dan pola hidup sebagian besar masyarakat. Ya, kemajuan sudah merambah sampai ke pelosok2. Waktu untuk berkumpul dengan tetangga2 sudah tidak sebanyak dulu lagi. Semuanya sudah disibukkan oleh aktivitas masing2.

Di sela2 bertani, berkebun dan berladang, warga di daerahku rata2 punya pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan mereka. Ya, selama menunggu masa panen, ada begitu banyak hal yang bisa dilakukan. Ada yang miara ikan di kolam, rata2 ikan gurame dan ikan lele. Aku kadang ikut memberi makan ikan2. Gurame dikasih makan daun pepaya atau daun talas sedang lele dikasih makan pelet. Ada juga yang miara sapi dan kerbau. Kerbau rata2 dimanfaatkan tenaganya untuk membajak sawah. Dulu aku paling suka membuntuti tetanggaku yang akan memandikan kerbaunya di sungai. Membawa cemeti di tangannya, tetanggaku menggiring kerbau ke sungai dengan anak cowoknya yang juga teman mainku duduk di atas salah satu kerbaunya. Senangnya.... pengin ikut naik tapi takut..... hiiiiii....
Aku dan beberapa teman dulu sudah hafal dengan jadwal mandi kerbau. Lewat depan rumahku pk.4 sore. Mengikuti dari belakang, kita melihat kerbau2 yang lagi dimandiin, digosok punggung dan badannya sampai bersih dan digiring kembali ke kandang.

Banyak juga yang miara kambing dan domba. Teman2 mainku yang cowok dulu juga punya kewajiban membantu orangtuanya mencarikan rumput untuk ternaknya, ‘ngarit’ kami menyebutnya. Dulu aku pengin banget ikut-ikutan ngarit. Tapi aku ngarit buat apa. Makanya aku pengin miara kelinci atau marmut biar punya alasan untuk ikut ngarit bersama temanku. Keinginan yang tidak pernah kesampaian karena aku tidak diizinkan miara kelinci atau marmut. Ya, orang yang bosenan kek aku cuma bakal semangat di awal, mengkeret di akhir, Nantinya piaraanku cuma bakal ga keurus. Itu artinya menambah kerepotan orangtuaku coz jadi ada pekerjaan tambahan mengurus piaraanku. Bener juga... Hehehe...

Dulu hampir semua rumah miara ayam. Ayam yang tiap malam dimasukkan ke kandang dan di siang hari dibiarkan bebas berkeliaran. Memberi makan ayam. Hehe... itu kadang kulakukan. Ayam2 nenekku. Makanan ayam bervariasi, kadang pipilan jagung, kadang nasi sisa yang dicampur bekatul dan air, kadang padi atau disebut gabah. Jika ayam yang bertelur cukup banyak, kadang diambil beberapa untuk dikonsumsi sendiri. Telur ayam kampung kan lebih sehat. Telur2 yang lain dibiarkan untuk dierami induknya. Jika telur sudah menetas, induk2 ayam menjadi sangat galak. Tak kan dibiarkannya siapa pun mendekat mengganggu anak2nya. So... ditladung pitik alias dikejar-kejar dan dipatuk induk ayam itu sudah biasa waktu itu. Cuma ke nenekku aja si ayam tidak berani macam2, bakal ga dikasih makan ntar. Hehehe....

Dan merupakan sebuah pemandangan yang biasa waktu itu buat tetangga2 yang mau menjual ayamnya, pukul 5 pagi mereka sudah keluar rumah, menanti pedagang ayam yang lewat. Aku dulu senang sekali bisa menyaksikan negosiasi antara nenek atau tetanggaku dengan pedagang ayam keliling. Pedagang2 ini membawa kandang ayam yang ditaruh di belakang sepedanya. Berkeliling ke kampung2 membeli ayam2 dari warga untuk kemudian dijual kembali ke pasar. Biasanya nenekku atau tetanggaku menjual ayam jika ayamnya sedang gering atau sakit atau terpaksa untuk membayar uang sekolah anaknya. Kalau sudah dicapai kesepakatan harga, barulah ayam itu dijual. Aku dan adikku dulu tiap nenekku menjual ayam, selalu dapat jatah 500 perak per orang. Hehe mayan buat uang jajan.... ^_^

