JATIM PARK II, BNS, BROMO, AIR TERJUN MADAKARIPURA

Bermula dari guyonan terus iseng buka kalender, kulihat ada tanggal kejepit di awal bulan Oktober 2013, iseng aku ajak temen2ku ke Bromo. Nyari balad max 6 orang coz hard top di Bromo max cuma bisa untuk 6 orang. Ga dinyana ga diduga, ajakanku bersambut. Pada antusias kuajak serta. Akhirnya kubooking-lah tiket perjalanan sekalian ama hotelnya. Sejak awal booking sebenarnya aku harap2 cemas, permohonan cutiku di-acc ga. Aku sungguh berharap di-acc, makanya aku jadi rajin berdoa Rosario tiap malam, memohon biar permohonan cutiku di-acc dan cuaca mendukung perjalanan kami. Dan akhirnya, Puji Tuhan....., permohonan cutiku di-acc.

Sejak awal sebenarnya aku mempertimbangkan kondisi badan kami. Perjalanan Bandung-Malang by train itu 14 jam. Pake bus bakal lebih lama lagi. Browsing pesawat Bandung-Surabaya, jam-nya nanggung semua. Waktu kami begitu terbatas. 2 hari 2 malam. Run down acara sangat padat. Demi pertimbangan waktu, akhirnya kuputuskan dari Bandung naik kereta Malabar yang berangkat pk.15.30 dan perkiraan sampai Malang pk.07.00. Pulangnya baru naik pesawat dari Surabaya.
Aku ga berani ambil resiko pulang pake kereta, 14 jam perjalanan lagi bakal bener2 membuat teler, mengingat hari Senin aku harus sudah kembali ngantor, mana ada rapat sampai malam lagi.

Akhirnya...... jreng jreng jreng.....hari Sabtu pagi, 12 Oktober 2013, kita sudah menjejakkan kaki di Stasiun Kota Baru Malang. Rombongan dari Yogya sudah sampai stasiun 1 ½ jam lebih awal dariku. Sesuai perjanjian, Kang Sule, sopir rental yang biasa dipakai kantor temanku, kami minta jemput di stasiun. Dan olala.... kami semua senyum2 ketika mendapati warna jaket yang kupakai sama persis dengan polo shirt kang Sule. Hahahaha.....

Mengingat perut yang menuntut minta diisi sarapan, akhirnya kami mampir dulu ke Soto Rampal di Jln. Panglima Sudirman. Soto yang kata temanku recommended karena laris manis dan merupakan soto langganan Pak SBY. Rada bingung nyari tempatnya karena papan nama yang tidak kelihatan. Warungnya sederhana, terletak di samping gereja Emmanuel, dekat Bank BCA. Warungnya cukup ramai, pembeli datang dan pergi. Beruntung masih ada tempat buat kami. Tempat yang waktu itu ditempati Pak SBY, melihat dari dokumentasi foto yang dipajang di tembok. Hahhaha.....

Berbagai menu yang dari hasil browsing katanya enak kami coba. Soto, rawon dan babat rawis. Di sana juga ada telor asin asap yang berwarna coklat. Porsinya cukup besar, membuat kami tidak habis dan akhirnya rawon yang masih bersisa banyak pun kami bungkus. Soal rasa, sekali lagi itu soal selera. Enak buat orang lain belum tentu cocok dengan lidah kami. Ya, menurut kami kurang cocok untuk lidah kami. Makan di sini harganya lumayan mahal. Per porsi harganya di atas Rp.20.000,-

Ga mau ambil resiko pulangnya ga sempet mampir beli oleh2, akhirnya kami menyempatkan hunting oleh2 dulu ke ‘Lancar Jaya’ Jl. Sanan No.30 (0341-7772455).
Ya, ada titipan banyak kripik singkong lumba2 rasa manis yang merupakan must item buat dibawa ke Bandung, akhirnya oleh2 jadi prioritas.
Kripik singkong lumba2 memang enak, kripiknya empuk dan renyah. Ada dua varian rasa, manis dan asin, aku suka yang manis. Harga kemasan kecil 250gr Rp.6.500,- kemasan besar 500gr Rp.13.000,- Di sana juga ada aneka kripik buah: kripik apel, salak, melon, nangka, mangga, rambutan, kelengkeng, nanas, mangga, rambutan, semangka, belimbing, bengkoang. Kripik buah harga/pck Rp.10.000,-. Kami paling suka kripik nangka.
Kripik tempe juga ada aneka varian rasa: keju, pizza, ayam, barbeque, jeruk purut, pedas manis, jagung bakar. Kripik tempe aku tidak beli waktu itu coz belanjaanku sudah terlalu banyak. Emping jagung pedasnya enak juga. Dan ada beraneka varian rasa sari buah yang dijual per box. Aku nyoba sari buah jambu merah yang kataku lumayan enak.

Karena belanjaan kami yang ber-dus2 tidak muat masuk ke mobil semua, akhirnya barangku ada yang dipaketkan. Kebetulan di sana ada jasa pengiriman paket. Waktu itu aku minta dikirimkan 1 dus besar isi 12 kripik lumba2 besar dan 4 bh kripik nangka titipan Etil, dengan ongkos kirim ke Bandung Rp.50.000,-. Lumayan kan ga terlalu mahal. Besok lagi, klo pengin keripik, kami bisa telp ke sana minta dikirim dari sana. Pelayanannya baik dan ramah. Membuat kami bernafsu untuk belanja banyak. Hahahaha....

