Mei 30, 2013

GALAU GARA2 HP KETINGGALAN


Astaga.... aku benar2 sudah ketergantungan dengan hp sekarang.
HP ketinggalan gini rasanya sungguh tidak nyaman. Rasanya pengin pulang sebentar ngambil tu hp.
Padahal ya, klo bawa hp pun belum tentu ada telp masuk suka terjawab, ada pesan masuk langsung kubalas. Karena seringkali hp kutaro di atas meja kerja atau di dalam tas-ku sedang akunya berada di ruang yang berbeda.
Rasanya memang lebih tenang klo hp ada di tangan. Saat ada yang urgent aku bisa langsung menghubungi seseorang, mengingat sekarang2 ini sejak sudah terbiasa memakai hp tak satu pun no telp yang bisa kuingat. Paling2 beberapa no telp kantor aja yang kuingat.
Saat lagi bete menunggu, aku bisa sejenak mengutak-atik hp-ku.
Saat merasa penat atau ngantuk, bisa sebentar nimbrung becanda n ngrumpi di group ma temen2 ato keluargaku. Ato klo ga buka fb bentar, cari artikel2 lucu atau komen2 yang asal komen di artikel yang bisa membuatku tertawa.
Saat ada hal2 kecil yang pengin kucatat sebagai pengingat, dengan gampang kucatat di note di hp-ku
Saat pengin berbelanja ke supermarket, bisa dengan gampang kucatat list apa aja yang harus kubeli supaya tidak ada yang ketinggalan.
Yeeeeaaaah.......
Cuma 8 jam kok....
Nanti malem juga ketemu lagi ama tu hp.
Hp yang banyak diprotes orang karena tiapkali mereka sms suka ga masuk gara2 memory terlalu full.
Salah sendiri kenapa ga pake wacap.
Hahahaha...... kacau.
Sabar yaaaa.......

Mei 14, 2013

AKU BANYAK BELAJAR


Aku banyak belajar dari dunia luar
Aku banyak belajar dari lingkunganku
Aku banyak belajar dari teman2ku
Aku banyak belajar dari guru2ku
Aku banyak belajar dari atasan2ku dan relasi2ku
Aku banyak belajar dari orangtuaku dan mereka2 yang sudah kuanggap seperti orangtuaku sendiri
Aku banyak belajar dari kakek, nenek, pakde-bude, om-tante, dan famii2ku
Aku banyak belajar dari tetangga2ku
Aku banyak belajar dari orang2 yang ga kukenal yang dengan ikhlas mengulurkan tangannya untukku
Aku banyak belajar dari orang2 yang pernah menyakitiku
Aku banyak belajar dari pengalaman2ku
Aku banyak belajar dari permasalahan2ku
Aku banyak belajar dari pengalaman2 orang lain
Aku banyak belajar dari kegagalan2ku dan kegagalan orang lain
Aku banyak belajar dari bencana2 alam yang belakangan ini sering terjadi
Aku banyak belajar dari ketidak jujuran dan ketidakadilan yang sering kali kulihat, kubaca dan kudengar
Ya, aku banyak belajar dari peristiwa2 sehari-hari yang kutemui
Aku akan terus belajar dan belajar
Karena aku tahu aku belumlah sempurna dan harus banyak belajar
Bukan untuk menjadi sempurna tetapi untuk menjadi lebih baik
Ya aku akan berusaha untuk menjadi lebih baik

Mei 08, 2013

KANAN ATAU KIRI?


Ke kanan atau ke kiri, belok kanan, atau belok kiri, hadap kanan atau hadap kiri. Hanya menghafal kanan dan kiri saja tapi itu buatku sulitnya bukan main. Buatku lebih gampang menyebut barat-timur, utara-selatan. Antara mengingat 2 hal dengan 4 hal kenapa lebih gampang mengingat 4 hal ya. Klo di area sekitar rumah di Yogya ga masalah, tapi klo udah keluar daerah apalagi di Bandung, interpretasiku mana yang barat, mana yang timur, mana yang utara, mana yang selatan dengan orang lain itu tidak sama. Kayak di kantor saja aku bilang kantor menghadap ke utara padahal yang sebenarnya menghadap ke timur.

Terbiasa dari kecil ga pernah menggunakan kanan dan kiri, tetapi lor-kidul, kulon-weton, membuatku membutuhkan waktu lebih lama untuk menentukan mana yang kanan, mana yang kiri. Klo udah bingung, nanya jalan, orang yang ditanyain jawabnya nyebut kanan-kiri, belok kanan, ke kanan lagi kemudian perempatan ke kiri. Aku mengangguk-angguk kayak ngerti padahal aku tambah bingung. Ya udah jalan terus lagi nti di depan nanya lagi. Hahahaha... repot.
So... klo udah gini aku suka minta dibuatkan peta oleh temanku. Aku tinggal mengikuti anak panah yang dibuatnya.
Zaman udah canggih pake GPS gini, masih pake peta ya... Haha.... maklum, naek motor susah musti ngeluar-ngeluarin hp.