Ada beberapa tetangga juga yang miara bebek, mentog dan angsa. Angsa ini telurnya gedhe2. Kalau bertelur kadang sembarangan. Di tengah jalan atau di kebun pun jadi. Lumayan kalau pas main nemu telur angsa. Kalau rombongan angsa lewat, kami biasanya memilih menyingkir coz mereka terkenal galak2. Xixi serem.
Aku sama sekali tidak takut dengan hewan2 piaraan ini. Terkecuali angsa, harus ekstra hati2 daripada kena sosor. Main di kandang hewan2 ini dulu hal biasa buat kami. Kadang2 minta kotoran kambing, kerbau atau sapi yang sudah rada lama dan bercampur dengan tanah dan jerami, sangat bagus untuk pupuk. Bau sih, tapi ga terlalu menyengat kek kotoran yang masih baru. Dan sudah bukan hal yang asing waktu itu kalau lagi main ga sengaja menginjak kotoran hewan coz memang banyak bertebaran di jalan2, sedang kami waktu itu terbiasa bermain-main sambil bertelanjang kaki alias nyeker.

Oh ya, aku beberapa kali menyaksikan proses kelahiran sapi tetangga. Lumayan seru. Ditungguin rame2 mpe pagi dan kemudian dibantu saat proses kelahirannya. Dan lahirlah sapi kecil yang warnanya kemerahan. Lucuuuu....

Selain miara ternak, tetangga2ku juga punya pekerjaan sampingan lain. Membuat gerabah, memproduksi emping, membuat lempeng, membuat genting dan batu bata. Membuat gerabah ini cukup banyak dilakukan oleh tetanggaku. Mbok Yem, adik nenekku yang mengasuhku sejak kecil juga membuat gerabah. Aku mpe apal proses pembuatannya yang cukup rumit dan memakan waktu yang lama tapi harga jualnya sangat murah tak sebanding dengan jerih payah mereka. Aku jadi ingat, dulu waktu masih kecil, berumur sekitar 1-2 tahun, sambil mengasuhku, mbok Yem tetap membuat aneka gerabah. Aku tertidur terayun-ayun di punggungnya, diikat dengan selendang supaya tidak jatuh. Sedang Mbok Yem tangannya yang satu sibuk memutar terbot pembuat gerabah, tangannya yang lain sibuk membuat pola gerabah. Senang terayun-ayun dalam gendongannya membuatku tertidur cukup lama. Apalagi mbok Yem membuat gerabah di tempat yang sangat semilir, banyak angin. Jadi kangen Mbok Yem....
Mbok Yem makasih dulu sudah menjaga dan mengasuhku dengan amat baik.....

Membuat batu bata.
Aku paling suka ikut2an mencetak bata. Memasukkan adonan ke dalam cetakan, meratakannya kemudian membuat simbol2 penanda tiap bata dengan jari. Tangan, kaki dan baju berlepotan lumpur tapi seru.
Bata2 yang sudah dicetak kemudian dijemur hingga kering. Tidak boleh dijemur di bawah sinar matahari yang terlalu terik, cukup diangin-anginkan saja. Jika sudah kering siap untuk dibakar. Membakar bata ini merupakan hal yang sangat menyenangkan. Biasanya dibuat besar2an coz beberapa pemilik bata dengan bata2 yang masing2 sudah ditandai dibakar bersama-sama supaya lebih menghemat tempat, waktu, tenaga dan kayu bakar. Proses pembakaran berlangsung semalaman so kebanyakan bapak-bapak jadi pada bergadang menunggu api supaya tetap menyala. Semuanya memakai sarung dan peci, ngobrol sampai malam ditemani kartu remi dan aneka cemilan. Aku baru boleh ikut bergabung dengan mereka sampai malam jika keesokan hari sekolah libur. Jadi ingat dulu untuk menjaga supaya kita tidak digigit nyamuk, kita membakar onthel. Onthel ini bunga pohon kluwih, semacam nangka tapi lebih kecil, bentuknya bulat. Onthel ini warnanya coklat panjang kayak ular. Jika dibakar sangat manjur untuk mengusir nyamuk2 pengganggu.

