September 13, 2011

CANDI IJO DAN SUNSET DI SANA



 Setiap kali bikin rencana mau ke Candi Ijo selalu saja gagal dan gagal. Pergi tanpa perencanaan atau secara spontan malah akhirnya selalu kesampaian. Seperti halnya kali ini. Seusai reuni aku mengajak Selly untuk menemaniku ke Candi Ijo. Anak2 yang lain pada ga bisa ikut coz sekarang mereka sudah tidak leluasa lagi pergi2 dengan adanya si kecil yang menjadi tanggung jawab mereka. Sedang Aji n Dinar sudah punya plan sendiri.

Berbekal ingatanku bahwa Candi Ijo masih satu area dengan Candi Ratu Boko, tinggal mengikuti penunjuk arah saja, akhirnya aku dan Selly benar2 merealisasikan cita2ku untuk ke Candi Ijo. Jalan benar2 crowded. Yah, hari lebaran ke-3, masa2 saling bersilaturahmi dan masa refreshing bagi para pemudik. Yang seharusnya ½ jam sudah sampai, kita tempuh hampir satu jam, baru sampailah kita di Prambanan. Sebelum perempatan Prambanan dari arah Yogya kita belok ke kanan. Terus saja lurus. Abaikan Candi Ratu Boko yang letaknya persis di pinggir jalan yang menuju ke sana musti meniti 200 buah anak tangga. Sampai akhirnya kita lihat penunjuk arah Candi Ratu Boko lagi, kita belok kiri. Berjalan lurus melewati area persawahan dan beberapa pemukiman penduduk. Nanti di perempatan ada penunjuk arah lagi. Ke kiri Candi Ratu Boko yang jalannya lumayan menanjak, lurus terus belok kanan ke candi Banyunibo, belok ke kanan ke Candi Ijo.

Langsung saja kita ke arah Candi Ijo. Melewati perkampungan penduduk yang tampak sepi. Sesekali kita melewati warung. Di salah satu warung kita berhenti coz bingung, di depan kita ada pertigaan. Kita musti belok ke mana?
Ini bayanganku....
Ternyata kita harus ambil jalan yang ke kiri. Jalannya boleh dibilang belum bagus tapi cukup lumayanlah coz tidak terlalu terjal. Cuma harus berhati-hati coz selain di beberapa ruas jalan ada pasir dan batu kerikil, jalan benar2 menanjak yang rasanya seperti tak berujung. Tanjakan tidak terlalu curam tapi cukup membuatku ketir2 coz aku tidak pernah membawa motor sendiri melalui medan yang menanjak. Benar2 ngosh-ngoshan. Selly tak putus2nya umak-umik membaca doa. Xixixixixi...... lebaiiii....

Melihat penunjuk bensin yang sudah hampir ke merah tambah membuatku was2. Duh.... Mana ga ada yang jualan bensin. Klo harus mendorong motor di jalan menanjak gini mampuslah. Belum lagi kaca spion-ku yang ga mau diajak kompromi. Ikuta-ikutan berdoa di sepanjang jalan. Huehuehue.....
Motor dapat minjem dari babe. Tumben si babe ga perhatian ama motornya. Xixixixi.....
Sebenarnya soal bensin aku ga begitu khawatir juga coz kulihat ada barang yang menjual bensin. Klo kepepet baru aku akan beli ke sana. Rada khawatir beli bensin tidak di pom bensin.

Setelah tanya ama bapak2 di pinggir jalan dan dijawab klo Candi Ijo masih ½ kilo lagi, rada lega lah kita. Kita tidak salah jalan. Moga2 bensin mencukupi.
Benar2 perkampungan yang sepi. Kulihat tak ada penerangan di sepanjang jalan. So, klo ke sana pulangnya jangan mpe kemalaman. Selain gelap, suasana benar2 spokiiiiy...... hihihihihi....