Dari Malang kami langsung melaju ke Batu. Jalanan tidak macet. Ga terasa tau2 kami sudah sampai di Batu, ga nyampe sejam sudah nyampe. Dan benar seperti kata Bapak2 tentara yang satu kereta denganku, Malang sekarang panas. Tidak seperti di Bandung, suhunya ekstrem. Siang panas sekali, malam dingin sekali. Dan terbukti di Batu kami kepanasan. Panas yang sangat menyengat yang membuat temanku memutuskan memakai payung. Sedangkan aku yang ga mau ribet megang2 payung, menggangguku saat memotret, membuatku memilih mengabaikan panas yang menyengat.

Rencana awal kami mau menumpang mandi ke pemandian Songgoriti yang jaraknya tidak terlampau jauh dari hotel tempat kami menginap. Mengingat kami harus berkejaran dengan waktu, aku coba telepon ke The Batu Villas, di Jl. Sultan Agung, hotel tempat kami menginap, yang seharusnya check in pk.14.30 ternyata boleh dimajukan jadi pk.10.00, akhirnya kuputuskan kami mandi di hotel saja sekalian menata barang kami.
Ternyata sopir kesulitan mencari lokasi hotel, saat pihak hotel mengirimkan denah hotel via wasap, kami malah sudah di area Jatim Park. Ya sudah, demi menghemat waktu, akhirnya kita langsung saja ke Jatim Park II yang katanya lebih bagus daripada JP I tanpa ada yang sudah mandi :D

Kami membeli tiket terusan JP II : Eco Green Park – Batu Secreet Zoo – Zoo Museum.
Seperti saran temanku, kami mengunjungi dulu Eco green Park yang tempatnya paling luas dan paling bagus dibandingkan yang lain. Kami beli tiket terusan di Batu Secreet Zoo. Untuk menuju EGP, sebenarnya jaraknya tidak jauh, berjalan kaki pun tidak melelahkan. Di sana disediakan fasilitas mobil elf antar jemput dan kereta terbuka. Tadinya kami mau naik kereta, tapi karena sudah tertinggal, akhirnya kami naik elf. Mobil elf ini juga mengantarkan ke JP I bagi yang membeli tiket terusan ke JP I.

Eco Green Park benar2 menarik. Aku yang sudah dewasa gini aja suka, gimana anak2. (Dewasa ya, bukan tua.... :D). Saking sibuknya bernarsis ria dan apa2 dipotret, berakibat baterai kameraku sudah habis saat kami keluar dari EGP. Hohoho....
Saking luasnya tempat ini, ada disewakan semacam sepeda elektrik yang ga perlu dikayuh dengan harga sewa Rp.100.000/jam. Ada dua model, buat orang dewasa atau buat anak kecil yang bisa kita dorong dari belakang.










Di dekat pintu keluar ada cinema 3D Hanoman dengan durasi 15 menit. Sebenarnya aku pengin nonton. Tapi mengingat waktu yang terbatas dan kami masih harus menghabiskan waktu untuk antree, membuat kami memilih melewatkannya dan segera berlalu menuju Batu Secreet Zoo.    




Batu secreet zoo ini, kataku seperti kebun binatang pada umumnya. Cuma di sini ada wahana permainanya seperti Dufan, Dufan mini kali ya. Wahana2 yang dihadirkan, wahana2 yang memacu adrenalin seperti jet coaster, semacam tornado di Dufan, dll yang aku ga tahu namanya apa. Aku dan rombonganku cuma naik satu wahana, yang aku ga tahu apa namanya, yang sukses membuat kami teriak2. Tiga temanku yang lain setelahnya ga bernyali untuk naek wahana yang lain. Etil masih bersemangat pengin nyoba wahana yang lain, mengajakku, tapi aku masih ragu2 antara mau dan tidak, coz nyaliku belakangan ini mulai redup juga. Jadi gampang deg2an. Faktor usia juga kali ya. Hahahaha... Tapi aku masih OK diajak masuk ke rumah boneka dan rumah hantu.

Memasuki rumah hantu, aku rada was2. Aku cuma berdua ma etil karena yang lain ga mau diajak serta. Harap2 cemas juga waktu berada di antrean panjang pengunjung yang mau masuk rumah hantu. Pengunjung yang boleh masuk dibatasi lima2. Aku bergandengan terus ma Etil, ga mau terpisah. Klo terpaksa gabung ma kelompok lain, klo pas takut, mau pegang tangan siapa coba. Hahahaa....
Sebenarnya yang membuatku rada khawatir itu bukan hantunya, tapi takut ada hantu jadi2an iseng yang suka memanfaatkan kesempatan dengan meraba-raba orang seenaknya, seperti yang pernah kudengar dari temanku, katanya ada yang pernah mengalaminya di sebuah rumah hantu.

Ternyata tak semenyeramkan yang kukira sebelumnya. Setiap memasuki sudut2 ruang yang suasananya spoky banget, yang kucemaskan, ‘Habis ini apa lagi ya, jangan2 lebih serem’. Ternyata ga ada yang membuatku mpe ketakutan, aku malah banyak ketawa2, geli. Ketawa melihat dan mendengar rombongan di depanku dan si etil yang menjerit karena kaget. Hahahaha...

Memasuki wahana2 ini semua gratis. Mungkin sudah include di tiket masuk ya. Oh ya, kita juga bisa naik kuda di sini. Dan buat anak2 disediakan waterboom mini.

