Serasa mimpi, ternyata bulan ini kesampaian juga aku walking2 ke Thai. Di awal bulan permohonan izinku yang sudah lama kulayangkan, akhirnya mendapat izin meskipun dikurangi 1 hari dari permintaanku. Sungguh tak percaya. Tengkyuuu so much... Kirain aku tadinya ga akan bisa pergi.
Gerak
cepat segera kubooking tiket yang biarpun masih tiket promo tapi harganya sudah
melambung jauh. Hilang sudah kesempatanku booking tiket yang sempat
membuka di angka 350ribu on departure.
Klo dari Indo, booking tiket lebih enak booking tiket pp sekalian. Klo beli
misah2, nti buat tiket pulangnya diitung pake Baht. Lebih rumit kan. 4D3N. Itu
buatku sudah sangat cukup. Aku pulang lebih awal dari teman2ku yang pergi 6D5N.
Aku
ke Jakarta sore hari naik Cipaganti travel. Baru kali itu aku lewat tol
Cipularang siang2, biasanya klo lewat malam terus. Ternyata pemandangan
sepanjang jalan sangat indah. Serba ijo dan ijo. Sempat sama2 travel asal
Bandung yang aku tahu tarifnya lebih murah dari Cipaganti mendahului travelku.
Dalam hati aku berucap, ‘Itu travelnya lebih murah tapi jalannya lebih cepat
ya. Pasti bakal lebih cepat sampai. Kenapa aku tadi tidak naik itu saja ya.’
Sampai
di km banyak, aku lupa, ada peringatan ‘Hati2, jika jalan berkabut, harap jalan
pelan2.’ Tulisannya seperti apa aku lupa tapi yang jelas intinya begitu. Tiba2
saja setelah aku baca peringatan itu, jalan menjadi berkabut. Benar2 ketutup
putih semua, jalan ga keliatan apa2. Lampu mobil dinyalakan semua. Mobil di depan
juga jalan sangat pelan2. Kabut itu berbau. Baunya masuk sampai ke dalam mobil.
Ini mah asap. Kebakaran sepertinya. Dan setelah lewat beberapa meter
kelihatanlah bahwasanya yang terbakar itu travel yang mendahului travel yang
kunaiki sebelumnya. Penumpangnya pada keluar semua. Dalam hati aku kembali
berucap, ‘untung tadi tidak naik travel itu.’ Hahahahaha............
Flight-ku
pk.07.20 pagi. So jam 4 pagi hp-ku dah bunyi oleh telepon temanku yang
membangunkanku menyuruh segera bangun dan mandi. Pk.05.00 taxi yang menjemputku
sudah datang. Dan pk.06.00 kurang dikit kami sudah sampai di Terminal 3 Bandara
Soetta.
Karena
aku memang tidak bisa pergi tanpa bawa tolak angin, cologne, fresh care, dll,
akhirnya kubawa juga ke kabin dengan kupastikan dulu sebelumnya per item-nya
tidak boleh lebih dari 100 ml dan total ga boleh lebih dari 1 ltr. Cairan yg
kubawa kuitung cuma sekitar 500 ml. Aku memang membawa serta air mineral yamg
sudah kuminum separo dan aku sudah bisa menduga klo bakal kena razia. Dan benar
saja,’Air minumnya dikeluarin.’ Hehehehe... dibuang sayang, akhirnya kuminum
aja di depan petugasnya. Hehehehe.....
Oh
ya, di Indo kena airport tax 150 ribu ya. Dan ini harus dibayar cash, tidak
bisa bayar pake debit ato kredit.
You
know, aku dapet teman baru yang menyenangkan di pesawat. Aku memang duduk
terpisah dengan teman2ku karena memang saat booking tiket mereka lebih dulu
beberapa bulan dari aku. Teman seperjalananku orang Malaysia. Kami banyak
ngobrol. Tentu saja dengan dibantu tulisan tangan karena keterbatasan Bahasa
Inggrisku dan perbedaan pengertian antara bahasa Indonesia dan Melayu. Dia ada
training di Jakarta dan dalam perjalanan ke Bangkok karena memang dia kerja di
sana. Jadi aku dapat banyak ilmu tentang Bangkok dan Malaysia dari dia. Teman
ngobrol yang baik dan menyenangkan. Bahkan dia mentraktirku makan dan minum di
pesawat. Tengkyuu so much.