Kawasan di sana terlihat tandus. Mungkin juga karena musim kering. Banyak pohon yang meranggas. Jalan benar2 berdebu. Daerah itu ternyata daerah penggalian batu kapur. Di mana2 terlihat bongkahan2 batu kapur dan batu2 yang kelihatan lebih keras, ga tahu apa namanya yang siap angkut. Ada juga perbukitan batu kapur memanjang yang terlihat masih ada sisa2 aktivitas penggalian di sana. Mungkin para pekerja sedang libur Lebaran jadi tak nampak seorang pun di sana. Lumayan bagus jika dilihat dari kejauhan. ‘Nti pulangnya mampir yak’, kata Selly.....’Berfoto biar serasa di Amerika.’ Hehehehehe....

Hohohoho.... finally sampai juga di Candi Ijo.
Masih sepi. Ada tempat parkir khusus motor yang lumayan teduh coz ada atapnya dan berlantai semen dengan beberapa motor yang terparkir di sana. Di samping parkir motor kulihat sebuah mobil Avanza hitam ber-plat AB dengan beberapa cowok yang sedang membongkar mesin mobil. Hohoho.... kepanasan ya pak. Bisa dimaklumi coz dari knalpot motorku juga tercium bau gosong.
Masih dlm tahap pemugaran.
Meja persembahan di dalam candi yg paling besar
So... klo berencana mau ke sana, kondisi kendaraan harus benar2 prima daripada nanti bakal kerepotan di jalan.


Dari kejauhan kita dipanggil bapak security, diminta ke pos dulu untuk mengisi buku tamu. Masuk area candi tidak dikenai biaya, tapi dimintai donasi seikhlasnya.

Candi Ijo

Sepertinya nantinya area candi Ijo bakal lumayan luas coz kulihat di area bawah sedang ada pemugaran. Area candi sebelah atas sudah selesai dipugar. 4 candi berdiri megah di sana. 1 candi besar dan 3 candi yang lebih kecil berukuran sama di depannya.
Angin berhembus semilir. Rasanya benar2 damai di sana. Betah duduk berlama-lama di sana. Mungkin juga coz kita ke sana sudah sore, sekitar pk.16.00 kita baru sampai. Beruntung Dinar membawakanku sifon cheese cake ‘Kobayashi’ kesukaanku. Mayan buat pengganjal perut. Thanks ya Nar...... :)
Dan untung juga Selly ada membawa 1 botol air mineral, jadi tidak seret.

Memang benar candi Ijo, candi yang letaknya tertinggi di Pulau Jawa. Untuk mencapai sana saja tanjakannya serasa ga habis2 dan waktu kita melihat ke bawah, Yogya benar2 terlihat sangat jauh. Hohoho... kita setinggi ini.
Tapi sayangnya sore itu di area bawah rada berkabut jadi tidak terlalu jelas melihat ke bawah.

Di dalam candi yang besar, ada sebuah meja persembahan. Mungkin dulunya dipakai untuk upacara. Sedang di dalam candi2 yang kecil, di dalamnya ada patung2 yang aku ga tahu itu patung apa.
Ga kebayang, para leluhur di zaman dulu tiap mau bersembahyang ke Candi Ijo, musti jalan kaki berkilo-kilo meter dengan jalan yang menanjak pula. Hebat ya para leluhur kita.

Lingkungan candi kulihat benar2 bersih dan terawat. Sepertinya bapak penjaga di pos yang selalu menjaga kebersihan dan merawatnya. Sayangnya kita tidak bisa leluasa melihat-lihat coz ada beberapa pasangan ABG yang lagi pacaran di sana. Xixixixixixi......

Tadinya memutuskan akan cepat2 pulang coz takut bakal kemalaman. Ga kebayang jalan menurun yang gelap gulita dengan kondisi bensin yang mepet. Hiiiiiiiiiii.......
Tapi sunset yang indah di depanku membuatku melupakan segalanya. Harus memfoto dan difoto. Narsisnya keluar dah. Ga lupa saling minta tolong motoin ke 2 cowok yang kulihat juga tak kalah narsisnya. Tapi sayang, waktu aku dimintai tolong mereka untuk memotret, kulihat indikator baterai kamera mereka sudah protes minta di-charge. Hohohoho.... Kasihan.... Dua kali jepret aja ya....