Kita juga bisa naik kapal menuju kapal nabi Nuh yang besar. Kita bisa mendapatkan tiketnya di Sarang Semut cafe. Sambil menunggu dipanggil, kita bisa duduk2 di area cafe yang letaknya berada di atas. Pemandangan di sini bagus banget.

Penasaran banget dengan kapal Nabi Nuh. Isinya apa ya??? Aku sudah membayangkan, di dalamnya mungkin ada sepasang hewan2 dari berbagai jenis, tanaman2 berbagai jenis, yang memang dibawa nabi Nuh ke dalam kapal untuk menjaga agar tidak punah seperti dalam cerita yang pernah kubaca. Mungkin di dalamnya juga ada ilustrasi perbekalan makanan dan minuman untuk berbulan-bulan.
Hohoho... ternyata dugaanku semua salah. Di dalamnya adalah semacam rumah boneka. Hehehehee....
Tapi lumayan juga, sejenak merilekskan diri naik perahu mengelilingi tempat itu.


Di area ini juga ada Hotel Pohon Inn. Jika kita menginap di sini, maka kita bisa masuk Secreet Zoo gratis. Tadinya sempat kepikiran pengin menginap di hotel ini. Tapi mengingat hotel cuma buat kita transit beberapa jam sebelum kita berangkat ke Bromo, melihat harganya yang lumayan menohok di hari libur, membuatku dan teman2 mengurungkannya. Yang aku penasaran sebenarnya resto putar di bagian paling atas hotel ini. Katanya bisa melihat seantero secreet zoo.
Muter2 area JP II ini sungguh menyita waktu. Saking luasnya, sampe2 bikin kaki serasa mau patah. Tapi masih ada satu area yang belum kita masuki, museum zoo.

Di sepanjang lorong jalan keluar secreet zoo, tepatnya di area kandang macan, ada ibu2 yang promosi jamu kunyit asam dan beras kencur. Rasanya enak-seger. Aku yang penggemar jamu, akhirnya menenteng 2 botol jamu, beras kencur dan kunyit asem untuk kubawa pulang. Harga sebotolnya 12 ribu. Jadilah memasuki museum zoo sambil menenteng jamu. Hehehehe....

Di Museum zoo, kita melihat semacam diorama2 hewan dan hewan2 yang diawetkan. Teman2ku tampak tidak terlalu antusias di sini. Mereka cepat2 keluar. Jadilah mereka harus menungguku cukup lama yang sibuk memotret dengan hp coz kameraku dan kamera etil sudah lowbat.

Setelah menyelesaikan semua, yang kami semua secara kompak rindukan adalah makan. Yang begitu pengin kucoba adalah baso bakar. Semoga kita bisa menemukan baso bakar di sana.
Yang ada di list-ku sebenarnya Baso Presiden dan Baso bakar Pak Man. Tapi kata driver, tempatnya jauh dari Batu, itu di Malang kota. Jadi mau ga mau kita mencari makan di area situ aja. Dan setelah muter2 sebentar kita berhenti di sebuah warung makan di depan JP II yang kita lihat menawarkan banyak menu makanan termasuk di dalamnya ada baso bakar, ‘Warung Cak Tono’.

Pilihan kami tidak salah. Makanan di situ enak2 dan murah lagi, membuatku heran. Biasanya di tempat wisata kan harga makanannya mahal. Bahkan di area dalam Eco Green Park dan batu secreet Zoo, harga makanannya terbilang murah.
Makanan yang kami order macem2: nasi pecel, penyetan tempe dan baso bakar. Dan baso bakarnya juara banget. Membuatku akhirnya pesen lagi. Bahkan sekarang pun pengin lagi.....

Sesudah itu kami melanjutkan langkah kami ke hotel tempat kami menginap di The Batu Villa di Jl. Sultan Agung.

Siang begitu panas, malam begitu dingin. Benar2 ekstreem. Dan ini di luar perhitunganku. Aku mengambil dome room dengan 4 bed. Kupikir paling cuma kita pakai beberapa jam untuk transit sebelum kita sekitar pk.00.00 beranjak menuju Bromo. Aku sama sekali tidak memikirkan perlunya hot water. Gila booo, dingin banged airnya. Mau mandi pun harus ekstra mengumpulkan nyali. Aku yang ngebet banget pengin ke BNS (Batu Night spectacular), akhirnya memaksa driver, teman2ku dan aku sendiri untuk segera mandi. Tapi sayangnya teman2ku ga ada yang bisa dibujuk untuk segera mandi. Mereka pada tepar terlelap tanpa mandi dulu. Dan akhirnya tak ada yang bisa kupaksa menemaniku ke BNS. Beruntung Pak driver, Kang Sule, mau ketika kuminta menemaniku. Kuminta menemani mpe masuk area dan naek bom2 car. Hahahaha....

Pemandangan di depan hotel kala malam cantik bener. Melihat ke seberang jalan serasa berada di Bukit Bintang. Lampu kerlap kerlip rumah penduduk nun jauh di bawah sana benar2 membuatku takjub. Saking bagusnya pemandangan, di sepanjang jalan banyak dijumpai semacam angkringan. Orang jualan lesehan. Tentu saja menu yang dijual bukan ala angkringan. Mereka menjual pop mie dan kopi panas, rata2 cofeemix. Ya, orang akan betah berlama-lama nongkrong di situ. Sebenarnya pengin banget bisa nongkrong di situ. Tapi terkendala waktu dan aku cuma sendiri, yang lain sudah terkapar tak berdaya, ntar kayak orang ilang dah.