We
make a promise, someday if we get promo ticket, we will plan a trip together to
somewhere. I hope so.
Penerbangan
3 jam berjalan lancar. Pk.10 pagi kita sudah mendarat di Don Mueang airport.
Jadilah petualangan kami sebagai orang asing di sana di mulai. Uang yang ada di
kami dalam pecahan 1000 B smua. Sedangkan untuk naik bus, taxi, belanja, kita
butuh uang kecil. Dan bagaimana cara kami mendapatkan uang kecil? Tadinya aku
berniat untuk membeli kartu perdana di minimarket yang ada di bandara, ternyata
harganya cukup mahal, 300 – 400 B, itu udah include paket internet buat
sebulan. Urung beli perdana yang kupikir itu mahal, akhirnya kuraih koran dengan
tulisan Thai semua.
‘How much?’ tanyaku ke petugas.
‘10
B’
Itu
kan sama aja dengan harga koran di Indo, 3 ribu rupiah. Ya sudah aja kubeli
dengan selembar uang 1000 B yang sempat dicomplain ama kasirnya suruh bayar
pake uang kecil. Akhirnya kami punya uang receh Thai juga. Hahahaha......
Mang
bisa bacanya? Ya ga sih. Buat lucu2an aja..... :D
Uang kecil Baht pertamaku |
Tak
mau ambil pusing, akhirnya kami menghampiri Taxi corner. Di situ tertulis bahwa
taxi menggunakan ‘meter’ yang maksudnya memakai argometer, dengan tarif bawah.
Ada charge 50 B untuk driver yang setelah kuitung-itung gapapalah merelakan 15
ribu yang penting kami bisa segera sampai hotel.
Letak
bandara Don Mueang dari Bangkok cukup jauh. Jika mau cepat, kami harus melewati
2 tol yang di sana disebut ‘highway’. Oh ya kenapa kami turun di Bandara Don
Mueang bukan Svarnabhumi? Itu karena penerbangan Air Asia sekarang semuanya
dialihkan ke sana semua. Dan itu sungguh memudahkan kami karena Bandara Don
Mueang relatif kecil dibandingkan dengan Suvarnabhumi yang konon kata jarak
antara tempat check in dan boarding bisa 1 km sendiri. Dan ini dibenarkan oleh
sesama penumpang bus prima jasa yang duduk di sebelahku dalam perjalananku
kembali ke Bandung. Dan kata sopir taxi yang mengantarku ke airport saat mau
pulang ke Indo, di Bandara Svarna bhumi ada banyak mafia, kita harus
berhati-hati di sana.
Jangan
khawatir dengan taxi2 di Bangkok, mereka rata2 jujur dan ramah2. Tapi tentu
saja jangan lupa tanya ‘use meter?’ saat mau naik. Sopir taxi yang mengantarku
ke hotel orangnya sangat ramah. Dia jago berbahasa Inggris. Baru kali ini aku
mendapati sopir taxi yang mau membayarkan dulu bea tol pake uangnya. Hahahaha.
Untuk memastikan kuminta karcisnya. Dan benar saja sesuai yang dikatakannya, 2x
tol, itu 60B dan 45B.
Sopir
yang benar2 baik hati. Bahkan dia berhenti sejenak, mengeluarkan hp-nya, telp
pake hp-nya ke hotel, untuk memastikan di manakah lokasi hotel kami. Dan yang
membuatku takjub, hp-nya Samsung S3 booooo..... Benar seperti yang kubaca,
rata2 orang Thai menggunakan iphone dan Samsung. Tidak ada yang menggunakan
Blackberry. Dan mana ada sopir taxi di Indo yang saat sudah sampai di tujuan
masih mau berhenti dulu untuk mencatatkan nama2 tempat dalam tulisan Thai
seperti yang kuminta. Ya, banyak yang berpesan padaku untuk minta dicatatkan
nama2 tempat pake tulisan Thai karena tidak banyak orang Thai yang bisa
berbahasa Inggris.