Aku sempat bertanya ke dua cowok ini tentang candi Banyunibo. Ternyata mereka baru saja ke sana. Katanya letaknya dari papan penunjuk arah tidak terlalu jauh. Candinya kecil, cuma ada 1 candi saja.

Melenggang dengan hati senang coz kita bisa mendapat kehormatan menyaksikan dan berfoto dengan sunset yang cantik di Candi Ijo, akhirnya kita turun dengan kondisi jalan yang sudah mulai remang2. Tak lupa mampir sebentar di area penggalian batu kapur untuk mengambil gambar. Di sana ada beberapa anak remaja yang sedang bermain bola di area lapangan yang bertanah batu kapur. Sepertinya ini dulu bekas perbukitan yang sudah rata digali batu kapurnya.

Beruntung, waktu turun tidak mengalami kendala yang berarti. Lihat ke bawah tampak cahaya2 kecil dari rumah2 penduduk nun jauh di sana. Serasa di bukit Bintang. Hehehehe....
Keadaan benar2 sudah gelap ketika kita sampai di candi Banyunibo. Kulihat jamku baru pk.18.20. Menemui bapak petugas, kulihat ada tulisan tarif untuk dewasa Rp.2.000,- dan anak2 Rp.1.500,-. Kata bapak petugas, candi sudah tutup coz cuma beroperasi sampai pk.18.00. Jadi we kita tidak membayar. ‘Memfoto boleh ya pak?’, kataku ke bapak petugas yang dijawabnya dengan sebuah senyuman. Ga enak mungkin mau melarang. Hehhehehe...
Si Bapak melayani dengan ramah pasangan cowok-cewek yang membawa kamera DLSR. Sepertinya mereka adalah wartawan.

Keadaan sudah benar2 gelap. Tapi aku masih bisa melihat sebuah candi di depanku dengan ukuran yang lumayan besar. Sayangnya kameraku tidak support untuk memfoto obyek sebagai latar belakang dengan kondisi gelap.

Coz keadaan yang benar menyeramkan, candi terletak di kawasan perkebunan tebu yang gelap tanpa penerangan sama sekali, ditambah harus melewati jembatan yang menyeberangi parit yang cukup lebar atau boleh disebut sungai, akhirnya kita ngacir pulang dengan Selly menggantikanku di depan setelah kita hampir memasuki kota. Maklum aku benar2 disorientasi jalan.

Mumpung masih di Yogya n coz perut yang lapar. Akhirnya aku n selly makan malam dulu. Coz Warung steak tutup sedang aku lagi pengin steak yang ada tepungnya, akhirnya diperkenalkan oleh Selly ke Niagara Cafe di jln Gejayan.

Pulangnya Selly mengantarku dengan pesan,’Kalo sudah sampe sms ya.’
Hehe... dia khawatir aku bakal nyasar.

Thank alot Sel, sudah mengantarku ke Candi ijo...
Thank alot sudah menemaniku menikmati sunset di sana....
Thank alot sudah berpegel-pegel ria bersamaku seharian....
Next time ke mana lagi....... hehehehehe................

September 09, 2011

MELOW....