Membakar gerabah lain lagi. Tiap rumah yang punya usaha sampingan membuat gerabah biasanya punya tempat pembakaran sendiri. Tempat pembakaran ini kami biasa menyebutnya ‘kobongan’. Tetangga2 yang ga punya cukup lahan untuk membuat kobongan, biasanya mereka nitip membakar atau pinjam pembakaran. Membakar gerabah tidak selama membakar batu bata tapi jika kuperhatikan cukup melelahkan coz sebentar2 api harus dijaga agar tidak padam. Peluh bercucuran coz udara di depan pembakaran yang sangat panas. Gerabah2 yang sudah selesai dibakar biasanya didiamkan dulu selama beberapa jam supaya panasnya hilang. Hasil pembakaran untuk cobek biasanya berwarna hitam sedang keren dan perlengkapannya berwarna merah. Aku tidak tahu bagaimanakah pengaturannya supaya warnanya bisa begitu, sepertinya dari peletakkannya waktu proses pembakaran. Ditaruh di atas atau dekat dengan api akan memberi efek warna yang berbeda.
.
Menjual gerabah yang sudah jadi pun cukup merepotkan. Tetanggaku biasanya mengangkutnya dengan keranjang gedhe yang ditauh di atas sepeda, kemudian menjualnya berkeliling dari rumah ke rumah dan terakhir baru ke pasar. Berangkat subuh dan baru pulang sore hari. Sungguh perjuangan yang berat ya. Mereka benar2 pejuang yang hebat. Aku ga yakin apa aku bisa melakukannya.

KENAKALAN DI MASA KECIL (PART 2)

Monday, April 11, 2011-04

Masih cerita dari masa kecilku....

Ladang.
Dulu di daerahku ada hamparan ladang yang digarap oleh kakekku dan tetangga2ku. Aku tidak tahu sebenarnya ladang2 itu punya siapa yang aku tahu ladang itu sudah dikapling-kapling dan tiap kapling punya penggarapnya sendiri2. Bermain di ladang yag berada di sepanjang aliran sungai ini amat menyenangkan buatku. Kalau musim menyemai benih jagung atau kacang tanah, dengan senang hati aku akan membantu nenek dan kakek. Kakekku sudah membuat lubang2 berjarak 20-30cm. Tiap lubang kami isi dengan 4-5 butir biji jagung atau kacang tanah. Setelah itu ditimbun dengan tanah memakai kaki. Membantu kakek seperti ini rasanya seperti bermain saja coz banyak teman2ku yang juga sama2 melakukannya. Jika jagung sudah tumbuh dan mulai berbuah, baby corn, tentu saja kami mendapat mainan baru lagi. Main boneka2an. Jagung2 langsing dengan rambut beraneka warna, ada yang pirang, ada yang coklat, ada yang merah dan ada juga yang putih. Kami gunakan untuk bermain wong2an (orang2an). Ngobrol sendiri sudah sangat biasa waktu itu. Kadang2 juga rambut yang beraneka warna ini kami kumpulkan untuk mainan jual2an, dianggap sebagai mie.

Jika saat panen jagung tiba, itu juga sangat menyenangkan buat kami. Mengupas jagung rame2. Memipil biji2 jagung dengan tangan. Biasanya aku suka mengumpulkan biji2 jagung yang berwarna-warni. Warna merah, putih dan kuning, dipisah dalam wadah yang berbeda, buat main dokter2an. Biji jagung kami gunakan sebagai obat.
Dan untunglah nenek-kakek tidak pernah memarahi kami biarpun sambil membantu sebenarnya kami cukup mengganggu kerja kakek dan nenek. Dan betapa menyenangkannya tiduran di atas hamparan pipilan jagung. Rasanya dingin. Dan untunglah badan kami tidak pernah jadi gatal2 karenanya.