Hotel
kami di Khaosan Road. Hotel Sawasdee. Ternyata letaknya sangat berdekatan
dengan Grand Palace, Wat Po dan Wat Arun. Tinggal jalan kaki sudah sampai.
Kebeneran yang kebetulan. Dan kebeneran pula, di sepanjang area itu banyak
banget orang yang jualan. Baju2 yang lucu2, sepatu, aneka souvenir. Kayak di
kaki lima di kawasan Malioboro - Yogya gitu. Yang jualan ada beberapa yang bule.
Ada kaos2 kutung warna putih seharga 150B yang menarik perhatian kami. Yang
sangat sulit ditawar yang membuat kami memutuskan untuk beli di Chatucak market
yang terkenal murah2. Dan itu membuat kami menyesal karena ternyata baik di MBK
dan Chatucak, harga 150B itu wajar dan kami tidak menemukan kaos dengan gambar
yang sebagus dan seunik di Khaosan Road. Huehue... menyesal... Karena waktu
tidak memungkinkan bagi kami untuk kembali ke khaosan Road lagi.
Khaosan Road |
@Mc D |
GRAND
PALACE
Usai
makan kami melanjutkan walking2 kami ke Grand Palace. Berhati-hatilah dengan
tuk2 yang akan berusaha menjerumuskan anda. Dua kali kami ketemu dengan sopir
tuk2 yang bilang klo hari itu Grand Palace tutup dan baru akan buka keesokan
hari. Untung sebelumnya aku sudah dibekali buku ‘100 thing about Bangkok’ dan
‘Jalan2 murah meriah ke Thailand karangan Mas Ariy’. Sopir tuk2 ini menipu
anda. Nantinya dia akan membawa anda ke wat2 kecil dan toko perhiasan supaya
dia mendapatkan uang bensin 5 liter. Hehehehe.....
Bangkok
benar2 hot. Cuaca ini benar2 membuat kami dehidrasi. Bentar2 harus minum mpe
bekal minum kami habis.
Bea
masuk ke Grand Palace @500B. Oh ya, untuk masuk ke Grand Palace kita harus
berpakaian yang sopan. Sempat takut karena aku dan Neng make sandal kayak
sendal jepit. Kami sempat mau cari sepatu dadakan di sepanjang Khaosan Road
tapi kami tidak nemu, banyakan yang dijual sandal. Kemungkinan sendal jepit
yang benar2 sendal jepit dari karet yang tidak diperbolehkan masuk. Celana
pendek di atas lutut dan baju ‘u can see’ benar2 dilarang. Kulihat turis2 dari
Cina yang sudah membeli tiket, ada beberapa cewek pake dress lekbong, memakai
semacam selendang atau pashmina untuk menutupi bahu mereka. Ama petugas yang
berpakaian militer, mereka benar2 dilarang masuk. Kain penutup bahu disentakkan
oleh petugas dan mereka dilarang masuk. Kasihan juga melihatnya, tiketnya kan
jadi mubazir.
Hari
itu benar2 ramai dengan banyak rombongan turis yang berlalu lalang. Plus,
orang2 dalam dari palace yang sedang sibuk mempersiapkan perayaan Waisak. Untuk
berfoto aja kita harus menunggu cukup lama saking banyaknya orang2 hilir mudik
di depan kita.
Berkeliling Grand Palace benar2 membuat kami kelelahan. Palace area yang begitu luas ditambah udara yang sangat panas membuat kami harus beberapa kali beristirahat duduk bersandar di tempat yang teduh.
Usai
dari Grand Palace kami melanjutkan langkah kami ke Wat Po. Mampir dulu ke Seven
Eleven semacam Alfa Mart di Indo yang banyak dijumpai di sana. Harganya pun
wajar. Beberapa kali nanya ke orang2 di pinggir jalan takut kami salah arah.