Jarak hotel ke BNS sebenarnya tidak terlalu jauh. Tapi karena jalannya searah, jadi kami harus muter dulu melewati Jatim Park 1. Ya, BNS ada di dekat Jatim Park I.

BNS ini seperti pasar malam. Ada berbagai wahana di sana. Tiket masuk per orang Rp,20.000,-. Nanti di dalam tiap wahana kita masih harus bayar lagi per wahana rata2 12.500 per orang. Di sana ada cinema 4D dan rumah hantu juga. Tapi aku ga berminat masuk karena antreannya panjang bener, sedang aku cuma punya waktu sebentar ke sana. Di dekat pintu keluar ada semacam pasar kecil yang menjual pakaian dan pernak-pernik. Kayak ITC di Bandung tapi mini.












Keluar dari BNS, di depannya banyak penjual sate kelinci dan popmie-kopi. Kita mampir beli sate kelinci sambil nonton sebentar pertandingan Korsel vs Indonesia. Sate kelincinya juga ga mahal bo. Wajar banget harganya. Sekali lagi membuatku heran waktu bayar. Eh yang bayar bukan aku dink, coz aku ditraktir pak sopir yang gaul dan baik hati. Hahahahaha... tengkyuuu...
Dari BNS aku segera balik ke hotel. Mpe hotel mendapati temen2ku masih pada tertidur lelap. Aku ga bisa tidur lagi. Packing2 bentar kemudian membangunkan yang lain dan pk.23.30 kita check out dari hotel


Mendengar ceritaku klo tadi habis makan sate kelinci, arek2 yang lain jadi kabitha. Akhirnya kita mampir ke warung sate kelinci yang pake acara nunggu lamaaaaa banged ngedh. Mungkin kelincinya baru disembelih malam itu juga. Aku yang ga ikut turun karena perut masih maha kenyang, memilih nonton sepakbola Korsel vs Indonesia secara streaming pake tablet di mobil.

Hampir pukul 01.00 dini hari, kita baru beranjak meninggalkan Malang menuju Bromo.
Terlelap di jalan, pas enak2 tidur, mobil berhenti di pom bensin. Rombongan antree di toilet panjang banget. Semakin panjang coz ditambah beberapa personil rombonganku. Aku memilih ga ikut berpartisipasi ngantri karena males berdiri lama.

Masih jam 2 pagi tapi terjadi kesibukan yang luar biasa di pom bensin ini. Ya, pom bensin terakhir ke arah Bromo ini dijadikan seperti base camp bagi mereka yang pada mau ke Bromo. Banyak kujumpai bule2 di sana. Juga banyak penjual syall, topi, sarung tangan rajut yang hilir mudik menjajakan dagangannya. Kirain harganya mahal, ternyata ga bu. Sarung tangan 5 ribu, topi 10 ribu, syall 10 ribu. Akhirnya nyantollah 1 topi rajut warna merah yang segera kupakai dan membuatku merasa lebih hangat. Di sini juga ada banyak mobil hard top yang menawarkan jasanya. Tak tanggung2 sekitar 1 – 1,5 juta. Sedangkan Kang Sule, menawarkan hardtop kenalannya seharga Rp.600 ribu, dengan rute Pananjakan – kawah Bromo – Padang Savana – Pasir Berbisik. Setelah mikir dan melihat betapa banyaknya rombongan di pom bensin yang artinya saingan kita buat nyewa hardtop nanti akan banyak, akhirnya kuiyakan saja tawaran Kang Sule, daripada nanti repot musti nyari2 di sana.

Pk.03.00 kita terjebak dalam antrean maha panjang sesama calon pendaki Bromo. Padahal kata Kang Sule dikit lagi kita sudah sampai di Terminal Jeep. Mobil benar2 stuck, mpe bau asap di mana2. Jalan semakin menanjak, bau ga enak mulai tercium. Ternyata bau asap dari Avanza yang kita sewa. Mobilnya kepanasan boook.... dan akhirnya menyerah dan mogok. Akhirnya kita putuskan untuk turun dan lanjut jalan kaki menuju terminal yang kata Kang Sule tidak jauh lagi.

Jalanan masih gelap. Banyak bintang berkerlap-kerlip di atas sana yang ketika kufoto dengan kameraku tidak tampak. Begitu juga dengan antrean mobil yang macetnya panjang sekali mpe dua jalur pun saat mau kuabadikan juga ga bisa saking minimnya cahaya. Di kanan kiri jalan terlihat kebun kol dan daun bawang yang juga sama ga tampak ketika kita foto.

Jalan lumayan jauh, biarpun dingin, ternyata cukup membuat badan berkeringat. Apalagi jalan di sela2 mobil yang sebentar2 harus berhenti saking macetnya. Pake masker bukan karena udara dingin, tapi karena saking tercemarnya udara oleh asap kendaraan. Kita juga melewati beberapa mobil yang juga menepi karena mesinnya kepanasan, sama kayak kita.