Ga tau kenapa dari kemarin merasa melow banget....
Pengin nangis tapi ga tahu nangis karena apa....
Pengin marah2.... tapi ga ada alasan yang kuat untuk marah...
Rasanya malas mau ngapa2in meskipun akhirnya kulakukan juga aktivitas rutinku biarpun tanpa semangat.
Bahkan saat membaca blog orang pun bisa membuatku menangis.
Apa karena aku kecapean...
atau karena kondisiku yang memang sejak kembali dari mudik kemarin memang agak demam.
Jadi ingat Onyet, anjing kecil di rumah, coz badannya demam dia jadi ga doyan makan dan benar2 tak ada semangat. Saban hari kerjaannya berbaring dan berbaring tanpa ekspresi. Diajak bercanda ataupun dipanggil namanya sama sekali tidak digubris. Benar2 membuat khawatir.
Atau memang karena siklus bulanan yang memang kadang2 membuat cewek jadi lebih sensitif.
Yah cape sendiri menerka-nerka apa penyebabnya. Yang jelas aku lagi tidak terlalu bersemangat. Rasanya pengin cepat2 pulang dan berbaring dalam suasana sepi. Itu yang bisa membuatku merasa nyaman.
Aku hanya berharap semoga rasa menyedihkan ini bukan karena terjadi hal buruk pada seseorang atau karena ada seseorang yang juga sedang merasa begitu menyedihkan karena akulah penyebabnya... (he... ke-GR-an...)
Ya.... semoga semuanya baik2 saja.
Aku tidak mau ada seseorang yang terluka karena aku. Meskipun aku tahu mungkin aku sudah melukai seseorang tanpa pernah kuingin benar2 melukainya.
Kurasa memang jika kita ingin melepaskan diri dari sesuatu kita harus ikhlas.
Semoga waktu yang bisa menyembuhkan semua.

September 08, 2011

REUNIAN EX 1.1 SMADA’99 DI JAMBON RESTO

Sebenarnya tadinya aku cuma janjian ketemuan ma Selly, Aji n Dinar, tapi dirasa apa salahnya menghubungi yang lain siapa tahu bisa bergabung, akhirnya minta tolong Selly contact ke yang lain. Dengan tidak terlalu berharap bakal banyak yang datang tapi tetap berjaga-jaga klo ternyata banyak juga yang bisa datang, akhirnya kamis malam pk.21.00, sepulang dari bonbin dengan diantar Eko n Itoino aku book Jambon Resto untuk hari jumat pk.10.00 untuk 15 orang. Untunglah aku menyempatkan book dulu coz ternyata sudah full booked mpe beberapa hari ke depan. Maklum lagi banyak reunian dan pertemuan trah silaturahmi Lebaran. Sebenarnya aku pengin book saung no. 32-34, tapi ternyata sudah ada yang book duluan. Beruntung meskipun menunggu agak lama akhirnya aku bisa book saung no 36-37. Tempatnya lumayan. Terpisah dari saung2 yang lain dan dikelilingi oleh kolam. Lumayan sekalian buat refreshing.
Ternyata untuk book harus bayar DP dulu dan harus pesan menu makanan sekalian coz katanya hari Jumat banyak banget tamu hingga dikhawatirkan makanan akan lama datangnya. Aku tidak berani memutuskan pesan menu malam itu juga, so aku minta daftar menu dan berjanji akan menelepon pagi2 keesokan hari.

Mpe rumah aku telepon Selly dan diiyain untuk pesan menu sebelumnya saja. Mencoba menelepon malam itu juga kira2 pk.22.00 ternyata sudah tidak diangkat. Mungkin resto sudah tutup. Ya sudah kuputuskan menelepon keesokan hari.

Keesokanpagi, pk.07.00 aku mencoba menelepon lagi ternyata belum diangkat. Baru diangkat sekitar pk.09.20. Aku sementara pesan Paket makanan untuk 5 orang + ekstra sambal dan terancam. Hehe... soalnya aku pengin terancam. Takut klo ternyata pada tidak bisa datang jadi tidak berani pesan langsung banyak. Nanti klo ada tambahan nyusul.

Dan aku yang kata Selly orangnya disorientasi lokasi, benar saja harus nanya mpe 3x baru bisa menemukan Jambon Resto. Padahal aku sudah beberapa kali ke sana. Ke sana pergi rame2 dan selalu malam, jadi we wajar saja klo aku kebablasan mpe Mirota Kampus Godean. Kucari-cari sama sekali tidak ada papan penunjuk arah Jambon Resto.
Padahal sebenarnya gampang saja, perempatan Jln. Godean yang ada Suzuki belok ke Jln. Kadipaten. Lurus saja mpe pohon beringin di tengah jalan yang orang biasa menyebut daerah itu Ringin.
Huehuehue... jadi deh jadi korban keketawaan...