Dulu waktu PPLB mau masuk SMA - semacam ospek, dilatih baris berbaris selama seminggu, jam pulang sekolah mpe jam 6 sore; mau ga mau aku harus berjuang keras mengingat-ingat mana yang kanan, mana yang kiri. Caranya? Aku ingat2 tangan yang buat makan itu yang kanan. So. Tangan kanan kugenggam kuat2. Yang kugenggam kuat2 itu tangan kanan.
Alhasil waktu diuji baris-berbaris dengan mata ditutup pake slayer, tangan kananku terus menggenggam kuat2. Hadap kanan grak! Hadap kiri grak! Balik kanan grak. Balik kiri grak! Eh ga ada balik kiri dink. Hadap kanan garak! Hadap kanan grak! Hadap kiri grak!. Yang bener yang sekarang menghadap ke selatan. Yieeeey.... aku bener. Temen2ku yang biasanya jago membedakan kanan dan kiri malah banyak yang salah. Atau biasanya mereka Cuma ngikutin yang lain ya. Yang lain menghadap ke mana diikutin. Hahahaha....

Dan ternyata, bukan Cuma aku saja yang bingung membedakan kanan dan kiri. Temen2ku yang asal dari Yogya cukup banyak yang mengalami dilema seperti ini. Ya, semuanya terbiasa ngalor-ngidul, ngulon-ngetan. Hahahaha....

Terus gimana caranya klo memandu atau dipandu arah saat berkendara. Ya sambil bilang kanan atau kiri, tangan sambil nunjuk. Klo aku yang mandu yang diikutin arah telunjukku ya, bisi ga sama aku nunjuk ke kanan tapi bilang ke kiri. Hahahaha... rempong ya....

BERBAHASA JAWA


You know, biarpun aku yang di Bandung ini pun tetap berbahasa Jawa ma beberapa temen kantor yang memang asalnya dari Yogya dan sekitarnya mpe Jawa Timur, tetep aja rasanya seneng banget tiap denger orang yang ga dikenal berbahasa Jawa. Bahkan ma orang yang sebelumnya ga kenal pun bisa jadi kenal gara2 berbahasa Jawa. Seperti klo lagi jajan di tenda2 pinggir jalan. Asal denger yang jualan berbahasa Jawa, terus nyambung dah. Hal ini akan berdampak, kita jadi merasa lebih dekat dan akhirnya akan diberikan prioritas saat jajan, dibonusin jatah yang lebih banyak, dsb. Hahahhaha.... koneksi itu memang perlu.

Ketemu sesama orang yang berbahasa Jawa rasanya kayak ketemu saudara sendiri di perantauan. Beberapa kali di jalan, ada yang terus saja mengklaksoniku. Biarpun aku sudah minggir, terus saja mengklaksoniku. Baru berhenti setelah aku menengok.
‘Hai AB!’
Hahahaha... ternyata sesama ber-plat no AB.

Juga kadang saat berhenti beli makan, orang kadang suka sok akrab ngajak ngobrol pake bahasa Jawa. Klo orangnya terlihat tulus dan ga neka2, biasanya kutanggapin. Klo orangnya mencurigakan, lempeng aja kujawab pertanyaannya pake bahasa Indonesia dan kujawab sepatah-sepatah.

Kadang2 aku suka kangen denger kosakata bahasa Jawa yang sudah lama ga kudengar. Kadang2 menyisipkan kata2 itu dalam status atau komen2an di fesbuk. Suka ketawa sendiri klo baca. Juga saat ngobrol di kantor, mentisipkan kata2 itu suka bikin pada ketawa gelak2.

Idhep. Thenguk. Munthuk. Piye jal? Horotoyoh. Methungul. Gopek. Ngelu. Madhang.
Dan masih banyak kosakata2 yang aku klo disuruh menuliskan kembali susah buat mengingatnya satu2.
Semuanya bahasa Jawa kasar yang biasanya kita gunakan saat ngobrol dengan teman sebaya atau orang yang sudah sangat dekat.