Akhirnya kita putuskan untuk rehat di teras sebuah rumah sambil menunggu Kang Sule. Kita sempat berfoto-foto di kebun daun bawang yang ada di samping rumah. Bapak pemilik rumah pun keluar dan menawarkan bunga edelweis kering yang dijualnya 20 ribu. ‘Ini asli neng, yang dijual di atas sana bukan asli.’
Kita masih pada kuat iman, ga ada satu pun dari kita yang tertarik membeli edelweis si Bapak.

Akhirnya Kang Sule pundatang dan ber-haha hihi. Mobilnya sudah bisa jalan lagi. Tapi kita masih diharuskan jalan kaki lagi takutnya mobil jadi terbebani oleh muatan dan ga kuat menanjak lagi.
‘Hohoho.... curang ya. Bilang aja kalau nyuruh kita jalan kaki, pake alasan mobil mogok sgala....’, seloroh kita sembari tertawa.
Kita kembali dengan semangat 45 berjalan menuju terminal jeep.
Dan di terminal ke-crowded-an pun masih terlihat. Hard top yang disewakan sudah habis smua, saking banyaknya rombongan yang menuju Bromo di Long wiken Idul Adha ini. Banyak rombongan yang ga kebagian hard top. Kasihan mereka, mana antrean di bawah masih panjang. Untung aku tadi menyetujui saran Kang Sule untuk memakai jasa hardtop dari temannya.

Menunggu cukup lama baru Kang Sule muncul. Semburat merah sudah muncul dari ufuk timur. Huehuehue.... jangan2 kita terpaksa harus lihat sunrise dari sini ya...... Kulihat jam sudah menunjukkan pk.05.00. Padahal kita tadi berangkatnya sudah awal banget, ga nyangka bakal se-crowded ini.





Akhirnya tetap diputuskan kita menuju ke Pananjakan. Kita turun di pinggir jalan karena jalan sedang diperbaiki. Mas Gadi si empunya hardtop yang masih muda menyarankan kita untuk sewa kuda saja Rp.50.000,-. Tapi ketika kutanya jalan kakinya ga jauh, akhirnya diputuskan kita jalan kaki saja.
Dan kita masih kebagian sunrise kok. Hanya saja semburat langit merah yang cantik ga bisa kita nikmati di sana. Kayak yang kulihat di gambar2.












Aku n Etil dari pananjakan I setelah sunrise naik lagi ke Pananjakan II. Pengin tahu bagaimana pemandangan dari atas. Ada kulihat orang2 yang turun dari arah lebih atas lagi. Ternyata masih bisa naik lagi. Meskipun pengin, tapi aku urung naik, takut yang lain menunggu lama coz mereka tidak ikut naik.








Di sini aku sempat ke toilet yang harganya membuatku takjub. Sejak awal aku sudah tahu klo harganya mahal Rp.5.000 sekali ke toilet. Tapi daripada di toilet yang lebih bawah lebih antree, aku memilih toilet ini. Mendengar mereka ngedumel saat harus bayar mahal, membuatku tertawa. Apalagi ada yang bilang,’Aku jadi ga pengin pipis lagi. Dengar 5 ribu, pipisnya langsung naik lagi.’ Hahahaha.....

Usai dari Pananjakan, matahari sudah tinggi. Kita segera menuju ke Bromo. Kembali macet mendera. Macet yang bikin pusing coz macetnya dua arah yang ga mau saling ngalah. Sampai kapan pun ga akan bisa jalan klo kayak gini. Mas Gadi milih turun nyari angin di luar. Yang lain pada memilih tidur di jeep.

Akhirnya jeep bisa jalan juga. Kita segera menuju ke Bromo. Kita diantar cuma sampai area parkiran yang sudah dibatasi oleh tali rafia. Ya, seperti halnya di terminal jeep, sebenarnya mobil pribadi bisa saja sampai sana, tapi sudah dimonopoli oleh orang2 di sana, sehingga mau tidak mau kita harus sewa jeep. Seperti halnya di parkiran Bromo, sebenarnya jeep bisa mengantar kita sampai bawah anak tangga menuju kawah Bromo, tapi demi berbagai rezeki dengan mereka yang menyewakan kuda, kita cuma bisa sampai di area parkiran.

Jalan kaki menuju kawah Bromo lumayan bikin cape. Yang bikin cape itu karena kita berjalan di jalan yang berpasir jadi lebih berat. Kita juga harus berjuang menahan sesaknya nafas karena angin yang berhembus membawa pasir. Sangat penting memakai tutp kepala, masker dan kacamata untuk melindungi diri dari pasir. Juga sebaiknya jangan memakai sepatu berwarna gelap karena nanti warnanya menjadi ga karuan terkena pasir Bromo yang warnanya abu2 seperti abu. Aku yang pakai sepatu warna abu, ga masalah karena tidak ada perubahan pada wrna sepatuku yang biarpun sudah terkena pasir abu tetap saja masih berwarna abu.










 Perjuangan menuju kawah Bromo itu tidak semudah yang kubayangkan saudara2. Nafasku semakin sesak ga kuat menghirup udara yang berpasir, membuatku di separo perjalananku memutuskan menerima penawaran Bapak yang menyewakan kuda Rp.25 ribu sampai bawah tangga kawah. Etil yang orangnya memang pantang menyerah memilih tetap berjuang sampai akhir dengan berjalan kaki. Kita janjian ketemu di bawah tangga.