Yang bisa datang reuni Cuma dikit. Aku, Selly, Dinar, Aji, Penyo yang membawa anak & istri juga Heri yang membawa anak & istri. Hehehe... semua pada surprise ga menyangka melihat Heri yang sekarang. Kebapakan dan benar2 care sama keluarga. Anaknya cowok, cakep. Untung ga kayak bapaknya..... Xixixixi.. ga henti2 kita bercanda meledek Heri.
Penyo yang membawa putri kecilnya, ternyata sekarang sudah gedhe. Dulu ketika diajak ke rumah waktu nikahan adikku, keknya masih kecil.
Seneng melihat kebahagiaan keluarga kecil ini.
Dan selalu saja ada pertanyaan dari Heri.
‘Mesti pengin. Hayoooo kapan nyusul....’

Jadilah siang itu kita kumpul2 makan siang sambil ngobrol. Cukup menyenangkan meskipun rada kecewa tidak banyak yang bisa datang. Yah, sekarang ini semua sudah mempunyai kesibukan masing2 dengan keluarga dan aktivitas mereka. Sulit untuk bisa berkumpul kayak dulu2.
Mudah-mudahan tali silaturahmi tetap terjaga ya teman-teman.....

MENCARI PENCURI LAMPU

Sudah berulangkali pagi2 dibikin kesal dengan ulah pencuri lampu lift. Space lampu di sangkar lift sebenarnya untuk 6 lampu, tapi coz dulu dipasang 6 lampu ma pencuri disisain 3, akhirnya diputuskan dipasang 3 lampu saja. Selama beberapa waktu aman, 3 lampu tetap 3 lampu.
Tapi mungkin karena si pencuri butuh lagi, beberapa waktu kemudian, 3 lampu cuma disisain 1. Huwwwffff... bener2 bikin geregetan. Lift dengan hanya 1 lampu jadinya lift remang2. Benar juga banyak yg protes coz lift jadi terasa benar2 spokiiiyyy....
Akhirnya dengan berdoa mudah2an si pencuri sudah insyaf, kembali dipasang 3 lampu.
Ternyata kejadian lagi. Pagi ini, lift kembali hanya disisain 1 lampu. Kesal bukan kepalang. Akhirnya aku n temanku benar2 mencoba merealisasikan kemungkinan dipasangnya teralis di atap sangkar lift. Pemikiran ini sudah ada sejak kejadian2 sebelumnya, dan kali ini mau ga mau harus direalisasikan.
Aku mencoba berkoordinasi dengan vendor dan bagian maintenance lift dan mereka sama sekali tidak keberatan dengan pemasangan teralis. Hanya saja mereka minta saat pemasangan teralis didampingi oleh orang dari bagian maintenance supaya nanti tidak mempersulit mereka saat pengecekan rutin.
Dan hari ini dari hasil obrolanku dengan bapak pengawas bangunan, disarankan sebelum dipasang teralis, space lampu yang kosong diganti bohlam yang warnanya susu. Katanya lebih aman. Sudah terbukti lampu di taman yang sering ilang, setelah diganti bohlam susu sekarang aman.
Yah. Buat di public area memang lebih aman memakai produk yang murah meriah. Maksud hati memakai produk yang berkualitas biar lebih awet, ternyata jatuhnya malah mengundang tangan2 jahil yang membutuhkan uang jajan lebih.
Dan sebenarnya sudah bisa ditebak siapa yang kemungkinan besar mengambil lampu lift. Yang jelas orangnya harus tinggi. Tidak mungkin kan mau nyuri lampu musti bawa2 tangga atau kursi ke dalam lift.
Huehuehue... wahai pencuri lampu lift. Insyaflah kau.
Jika kau mau insyaf, pahalamu besar di surga. hahahahaha....