April 09, 2014

“THE RAID 2 : BERANDAL’S” EFFECT

Tuesday, April 8, 2014

Kemarin malam aku nonton The Raid 2 di Empire Bandung Indah Plaza. Memilih menonton di BIP karena sebelumnya sudah kehabisan tiket di Braga 21. Niatnya mau nonton dengan harga tiket yang lebih murah, ternyata aku sudah ga kebagian tiket. Saat kutelepon Empire ternyata tiket masih ada, aku segera meluncur ke sana.

Aku memang ga menonton The Raid 1 karena aku dengar adegannya sadis. Bahkan saat tayang di tv pun aku ga berani nonton. Sudah parno duluan dengar kata ‘sadis’. Tapi saat browsing kubaca bahwasanya animo di Amerika begitu besar terhadap film ini membuatku sangat bangga dan tergerak untuk ikut menonton film ini. Biarpun temanku yang sudah menonton film ini bilang, ‘ati2 lho klo ga kuat, sadis banget,’ tak mampu menyurutkan langkahku untuk menonton film ini. Apalagi Etil bilang, sadisnya kayak di Ninja Assasin. Aku suka film Ninja Asassin, berarti aku masih bisa nonton film ini. Film kayak Saw itu yang benar2 kuhindari. Adegan sadisnya berlangsung lambat, ga tega melihatnya.

Ternyata film ini maen 2 ½ jam. Ga terasa. Aku baru sadar saat melihat jam, sudah menunjukkan pk.21.30. Padahal aku masih meninggalkan bon sepatu di counter sepatu dan aku berjanji akan membayar dan mengambilnya pk.21.00 usai kelar nonton film. Hahaha.... padahal seneng jadi punya alasan ga jadi ambil tu sepatu, setelah tahu ternyata ga dapet diskon 20% seperti yang kukira sebelumnya, diskon cuma untuk sepatu di bagian atas doank :D

Semua pemain bermain sangat keren. Tidak ada yang tampak dibuat-buat. Aku suka dengan adegan laga Rama. Dan juga suka dengan duo Hummer Girl n Baseball bat man. Idenya kreatif, memanfaatkan palu-martil, bola & pemukul baseball sebagai senjata. Keren akting mereka. Film ini berkali-kali membuatku menahan nafas saking tegangnya dan menutup mata dan mulut dengan selendangku saat ga tega lihat adegan sadis. Suasana tegang terasa di bioskop. Tak ada yang ngobrol ataupun maen hape. Yang kudengar paling suara jeritan kecil cewek di sebelahku yang ga kuat lihat adegan sadis. Dia mah nyari2 alasan buat meluk cowok di sebelahnya saja. Hahahaha... Dan juga yang membuatku tak habis pikir, terdengar sesekali suara anak kecil sekitar dua tahunan. Ya ampyuuun... tega amat ibu si bocah membawa batita nonton film seperti ini.

Keluar dari teater 5, aku jadi merasa capek seperti aku baru saja berada di dalam ruangan yang sama tempat Rama beraksi. Perutku jadi terasa sangat lapar. Hahahaha....

Pulang2 bahkan sampai saat mau tidur, aku dan Etil masih membahas The Raid 2. Tentang obrolan terakhir di ujung film yang aku tidak tahu mereka ngobrol apa, dan tentang setting lokasi yang bersalju di gang di luar bar.
Aku keukeuh klo itu adegan terjadi di Jepang, sedang Etil keukeuh klo semua setting lokasi di Jakarta.
‘Itu di belakang mobil ada gerobak baso-nya Buntil, ga mungkin di Jepang ada gerobak baso.’

Bahkan sampai hari ini pun aku masih membahas The Raid 2 di group ma teman2 dan membuatku rajin browsing segala hal tentang The Raid 2.

Dan aku akhirnya tahu jawabannya. Bahwasanya memang setting lokasi bersalju itu memang di Jakarta. Jakarta dalam imaginasinya Gareth Evans. Dan tentang percakapan terakhir yang aku tidak tahu apa yang mereka percakapkan, tahu2 Rama bilang ‘cukup’, itu ternyata memang disengaja oleh Gareth Evans - sang sutradara, untuk membuat penonton penasaran, dan kita akan tahu jawabannya di sekuelnya, di The Raid 3.
Kapankah itu.... Dan betapa kecewanya temanku saat kuberitahu bahwa Gareth Evans belum akan  membuat sekuelnya dalam 3 tahun ke depan, dia ada proyek lain. Yaaaaaah.... masih lama ya.... Ga sabar pengin segera nonton. Nti keburu lupa cerita The Raid 2.

Aku pun merasa sangat bangga ketika tahu animo masyarakat Amerika terhadap film ini begitu tinggi. Bahkan gempa 5,1 SR pun tak mampu membuat penonton beranjak meninggalkan kursi saat nonton The Raid 2. Ada juga yang mpe dibela-belain terbang ke LA demi bisa nonton film ini, karena di kotanya di Amerika sono, film ini tidak diputar. Keren yak!!!!!

Keluar dari gedung bioskop, aku berasa kayak habis nonton film2 hollywood kesukaanku. Bangga banget Indonesia bisa bikin film kayak gini. Pengambilan angle-nya bagus. Sound effect-nya juga bagus. Semua pemain bermain total tak ada yang tampak dibuat-buat. Sepertinya semuanya dipkirkan matang.
Banyak jempol dah!!!!
Good job Gareth Evans. Good job all crew. Good job all actors and all actress. Pokoknya good job... good job... good job....
Can’t wait The Raid 3.