Sedangkan bahasa Jawa halus atau krama, aku dididik dari kecil menggunakan bahasa krama. Tiap ngomong ma orangtua harus pake bahasa krama, klo ga, ga akan dijawab. Hal ini berimbas pada tetangga2ku baik tua atau muda klo ke aku selalu pake bahasa krama, kecuali teman sebayaku lama2 pake bahasa jawa ngoko (yang lebih kasar). Terus terang menggunakan bahasa krama seperti membuat jarak atau batasan karena memang saat menggunakan bahasa ini kita tidak bisa asal ngomong seperti yang kita mau. Kosakatanya lebih terbatas dan membuat orang harus berpikir lebih dulu sebelum ngomong. Mana kata2 yang ditujukan untuk orang yang lebih tua, mana yang ditujukan untuk orang yang lebih muda. Kadang aku suka pengin tetangga2ku mengajakku ngobrol pake bahasa Jawa ngoko saja biar aku bisa merasa lebih dekat. Tapi itu sulit. Bahkan orang yang usianya di bawahku pun pada memanggilku ‘dik’ karena orang2 yang tua pada memanggilku ‘dik’. Kadang2 pengin disamain ma teman2ku yang lain, cukup panggil namaku saja, ga usah pake sebutan ‘dik’. Hehehehe....

Sekarang bahasa kramaku sudah amburadul ga karuan. Dan untunglah orangtuaku sudah tidak sesetreng dulu mengharuskanku pakai bahasa krama jika ngobrol dengan mereka. Biarpun bahasaku campur2 mereka tetap akan menjawab. Ya, yang penting mereka sudah memberikanku dasar2 untuk berbicara halus, sesuai tata krama, bisa membedakan kata2 mana yang harus kuucapkan ke orang yang lebih tua, mana ke orang yang lebih muda.

Dan kata2 yang masih kuhafal mpe sekarang jika diminta orang yang lagi punya hajat menghantarkan nasi alias ‘sega ter-ter’.

‘Kulonuwun mbokde’
‘Sugeng to dik!’
‘Pangestunipun Mbokde.
 Mbokde niki kula dipun utus Ibu ..... ngaturaken dhaharan sawontenipun.’
‘Dipun aturaken ibu .... maturnuwun.’

Klo lagi dititipin ibu suruh nyumbang hajatan ke tetangga bilang apa ya? Aku lupa....
‘Mbokde, nyuwun pangapunten niki sekedhik titipan saking ibu.’
Hahahaha...... Begitulah....


BERSEDEKAH

Hari minggu kemarin, saat nonton ‘Little miss Indonesia’ di SCTV - acara yang belakangan aku suka nonton coz nggemesin lihat anak2 kecil beraksi, ada ceramah singkat dari seorang ustadz. Dia berpesan, kita ga boleh marah saat ada burung2 memakan buah2an kita di pohon. Itu merupakan sedekah. Apa salahnya kita bersedekah pada burung2 yang juga membutuhkan makan.

Mendengarnya aku tertawa, antara merasa tertohok dan merasa bahwa apa yang dikatakannya itu benar. Burung2 itu juga makhluk hidup, sesama ciptaan Tuhan yang juga membutuhkan makan. Mereka bahkan tidak sampai punya pikiran bahwa yang dilakukannya itu mencuri punya orang lain. Yang dipikirkannya hanya aku lapar dan butuh makan. Sedangkan habitat mereka, hutan2 luas yang memberi banyak ruang gerak untuk mereka sudah digusur oleh manusia. So ke mana lagi mereka harus mencari makan klo ga di lingkungan manusia tinggal yang dulunya juga merupakan habitat mereka.

Yang membuatku tertohok karena belakangan aku pelit banget ama makhluk2 kecil di sekelilingku. Semut2 beraneka bentuk kusemprotin dengan baygon, juga kecoak yang hilir mudik mengganggu, nyamuk2 nakal. Belalang2 ku’pithes’ dengan sandalku, ulat2 coz ukurannya teramat besar yang membuatku takut dan ngeri untuk me’mithes’nya, akhirnya kumasukkan dalam kantong plastik, kuikat, kemudian kubuang.

Sebenarnya aku ga masalah jika nyamuk, semut, belalang, ulat itu cuma ada satu dua. Tapi karena populasinya sudah semakin banyak, buatku itu namanya bukan bersedekah lagi tetapi mereka sudah merampok. So, jika kita merasa terganggu dengan mereka, ga ada salahnya kan klo kita singkirkan. Hahahaha....

You know, semut2 itu seenaknya bikin rumah di bawah lantai. Setiap hari ada saja pasir2 yang dikeluarkan mereka. Klo ga pasir ya serbuk gergaji. Mereka juga bikin rumah di kusen jendela. Itu kan merusak namanya.
Populasi belalang benar2 tidak bisa dikendalikan. Tanaman bayam, jeruk, palem dan tanaman2 hiasku habis dimakan mereka. Sebeeeel......
Begitupun dengan ulat. Tadinya aku senang melihat ada banyak kupu2 di sekelilingku. Sekarang ga lagi. Habis kupu2 itu pergi, mereka akan meninggalkan telor2 yang nantinya akan menjadi ulat2 pemangsa tanamanku. Dua minggu kemarin, suatu pagi aku dibuat terhenyak mendapati philodendron-ku sudah gundul, dan ada banyak tahi2 kecil bertebaran di lantai. Saat kuperhatikan ternyata di satu batangnya ada empat sampai lima ekor ulat ijo muda yang super duper gendut. Ukurannya sekelingking tanganku. Hohoho... antara serem dan kesel. Akhirnya demi melindungi daun yang tinggal tersisa satu, segera kusingkirkan ulat2 itu dengan bantuan gunting dan plastik. Ogah aku menyentuh ulat2 itu.