Melangkah setapak demi setapak menapaki anak tangga di antara ribuan orang itu ternyata tidak mudah. Melihat bule2 dan anak kecil yang tangguh sudah berada di atasku membuatku kembali bersemangat naik sambil menghitung anak tangga yang ketika naik kuhitung jumlahnya 237, ketika turun jadi 225, dan kata penduduk suku Tengger yang berjualan Indomie di bawah jumlahnya 248. Ga tau yang bener yang mana. Hahaha......


Di atas kawah, bener2 spokey menurutku. Takut longsor, mengingat lebar bibir kawah yang hanya sekitar 1 m, dan harus menampung ratusan orang yang hilir mudik bergantian naik turun. Yang membuatku bener2 hepi, aku kesampaian foto di atas kawah yang membuat etil tereak2 ‘Sudah!!! Sudah...!!!’ khawatir aku bakal jatuh.
Etil yang merasa gamang berada di atas mengajakku segera turun.







Di bawah saat berfoto-foto dengan Etil, Selly tiba2 memelukku dari belakang. Dia yang terpisah denganku yang kupikir sudah naik dengan Ana n Monik, ternyata dia naik sendiri. Monik n Ana menyerah sebelum berperang memilih menunggu di pura. Hahahaha....
Dan aku ada balad. Selly di pertengahan jalan menuju kawah memutuskan naik kuda juga yang berhasil ditawarnya jadi 20 ribu. Hehehee.... seneng aku ada temannya.




Turun dari kawah, kita lanjut berfoto-foto narsis lagi. Tak lupa memborong bunga2 kering, warna merah dan putih buat oleh2 karena tetanggaku pengin dioleh-olehi bunga edelweiss. Tapi aku tahu, sebenarnya bunga yang kubeli bukan edelweis asli. Sepertinya itu hanya bunga liar kecil2 berwarna putih yang banyak tumbuh di sepanjang jalan di Pananjakan. Gapapa lah, yang penting bawa oleh2. Bunga2 kering ini dijual seharga 25-30ribu satu ikatnya. Gila ya, mentang2 rame jadi mahil banget. Keukeuh nawar, akhirnya kita dapat Rp.10.000,- per ikat dgn janji akan membeli banyak. :D

Cape berfoto kita segera mencari Ana n Nike yang kita temukan lagi berselimut sarung di tangga menuju pura. Yang membuatku heran, cuaca panas banget gini yang membuatku melepas jaket, kenapa Ana n Nike ngeasa kedinginan ya. Sungguh benar2 ajaib. :D

Kita segera menuju area parkiran untuk mencari hardtop kita. Mpe cape berkeliling tidak juga menemukan hardtop ijo yang kita sewa. Mencoba menelepon driver ga diangkat. Akhirnya kuputuskanmenelepon Kang Sule yang mengenalkan kita pada Mas si empunya hardtop ini. Tak berapa lama, Mas Gadi pun menelepon, dia bilang lagi terjebak macet tadi habis mencari bensin. Aku iyain aja biarpun sebenarnya aku ga percaya. Feelingku dia lagi nganter penumpang lain. Lagi rame gini. Banyak yang butuh jasa sewa hardtop. Huehuehue.....
Bukan hanya kita yang terlantar di sana selama beberapa waktu. Bedanya kita tetep kalem, aku n etil menikmati indomie rebus kita yang harus kita umpetin di bawah meja karena badai pasir. Sambil makan indomie, aku banyak ngobrol dengan Ibu empunya warung tentang upacara Kasada di kawah Bromo.

Badai pasir


Ada rombongan bapak2 yang sama2 menunggu di dekatku terlihat uring2an. Dia marah2 karena hardtopnya tak kunjung datang. Mana dia juga ga sempat lihat sunrise karena tidak kebagian hardtop. Sang driver diomel-omelinnya dengan durasi yang menurutku kelamaan via telepon. Dan teman2ku pun mengomporiku untuk nanti juga memarahi mas Gadi. Hehe....

Aku niatnya mau marah juga, tapi mengingat kami masih harus ke Padang Savana, Bukit Teletubbis dan pasir berbisik, jadi aku ngomong secara halus aja. Tidak enak, takut sepanjang jalan suasana jadi kaku dan tidak nyaman. Aku cerita ke mas Gadi klo tadi ada banyak tamu yang marah2 karena hardtop yang mereka sewa narik tamu lain. Hehe... dari ekspresinya terlihat klo dia tau maksud pembicaraanku. Hihi....

Badai pasir semakin menggila. Aku sampe heran melihat orang2 yang nekat naik motor di area ini. Banyak lho yang nekat. Padahal jalan aja mpe tak terlihat saking tebelnya badai pasir. Untung mas Gadi sudah menguasai medan.



Kita melewati padang savana yang tampak menguning. Bunga2 yang tampak kering di sana-sini, kata mas Gadi klo musim hujan, warnanya berwarna-warni dengan didominasi warna ungu. Keren juga tampaknya datang lagi pas musim hujan.




Area di bukit teletubbis memang benar2 cantik. Sebenarnya pengin menghabiskan banyak waktu untuk bernarsis-narsis di sana, tapi cuaca yang begitu panas membuat kami tak betah berlama-lama di sana.
Di area pasir berbisik pun kita ga betah berlama-lama di sana. Tiba2 saja badai pasir datang. Membuat selendang, topi dan kacamata tak pernah lepas dari kita. Akhirnya kita pun menyerah dan memilih segera masuk kembali ke dalam hardtop. Yang membuatku takjub, ada pasangan yang lagi prewed di sana. Hohoho... gimana itu make up dan kostumnya rusak kena pasir.