Ladang di daerahku ditanami tanaman dengan sistem tumpang sari. Selain jagung dan kacang tanah juga ditanam kacang panjang, singkong, pepaya, garut dan aneka umbi2an. Juga terung dan cabe rawit. Bermain di ladang merupakan kesenangan tersendiri buat kami. Main petak-umpet, ngumpet di antara tanaman yang mulai tinggi lumayan susah dicari. Apalagi area ladang cukup luas. Di ladang ada juga semacam tanah lempung yang digali untuk membuat gerabah. Akibat penggalian yang terus-menerus terciptalah sebuah goa. Hehe mayan buat berteduh waktu panas dan ngumpet waktu main petak umpet.

Mencari jangkrik.
Ya, jika musim jangkrik kami biasanya mencari jangkrik untuk dipiara. Dibuatkan rumah2an dari batang2 bambu yang disusun dibuat bertingkat. 1 kandang biasanya untuk 2 ekor jangkrik dengan kandang terpisah yang dibuat bertingkat. Tentu saja aku tidak bisa membuat kandangnya sendiri. Biasanya aku minta teman, Kang gendut atau kakekku membuatkannya untukku.
Berlomba-lomba jangkrik siapa yang suaranya paling kenceng. Mengerik tiap malam menemani tidur kami. Dan dengan telaten kami memberi makan jangkrirk dengan daun krokot dan cabe rawit supaya suaranya semakin nyaring.
Dan dulu aku selalu saja salah membedakan mana jangkrik jantan, mana jangkrik betina, mana yang suaranya kenceng mana yang lemah. Akibatnya aku sering kecewa menunggu beberapa malam, jangkrikku tidak juga mengeluarkan suara nyaringnya. Belakangan aku tahu, jangkrikku ternyata jangkrik betina. Hehehehe....

Pernah sekali, waktu main kami menemukan buah semangka di antara tanaman merambat kakekku. Sepertinya tidak sengaja tumbuh. Kami senang sekali menemukannya. Semangka itu kami tendang2 seolah-olah itu bola. Sampai akhirnya semangka itu pecah kemudian dimakan rame2.
Di ladang juga kami biasa mencari buah asem yang berjatuhan dan aneka buah liar lain yang enak buat dimakan. Wuni dan widara yang tumbuh liar di pinggir2 sungai. Buah widara rasanya manis sedang wuni rasanya sangat asam. Kadang2 aja yang warnanya merah agak manis.

Sungguh sayang kemudian ladang ini diambil alih oleh pihak swasta dan sekarang sudah beralih fungsi jadi perumahan. Huehue.... Kami kehilangan tempat main kami yang dulu kami gunakan juga untuk tempat piknik2an. Membawa tikar dan rantang nasi. Seolah-olah lagi piknik.

Dulu aku terbiasa bangun pagi2. Pukul 05.00 dalam kondisi belum mandi sudah keluyuran ke kebun2 tetangga mencari melinjo dan kecik. Kami berusaha bangun sepagi mungkin supaya tidak keduluan pencari melinjo dan kecik yang lain yang tak lain tak bukan teman2ku sendiri. Kami kumpulkan melinjo dan kecik itu untuk dijual ke tetanggaku yang memproduksi emping. Lumayan buat nambah2 uang jajan. Dan parahnya aku dulu suka mencari melinjo ke belakang rumah tetanggaku yang memproduksi emping itu. Di belakang rumahnya ada banyak melinjo2 yang memang sengaja dibuang karena kopong (tidak ada isinya). Karena ketidaktahuanku dan keinginan mengumpulkan melinjo sebanyak-banyaknya, kukumpulkan melinjo2 itu dicampur dengan hasil hunting ke kebun tetangga.
Jika sudah terkumpul banyak, aku janjian dengan teman2ku untuk menjualnya rame2. Hayo siapa yang dapetnya paling banyak????

