Tuesday,
April 8, 2014
Kemarin
malam aku nonton The Raid 2 di Empire Bandung Indah Plaza. Memilih menonton di
BIP karena sebelumnya sudah kehabisan tiket di Braga 21. Niatnya mau nonton
dengan harga tiket yang lebih murah, ternyata aku sudah ga kebagian tiket. Saat
kutelepon Empire ternyata tiket masih ada, aku segera meluncur ke sana.
Aku
memang ga menonton The Raid 1 karena aku dengar adegannya sadis. Bahkan saat
tayang di tv pun aku ga berani nonton. Sudah parno duluan dengar kata ‘sadis’.
Tapi saat browsing kubaca bahwasanya animo di Amerika begitu besar terhadap
film ini membuatku sangat bangga dan tergerak untuk ikut menonton film ini.
Biarpun temanku yang sudah menonton film ini bilang, ‘ati2 lho klo ga kuat,
sadis banget,’ tak mampu menyurutkan langkahku untuk menonton film ini. Apalagi
Etil bilang, sadisnya kayak di Ninja Assasin. Aku suka film Ninja Asassin,
berarti aku masih bisa nonton film ini. Film kayak Saw itu yang benar2
kuhindari. Adegan sadisnya berlangsung lambat, ga tega melihatnya.
Ternyata
film ini maen 2 ½ jam. Ga terasa. Aku baru sadar saat melihat jam, sudah
menunjukkan pk.21.30. Padahal aku masih meninggalkan bon sepatu di counter
sepatu dan aku berjanji akan membayar dan mengambilnya pk.21.00 usai kelar
nonton film. Hahaha.... padahal seneng jadi punya alasan ga jadi ambil tu
sepatu, setelah tahu ternyata ga dapet diskon 20% seperti yang kukira
sebelumnya, diskon cuma untuk sepatu di bagian atas doank :D
Semua
pemain bermain sangat keren. Tidak ada yang tampak dibuat-buat. Aku suka dengan
adegan laga Rama. Dan juga suka dengan duo Hummer Girl n Baseball bat man.
Idenya kreatif, memanfaatkan palu-martil, bola & pemukul baseball sebagai
senjata. Keren akting mereka. Film ini berkali-kali membuatku menahan nafas
saking tegangnya dan menutup mata dan mulut dengan selendangku saat ga tega
lihat adegan sadis. Suasana tegang terasa di bioskop. Tak ada yang ngobrol
ataupun maen hape. Yang kudengar paling suara jeritan kecil cewek di sebelahku
yang ga kuat lihat adegan sadis. Dia mah nyari2 alasan buat meluk cowok di
sebelahnya saja. Hahahaha... Dan juga yang membuatku tak habis pikir, terdengar
sesekali suara anak kecil sekitar dua tahunan. Ya ampyuuun... tega amat ibu si
bocah membawa batita nonton film seperti ini.
Keluar
dari teater 5, aku jadi merasa capek seperti aku baru saja berada di dalam
ruangan yang sama tempat Rama beraksi. Perutku jadi terasa sangat lapar.
Hahahaha....
Pulang2
bahkan sampai saat mau tidur, aku dan Etil masih membahas The Raid 2. Tentang
obrolan terakhir di ujung film yang aku tidak tahu mereka ngobrol apa, dan
tentang setting lokasi yang bersalju di gang di luar bar.
Aku
keukeuh klo itu adegan terjadi di Jepang, sedang Etil keukeuh klo semua setting
lokasi di Jakarta.
‘Itu
di belakang mobil ada gerobak baso-nya Buntil, ga mungkin di Jepang ada gerobak
baso.’
Bahkan
sampai hari ini pun aku masih membahas The Raid 2 di group ma teman2 dan
membuatku rajin browsing segala hal tentang The Raid 2.
Dan
aku akhirnya tahu jawabannya. Bahwasanya memang setting lokasi bersalju itu
memang di Jakarta. Jakarta dalam imaginasinya Gareth Evans. Dan tentang
percakapan terakhir yang aku tidak tahu apa yang mereka percakapkan, tahu2 Rama
bilang ‘cukup’, itu ternyata memang disengaja oleh Gareth Evans - sang
sutradara, untuk membuat penonton penasaran, dan kita akan tahu jawabannya di
sekuelnya, di The Raid 3.
Kapankah
itu.... Dan betapa kecewanya temanku saat kuberitahu bahwa Gareth Evans belum
akan membuat sekuelnya dalam 3 tahun ke
depan, dia ada proyek lain. Yaaaaaah.... masih lama ya.... Ga sabar pengin
segera nonton. Nti keburu lupa cerita The Raid 2.
Aku
pun merasa sangat bangga ketika tahu animo masyarakat Amerika terhadap film ini
begitu tinggi. Bahkan gempa 5,1 SR pun tak mampu membuat penonton beranjak
meninggalkan kursi saat nonton The Raid 2. Ada juga yang mpe dibela-belain
terbang ke LA demi bisa nonton film ini, karena di kotanya di Amerika sono,
film ini tidak diputar. Keren yak!!!!!
Keluar
dari gedung bioskop, aku berasa kayak habis nonton film2 hollywood kesukaanku.
Bangga banget Indonesia bisa bikin film kayak gini. Pengambilan angle-nya
bagus. Sound effect-nya juga bagus. Semua pemain bermain total tak ada yang
tampak dibuat-buat. Sepertinya semuanya dipkirkan matang.
Banyak
jempol dah!!!!
Good
job Gareth Evans. Good job all crew. Good job all actors and all actress.
Pokoknya good job... good job... good job....
Can’t
wait The Raid 3.