Tujuan terakhir kita di Bromo sudah kita kunjungi. Melihat jam, sore sudah menjelang, kita segera ke area parkiran, minta Kang Sule mengantar kita ke Air Terjun Madakaripura untuk membersihkan debu2 dan pasir yang banyak menempel di tubuh kita. Ciaaayouuu... lanjut trekking.

Oh ya, soal Bromo, belakangan aku baru tahu dari temanku tentang mitos di Bromo. Katanya jangan sekali-kali kamu bilang ‘dingin’. Katanya jika kita sampai mengucapkan kata itu, di siang hari yang terik sekalipun, orang yang mengucapkan kata itu bakal menggigil kedinginan. Dan hal ini terjadi pada temannya satu rombongan yang jatuh dari kuda karena kram kedinginan di siang yang terik. Sebelumnya dia tak sengaja mengucapkan kata ‘dingin’.
Aku jadi teringat dua temanku yang meringkuk kedinginan berselimutkan sarung di tangga menuju pura. ‘Apakah kalian juga tak sengaja mengucapkan ‘dingin’ teman??????’ Hohohoho.....


AIR TERJUN MADAKARIPURA, TUJUAN WAJIB SETELAH SEHARIAN DI BROMO

Ternyata jarak air terjun Madakaripura dengan Bromo tidak terlalu jauh. Sekitar 30 menit kita sudah sampai. Perut lapar lagi sodara2. Sebelum trekking kita mampir dulu ke warung2 yang banyak berjajar di sana, menikmati indomie rebus (haha indomie lagi) dan gorengan.

Di area parkiran, ada kamar mandi umum. Jadi tidak usah khawatir jika kita basah kuyup selama di air terjun karena kita bisa membersihkan diri di sana.

Oh ya, di area parkiran Madakaripura, anak2 muda di sana pada rajin2. Jangan heran klo ketika kendaraan kita tinggal trekking, saat pulang, kita dapati kendaraan sudah bersih habis dicucikan. Tidak gratis lho ya…. Karena sudah dicucikan, jadi mau ga mau ya harus mau bayar. Curang yaaaa…….

Di sana juga ada banyak yang menawarkan jasa guide. Ati2 ya klo mau menggunakan jasa guide. Mereka suka ngasih harga ga kira2. Guide rata2 minta tips Rp.100.000,-. Lebih baik di-nego saja dulu biar tidak ada konflik saat membayar.

Klo menurutku, jika belum pernah ke sana, sebaiknya menggunakan jasa guide karena lokasinya yang lumayan jauh dengan rute yang lumayan bikin kit ngos2an. Bayangin, nyebrang sungainya bisa 5-6 x sendiri. PP jadi 12 x nyebrang kan. Klo jalan yang kita lewati mah sudah lumayan bagus dengan area jogging track yang sudah diconblock. Yang serem itu saat menyeberangi sungai yang arusnya deras atau harus meniti batu2 yang licin saat menyeberang. Takut terpeleset. Sungainya sih tidak dalam. Ketinggian air masih di bawah lutut. Ga tau ya klo lagi musim hujan. Jadi kita menyeberang melewati batu2 yang terlihat karena airnya bening.

Klo cape di tengah jalan, tidak perlu khawatir karena ada warung yang jual minuman hangat dan gorengan di pinggir sungai. Ga banyak sih, cuma dua warung, tapi ini benar2 membantu. Biarpun warungnya cuma itu aja, harga yang mereka berikan masih wajar.

Setelah berjalan sekitar 30 - 40 menit, akhirnya kita sampai juga ke area air terjun. Waktu lihat air terjunnya, dalam hati aku berucap. Kok ga sebagus yang kulihat di gambar ya, apa karena airnya sedang surut, kan lagi musim kemarau.

Olala, ternyata itu baru air terjun yang pertama, Berjalan beberapa meter dengan naik2 batu yang licin, yang membuat Ana menyerah tidak mau manjat bukit batu yang licin itu. Dibalik bukit batu itu mataku benar2 dibikin takjub. Benar saja, klo niat ke sana, harus mau basah kuyup. Saking derasnya air terjun, air menyembur ke mana2. Payung tak akan bisa melindungi kita. So… jangan heran klo di sana ada yang menyewakan mantol plastik. Mantol2 ini juga banyak dijual di area parkiran klo ingin membeli. Tapi menurutku klo sudah niat mau ke air terjun, ya harus mau berbasah-basah ria di sana.










Sungguh menyenangkan di sana. Berasa kayak melihat surga. Kita seperti berada di dalam sebuah tabung dengan air terjun yang tinggi banget yang keluar dari lubang di atas sana. Airnya benar2 bening dan dingin. Pantas saja klo lagi hujan deras dan arus air kuat, wisatawan tidak diperbolehkan masuk ke area air terjun karena sangat berbahaya. Kita bisa terjebak di dalam tabung air terjun itu.


Dan kedatangan kita di bulan Oktober merupakan saat yang tepat, sungguh beruntung kita, karena saat lihat liputan di tv selang sebulan setelah kepergian kita di sana, saat musim hujan, air di air terjun benar2 keruh.

Oh ya, air terjun ini, konon dulunya merupakan tempat bersemedinya Patih Gajah Mada. Kita akan menjumpai patung Mahapatih Gajah Mada di gerbang masuk menuju air terjun.