Memanfaatkan apa yang ada di sekitar kami itu sudah biasa buat kami. Jika lagi main kami merasa lapar, kami memanfaatkan buah2 yang tumbuh liar di sekitar kami untuk dimakan. Bengkoang yang biasa tumbuh liar di ladang, pucuk2 daun mlanding, garut mentah, singkong muda mentah yang rasanya manis, pepaya, jambu. Jika haus kami minum air dari genthong tetangga terdekat. Air mentah. Tetap sehat tuh....
Jika waktu main kami terluka, biasanya kena beling, kena paku atau terjatuh hingga berdarah, kami kemudian mencari ganclong, meneteskannya langsung ke luka kalau tidak air liur bekicot. Itu obat luka yang sangat manjur. Jika demam, kami mencari pohon kecubung dan mengusar-usarkan daunnya yang sudah diremas-remas ke dada. Dijamin demam akan cepat turun.

Terlalu banyak hal2 menyenangkan di waktu kecil. Ga akan cukup waktu buatku menceritakannya satu per satu di sini. Dan pengakuanku ke orangtuaku yang membuat mereka tertawa, dulu waktu kecil aku suka memprovokasi adikku, untuk bangun tengah malam mengendap-endap keluar dari rumah untuk nonton latihan pertunjukan jathilan. Ya, dulu aku suka banget nonton jathilan. Latihan dilakukan di malam hari sampai pk.11 malam. Larangan keras buatku untuk keluar malam. Coz aku tidur di rumah nenek yang biarpun berdempetan dengan rumah yang ditempati ayah-ibu tapi berbeda pintu, so aku bisa keluar dengan aman tanpa ketahuan ayah-ibu. Tapi pernah ketahuan sekali oleh ayahku. Ayah menyusulku ke tempat latihan jathilan, disuruh pulang. Hehehe..... maaf.....

Itulah kenapa aku sangat ingin punya sawah, kebun dan kolam sendiri karena aku tumbuh dan dibesarkan di sana. Aku ingin sekali bisa mengulang masa2 menyenangkan seperti dulu yang aku tahu meskipun bisa, tetap tidak akan bisa sama. Tidak ada lagi teman2 mainku seperti dulu. Tidak ada lagi gelak tawa dan kekonyolan2 seperti dulu. Hmmmm.... kangeeen....

Aku juga ingin anak2ku nanti juga merasakan bersahabat dengan alam. Ya, meskipun tidak akan bisa sama seperti yang kualami waktu kecil dulu paling tidak mereka tahu alangkah menyenangkannya dunia luar itu. Dunia tanpa dibatas tembok dan teknologi.
Wish wsih I wish....

KENAKALAN DI MASA KECIL (PART 1)

Monday, April 11, 2011-04

Bernostalgia tentang masa kecil merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan. Berulangkali kami saling berbagi tentang pengalaman dan kenakalan masa kecil. Bercerita dengan teman2 kostku yang akhirnya aku tahu mereka tak kalah badungnya dengan aku.
Bercerita dengan ayah-ibu. Hehehe... ini seperti sebuah pengakuan kenakalan dari masa kecil yang kemungkinan mereka tidak tahu klo dulu aku pernah melakukan kenakalan2 itu. Baru bercerita sekarang2 ini, itu amat sangat aman coz ga bakal dimarahi. Malahan menjadi lelucon bagi kami sepanjang malam.

Beberapa waktu yang lalu setelah makan malam bareng2 anak kost, kami saling share tentang kenakalan2 di masa kecil. Saling menunjukkan sekrup2 bekas2 luka yang ada di siku, lutut, tangan dan kaki. Hohohoho.... ternyata bekasnya ga bisa ilang ya.
Siku dan lututku memang dulu sering harus menjadi korban, akibatnya sampai sekarang jika diperhatiin ada banyak bekas luka hitam2. Tak terhitung dulu berapa kali aku terjatuh, siku dan lutut berdarah. Telapak kaki kena jeruji sepeda. Kaki kena beling atau duri. Lengan dan tangan banyak luka gores kena duri, semak2 atau ranting yang tajam. Hohoho.... dulu memang jatuh bukan halangan untuk bersenang-senang. Kapok paling sesaat, luka sembuh, trauma pun hilang.