Tentang makhluk kecoak, sebenarnya tiap aku mengejar-ngejar dan mau menyemprotnya dengan baygon, aku selalu teringat kisah ‘Rico de coro’ yang merupakan tokoh rekaan Dee di novelnya. Kisah komunitas kecoak yang selalu merasa tersiksa jika diburu oleh manusia. Mereka juga butuh tempat tinggal, kenapa manusia tidak mau berbagi tempat dengan mereka. Tapi geuleuh juga kan klo di rumah ada banyak kecoak. Tidaaaaak.......

Bagaimana dengan kucing? Aku sering dikasih tau, jangan sekali2 ngasih makan kucing yang datang, nanti dia bakal datang lagi dan lagi. Sebenarnya kadang aku ga tega. Tapi kucing2 liar di daerahku populasinya sudah terlampau banyak, dan itu sangat mengganggu. So aku ga pernah ngasih makan mereka.
Dulu waktu kecil aku ga pernah terganggu dengan kucing. Bahkan aku pernah minta dicarikan kucing dan memeliharanya. Bukan kucing persia atau angora yang mahal ya, aku mah ga telaten miara yang bagus2 gitu. Kucing rumahan yang pas kebeneran kucing teman ibuku lagi beranak banyak. Aku minta satu dan memeliharanya.
Kucing itu bahkan selalu kubiarkan tidur di ranjangku, melingkar di bawah kakiku.
Tapi setelah gedhe kucing itu jadi bandel, suka nyuri makanan. Jadi we sering dipukul pake sapu oleh nenekku. Aku suka kasihan, klo ada aku suka kulindungi dia.  

Aku jadi ga suka kucing lagi setelah aku maen ke tempat saudara temanku di Jakarta tahun 2000. Keluarga itu penggemar kucing. Miara banyak banget. Yang bikin aku geuleuh, bulu2 kucing itu kan gampang rontok, nempel di mana2. Waktu aku duduk, saat bangun tiba2 saja kudapati ada banyak bulu2 kucing nempel di celana dan kaosku. Huehuehue... seram. Habis itu aku ga mau miara kucing lagi.

Tapi memang jika ada kucing mencoba masuk ke rumah, selalu kubawakan sapu untuk mengusirnya. Cuma buat menakut-nakuti bukan untuk mukul. Tapi sapu pun tak mempan, hingga akhirnya kucing2 itu harus diangkat paksa dikeluarkan dari rumah. Kucing2 liar di daerahku benar2 ga takut ama manusia, mungkin karena sudah sekian lama tinggal berdampingan ma manusia ya. Jika dibawain sapu untuk mengusir, mereka malah mendekat, masuk di sela2 kakiku, mencari perhatian.

Beberapa di antara kucing2 liar yang suka datang, sebenarnya ada yang lucu. Tapi aku sama sekali ga ada minat untuk bermain-main dengannya coz udah terlanjur kesel ama kelakuan mereka yang suka pub di taman depan rumah. Baunya minta ampun, mpe berhari-hari ga ilang2. Udah kucoba berbagai cara untuk mengusir kucing itu, hunting nasehat dari mbah google. Mulai dari menyemprotkan minyak kayu putih mpe naroh pengharum ruangan aroma lemon. Semuanya ga membuahkan hasil. Mpe sekarang kucing2 itu masih hobi pub di depan rumah.
Kenapa cuma di tempatku aja, di tempat lain tidak. Bahkan di depan rumah tetanggaku yang kosong ga ditempati pun tidak. Arggghhhh... bikin kesel bener.

Yah, mungkin coz saking lamanya rumah ga ditempati, mereka udah dari dulu terbiasa pub di situ, jadi merasa tempat itu adalah milik mereka.

Belum mereka suka bikin keributan malam2. Tengah malam aku sering dikagetkan oleh suara berisik dari atap, seperti lagi ada gempa. Si kucing suka lari2an di atap. Itu juga yang bikin atap rumah sering bocor biarpun sudah dibenerin berkali-kali. Genting bergeser saat kucing2 berlarian di situ.

Kucing2... pengertian dikit kenapa..... Bikin kesel aja.