Lumayan lho menggunakan jasa guide di sana. Kita bisa dipilihkan jalan yang aman saat menyeberang sungai, dibantu membawa barang bawaan kita, dibantu saat harus manjat2 tebing batu, dan yang terutama, ada yang motretin kita. Haha… tengkyuuu…..

Saat kelar jalan2 karena memang sejak awal kita sebenarnya tidak mau menggunakan jasa guide, terus orang yang membantu kita menyeberang sungai terus saja membuntuti kita walaupun kita tidak minta, ya sudah sekalian aja kita minta bantuannya..Kupikir karena kita tidak meminta jadi ya seikhlasnya aja kita ngasih. Karena niatnya memang mau berbasah-basahan jadi bawa uang juga seadanya. Kukasih uang Rp.50.000,- dan sempat kudengar orang itu berucap ‘Biasanya sera…..’
Tidak diselesaikannya kata2nya.
Aku langsung menyahut, ‘Apa?’
‘Tidak apa2,’ katanya.
Aku yakin dia mau bilang ‘Biasanya seratus’.
Hahaha… ya sutra….. pura2 ga tau aja toh dia ga complain.

Ga rugi cape2 trekking ke Madakaripura.
Aku jadi semakin mengagumi ciptaan-Nya dan bersyukur tinggal di bumi Indonesia yang begitu kaya akan keindahan alamnya.
Hohohoho…. Masih banyak lagi tempat2 indah di Indonesia yang menanti kunjungan kita selanjutnya.
Tunggu kita yaaaaa…………………………

Sebagai catatan aja, di area parkiran ada dijual sandal jepit seharga Rp.10.000,- /pcs dengan warna merah, hijau, biru. Sandal jepit ini sudah teruji benar2 anti slip. Aku terpaksa menenteng sandal jepit yang kubawa karena memakai sendal malah membuatku beberapa kali terpeleset. Sedangkan Etil n Ana yang beli sandal itu di parkiran, aman2 saja. Dan Bapak guide juga menyatakan klo harusnya kami pakai sandal yang dijual di parkiran. Dan sudah kubuktikan ketika bapak guide merelakan sandalnya untuk kupakai. Hehe. Belakangan sandal ini kita nobatkan sebagai sandal wajib di acara liburan kita karena di acara liburan kita pasti ada trekking keluar masuk hutan menyusuri sungainya di hari terakhir jalan2.
Dan judul sandal ini adalah sandal ‘Melly’. Hahaha....


Kita beranjak meninggalkan Madakaripura sudah menjelang maghrib. Ya, kita yang pada basah semua harus antri kamar mandi yang hanya tersedia sekitar 5 biji. Kita segera berangkat ke Surabaya untuk transit menunggu kepulangan kita di Senin pagi.

Kita sengaja lewat Sidoarjo karena pengin nyobain lontong cupang yang katanya enak itu. Ada deretan warung berjajar, sempat bingung memilih yang mana. Akhirnya kita pilih Warung Pak Hasyim karena kita lihat di spanduk ada foto Pak Bondan Winarno dan Saiful Jamil saat menyambangi warung itu. Hahaha... pasti ini recommended.

Beruntunglah di situ tersedia aneka menu. Kita memesan lontong cupang, soto lamongan, nasi rawon, susu soda dan kelapa muda. Semuanya enaaaak. Bertambah enak karena kita semua sedang kelaperan.  Tadinya kita nglewati rawon Nguling yang terkenal itu. Pengin nyobain sebenarnya. Tapi karena Kang Sule, sang driver menyatakan klo makan di situ dia ga mau ikut makan karena harganya mahal ya akhirnya ga mampir ke situ. Lagian Kang sule ini wong mau dibayarin kok ya ga mau. Bener2 ga suka aji mumpung. Hahaha....

Bener2 ngantuk. Mungkin karena kelelahan diforsir selama dua hari. Saat tiba2 mobil berhenti dan dibangunkan aku sempat bingung. Ternyata kita berhenti di area lumpur lapindo. Memang aku pengin lihat keadaannya seperti apa. Tapi di luar benar2 gelap gulita. Spokey.... Kita berada di samping benteng yang membatasi daerah yang terkena dampak lumpur lapindo. Katanya klo pengin lihat kita musti naik ke benteng itu. Mau naik juga percuma karena saking gelapnya ga akan bisa lihat apa2. Akhirnya kita segera meneruskan perjalanan ke hotel tempat kita transit di Hotel SWK 95 yang belakangan menjadi langganan kita, karena letaknya yang strategis, dekat ke bandara Juanda dan tidak terlalu jauh ke stasiun besar untuk keberangkatan pagi. Selain harganya yang terjangkau, hotelnya bersih, tempatnya nyaman dan di samping hotel persis ada Indomaret. Hehe itu yang kita butuhkan.

Oh ya akomodasi kita selama di sana, barangkali ada yang perlu untuk perencanaan budget liburan, pengeluaran kita selama 2 hari di sana 5 orang @Rp.850.000,-
Pengeluaran itu meliputi rental mobil 2x24 jam, tips sopir, sewa hardtop di Bromo Rp.600.000,-, hotel 2 malam, makan 2 hari, tiket masuk lokasi, tips guide, parkir, bensin. Belum termasuk tiket pp.

4 komentar:

  1. mas kok gk ada perempuan tengger yang membawa sesaji ke puncak sambil gendong sesaji

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah... itu mah harus klo ke sana bertepatan dgn upacara Kesada.

      Hapus