Dulu ruang bermainku memang luas dan tak terbatas. Sungai, parit, ladang, sawah, kebun, kandang sapi-kerbau-bebek-ayam tetangga, kolam ikan tetangga, perapian gerabah tetangga, bukit dan bahkan kuburan.
Teman main yang banyak membuat bermain terasa begitu menyenangkan. Aku dan teman2ku tidak pernah kehabisan ide besok bakal main apa. Kami memang tidak punya banyak mainan buatan pabrik karena kami tidak dibiasakan dibelikan mainan sejak kecil. Kami bermain-main dengan apa yang ada di sekeliling kami. Memang beberapa kali aku dibelikan mainan oleh ayah-ibuku. Kebanyakan memang aku yang minta dibelikan waktu ikut ayah-ibu ke toko. Mainanku dulu kebanyakan mainan untuk anak cowok. Boneka aku kurang suka. Mungkin karena teman mainku banyak cowoknya.

Koleksi mainan yang aku masih ingat helikopter mini, kereta api panjang lengkap dengan rel-nya, mobil2an (aku punya cukup banyak seperti truk, jeep, sedan), pistol air dan peluru, kelereng. Mainan bongkar pasang aku punya cukup banyak, baik yang berbahan plastik atau kayu. Boneka koleksiku sangat minim. Yang aku ingat cuma boneka bayi yang dulu suka kugendong ke mana-mana. Belakangan setelah aku pintar membongkar-pasang boneka, lepaslah kepala boneka dari badannya.
Mainan yang dulu paling kubanggakan coz teman2 mainku tidak ada yang memilikinya dan yang membuatku betah ber-jam2 memainkannya yaitu kereta api. Kereta api mainan yang bisa berjalan sendiri menyusuri rel yang dirangkai melingkar-lingkar. Kereta ini bertenaga baterai. Yang aku ingat, akhirnya aku terpaksa harus berhenti memainkannya coz dirusak oleh tetanggaku cowok yang marah gara2 kularang ikut bermain bersamaku. Jika diperbolehkan seperti biasa dia pasti akan memonopoli mainanku. Huehuehue.....tegaaaa...... 

Tapi bermain dengan mainan buatan pabrik lama2 membosankan. Kami lebih suka bermain di luar ruang yang pastinya lebih seru.
Main petak umpet, gobak sodor, kasti, benthik, boi2nan, cing-ciripit, jamuran, cublak2 suweng, ingkling, dan masih banyak lagi aneka permainan yang tak pernah bosan2 kami mainkan secara bergantian.

Jika musim angin, kami bermain layang2. Aku pun tak mau ketinggalan, dengan senar yang digulung di bekas kaleng susu, mengudaralah layang2 kami di ladang yang masih banyak area lapang. Jika bosan, senar dan kaleng susu ini kami jadikan telepon2an dengan mengulur senar panjang menghubungkan rumahku dan rumah tetanggaku. Xixixixi...

Main rumah2an.
Ini pun ada banyak variasinya. Kadang2 bermain dengan boneka2 kertas yang kami sebut wong2an. Kalau bosan bikin rumah2an dengan memanfaatkan kolong tempat tidur yang kami sulap seolah-olah tempat tidur bertingkat yang ditutup dengan kain jarik dapat minjem dari nenek. Kadang2 kami mpe tertidur beneran di kolong tempat tidur.
Kadang2 juga main rumah2an ala tarzan. Kami biasanya bikin rumah2an diantara pepohonan. Memanfaatkan akar tanaman untuk memanjat ke atas. Seperti rumah pohon. Serunyaaaa...... Kadang2 disitu kami memasak beneran. Dengan mainan masak2an terbuat dari gerabah yang rata2 nenek2 kami bisa membuatnya. Ya, dulu daerahku memang rata2 penghasilan penduduknya ditopang dari bertani dan membuat gerabah. Memasak seadanya bahan yang bisa kami dapat di kebun. Hmmm... biarpun rasanya ga terlalu enak, tapi enak2 saja kami makan rame2. Dan beruntunglah kita ga pernah jadi sakit perut karenanya. Hehehehe....

Jika lagi musim ikan dan udang. Kami rame2 memancing. Aku pun dulu pengin banget ikut memancing. Aku dibuatkan pancing sendiri oleh kakekku. Tapi malang aku belum pernah dapat ikan. Memang ga bakat jadi pembunuh ikan. Xixixi.......
Kalau memasang udang, aku belum pernah melakukannya. Cuma melihat tetangga2ku yang suka memasang perangkap di sungai. Besek yang di dalamnya dikasih adonan bekatul (aku tidak tahu dicampur apa tapi yang jelas diaduk dengan air) yang ditaruh di sela2 bebatuan dan dibiarkan semalaman. Keesokan hari ketika diambil besek itu sudah penuh dengan udang besar dan kecil. Wow wow wow....

Dulu sungai2 di daerahku memang masih produktif. Airnya belum keruh seperti sekarang. Kadang2 ikan2 yang berhilir-mudik pun kelihatan. Kadang2 kami mencari kijing. Sejenis kerang yang jika dimasak rasanya enak. Kayak makan ikan.
Main di sungai, itu adalah hal paling menyenangkan buatku waktu masih kecil. Kami terbiasa mandi rame2 di sungai sepulang sekolah. Jika ada batang pohon pisang yang terbawa air sungai, itu kami naiki secara bergantian. Serasa naik perahu.
Kadang2 ada pisang yang lewat dekat kami. Bukan pisang buah pisang tapi limbah buang hajat orang di hulu sungai. ‘Ada pisang lewat.... ada pisang lewat...’ Dan secara otomatis kami akan menyingkir tidak mau tersenggol pisang itu. Hihihihi....
Main di sungai biarpun airnya tampak jernih, tapi nanti akan berakibat kulit kami menjadi bersisik. Jika digaruk akan tampak guratan2 putih. Ini pertanda sebenarnya airnya kotor. Kadang2 sebelum pulang kami membilas badan di belik (mata air) yang tak jauh dari sungai. Airnya benar2 jernih dan segar. Sekarang sepertinya belik itu sudah tidak ada lagi coz tidak ada lagi yang merawat dan menggunakannya. Sayang sekali.....

Sayangnya aku merasa tak pernah cukup puas bermain-main di sungai. Selalu saja ada orang yang aku tidak pernah tahu siapakah dia, selalu lapor ke ibuku. Akibatnya ibuku selalu saja mengganggu keasyikan main kami dengan teriakan khas-nya...’Ayo mulih!!!!!’ (Ayo pulang!!!!).
Ya, bermain di sungai apalagi mandi di sungai memang larangan keras buatku dan adik2ku. Ini yang kadang2 membuatku super iri dengan teman2ku. Dan sekarang2 ini sambil berkelakar, tentang tidak bisanya kami berenang, ini semua akibat ibu yang dulu melarang kami main ke sungai. Ya, teman2 mainku jago berenang semua.
Sekarang2 ini sungai2 di daerahku sudah tidak lagi menyenangkan seperti dulu. Airnya keruh, banyak sampah di sana-sini. Ikan2nya pun sudah tidak sebanyak dulu. Akibat indrim yang merajalela. Ambisi demi mendapatkan banyak ikan dengan cepat tanpa memperhatikan future responsibility.

ES DUREN MURAH MERIAH

Friday, July 1, 2011

Seperti biasa, kalau jajan kami selalu mencari makanan yang enak dan kalau bisa murah meriah. Dan kali ini, aku, Lia, Okty, Indra dan Aan yang semuanya bocah2 Yogya, kami icip2 Pujasera murah meriah di seberang Bandung Indah Plaza, Jl. Merdeka Bandung.

Dan hohoho..... Bukan pilihan yang salah.
Daftar menu sungguh membuat kami termenung lama. Bingung mau milih yang mana. Terlalu banyak pilihan menu. Tertera tulisan kecil2 puluhan menu makanan dan minuman yang semuanya MURAH.
Harga makan berat Rp.5.000 – Rp.12.000,- Rata2 makanan dihargai 7 – 8,5 ribu. Gimana ga murah coba. Batagor yg semangkok isinya 4-5 buah dihargai 5ribu, mie ayam rica2 yang ayam dan jamurnya banyak banged Cuma 8,5 ribu, beef steak sudah sepaket dengan kentang goreng atau bisa juga diganti nasi cuma 12 ribu. Dan yang paling membuat kami antusias, es duren. Rata2 dijual 17-20 ribu. Dan pilihan kami jatuh ke es duren murni dan es duren brown sugar seharga 17 ribu.
Enak bo. Aku yang tadinya ga doyan duren setelah yang kedua kalinya ke sono jadi doyan.
Bakal ketagihan dah.

Hmmm.......
Yummy...............

Menu yang aku sudah coba dan kataku recommended banget adalah es duren brown sugar dan mie ayam rica2. Es pisang ijo seharga 5 dan 7,5rb juga patut dicoba. Klo nasi rawon kataku standar banget coz aku sudah terlanjur jatuh hati ma rawon Cabe Rawit yang TOP banget. Seharga 15ribu tapi MANTAPH.

JALAN – JALAN KE MUSEUM GEOLOGI

Friday, July 1, 2011

Hari minggu, 19 Juli 2011, akhirnya kesampaian juga aku exploring Museum Geologi Bandung setelah berkali-kali bikin plan bersama Tiut mau ke sana dan berkali-kali pula gagal. Aku ke sana ditemani Lia temanku SMA dulu yang sejak Sabtu siang berada di Bandung.

Berangkat dari kost pk.09.30. Setelah 30 menit perjalanan akhirnya sampai juga di Jl. Diponegoro No. 57, tempat museum Geologi berada.

Di hari Minggu museum ini buka pk.08.00 s.d. 13.00. Hari2 biasa buka pk.08.00 s.d. 15.00 kecuali hari Jumat dan hari libur nasional, museum tutup. Waktu aku tanya via telepon, masuk ke museum ini tidak dikenai biaya. Terkecuali untuk rombongan ada biaya tersendiri untuk pemutaran film.
Dan memang benar, sampai di sana kami hanya diminta mengisi buku tamu saja. Sama sekali tidak dipungut biaya. Waktu aku tanya ke mbak petugas, katanya kalau perseorangan pengin ikut nonton film boleh saja. Nebenk rombongan lain. Kita bisa tahu kapan saat pemutaran film dari pengumuman lewat microfon.

Benar2 sebuah kesalahan datang ke museum Geologi di hari minggu. Keadaan museum cukup crowded dipenuhi oleh rombongan anak sekolah yang rata2 SMP. Ya karena kebanyakan item2 yang dipamerkan di museum ini berhubungan dengan materi pelajaran SMP. Waktu itu sedang ada rombongan siswa SMP dari Purworejo – Jawa Tengah dan dari beberapa sekolah lain yang rata2 dari luar kota. Hohoho.... benar2 tidak nyaman untuk berfoto. Narsisnya jadi berkurang banyak dah...... ~_^

Lumayan menarik.
Dan tempat yang paling menarik adalah tempat bersemayamnya kerangka2 Dinosaurus dan sebangsanya. Hihihihi.... Juga batang2 kayu yang memfosil dengan sempurna sungguh membuatku n Lia tersepona.
Wuuuiiih...... keyen bangeeeed. Berapa ratus jutakah kalo dijual?

Aku jadi tahu seperti apakah bentuk emas, batu bara, minyak bumi yang belum diolah. Skema penyulingan minyak dilengkapi dengan hasil nyata penyulingan. Melihat berbagai macam batuan termasuk di dalamnya batu2 kristal dan kuarsa yang benar2 cantik, tekstur tanah, tekstur lautan. Pengetahuan detail tentang bencana alam, di antaranya gunung meletus, gempa bumi dan tsunami. Kesemuanya itu teorinya pernah kupelajari sewaktu SMP dulu.

Sungguh beruntung pelajar2 SMP yang berkesempatan mengunjungi museum ini. Selain mempelajari teori, mereka juga bisa melihat bentuk nyata dari materi yang mereka pelajari. Ooooh.... andai dulu aku juga memperoleh kesempatan yang sama.

Yeaah.... Tidak apa2 aku dulu belum bisa mengunjungi museum ini. Tapi nanti, jangan sampai anakku mengalami hal yang sama denganku. Akan kuperkenalkan kau pada fosil2 dinosaurus nak. Xixixixixi........