Asal tanya ke pedagang2 atau mereka yang terlihat pakai pakaian kerja itu aman.
Asal jangan tanya ke sopir tuk2. Biar ga ngerti bahasanya, asal kita bilang
Grand Place, Wat Po atau Wat Arun mereka akan paham.
Dari pintu keluar Grand Palace, kita berjalan ke kiri menyusuri tembok putih pembatas Grand Palace mpe mentok kemudian ke kiri dan ke kiri lagi tanpa nyebrang kita sudah akan sampai di Wat Pho.
Oh
ya, di sepanjang jalan menuju Wat Pho ini banyak banged orang jualan.
Kebanyakan makanan. Dan yang membuat kita tertarik coz saking panasnya, buah
dingin. Dijual per kantong 20 B. Kami jadi menggemari mangga bangkok. Ada juga
yang jual hewan2 kecil yang digoreng kering, kayak belalang, kecoa. Dan tak
satu pun dari kami yang mau nyoba. Hiiiiiii.....
Tiket
Wat Po seharga 100 B. Dari tiket yang kita beli, kita akan mendapatkan free air
mineral berlogo Wat Pho dengan menukarkannya di dalam wat Pho.
Di
Wat Pho ini kita akan jumpai Patung Budha tidur. Patung yang sangat besar yang
terbuat dari emas. Untuk masuk ke dalam kita harus melepas sandal. Di pintu
masuk sudah disediakan banyak kantong untuk tempat sandal kita.
Di
Wat Pho di area patung Budha tidur, ada banyak guci berjajar di sisi belakang
patung. Kulihat ada orang yang berjalan mengisi tiap2 guci ini dengan kepingan
uang logam, menimbulkan bunyi creng... creng... Saat kuhitung ada 100 guci
lebih. 108 klo aku ga salah ngitung. Wah musti bawa 100an lebih recehan klo
niat mau ngikutin ritual di situ.
WAT ARUN
WAT ARUN
Untuk
menyeberang kita cuma bayar 3B per orang. Menyeberang sekedipan mata coz tau2
aja kita udah sampai di Wat Arun. Kita cuma melihat Wat dari kejauhan. Kita
lebih memilih duduk2 di taman. Sudah amat sangat cape. Berbeda dengan wat2 yang
lain, Wat Arun kayak candi Borobudur di Jawa Tengah. Ada banyak tangga untuk
mencapai puncak. Melihatnya aja udah bikin cape, dan tak ada satu pun dari kita
yang mau mencoba naik ke sana.
Di
pintu masuk Wat Arun ini kita mengalami kejadian yang membuat kita ketawa terus
jika ingat. Secara pada narsis, di pintu masuk ada ornamen2 buat foto dengan
lubang di bagian kepala. Spontan aja Riz n Sint udah nampang bergaya minta Neng
motoin. Usai foto ada ibu2 galak yang datang terieak2 minta kita harus bayar 40
B sambil menunjukkan tulisan yang membelakangi pintu masuk. ‘Take a picture 40
B’.
Hadoooh...
mana tahu ada tulisan di situ.
‘Bayar....
bayar.....’
Dia
bisa bahasa Indo tapi cuma kata ‘bayar’ doank.
Hahahahaha.... Jadi inget cerita temanku. Katanya tour guide-nya waktu ke Thai lebih suka nganter2 turis dari Indo coz dia tidak usah banyak ngomong njelasin suatu tempat, mpe lokasi, orang Indo sudah sibuk berfoto-foto. Nah, kayaknya yg banyak kejebak berfoto di sini orang Indo, makanya dia jadi bisa ngomong ‘bayar’. Hahahahaha.......
Di
sini juga kita ketemu teman baru, orang Thai, namanya Choi dan Wan. Melihat
kita kebingungan cukup lama mempelajari peta Thai sambil browsing2 mencari tahu
di manakah letak Asiatic night market yang katanya berada di sepanjang sungai
Chao Praya. Choi dan Wan ini orangnya sangat baik. Benar2 niat membantu kita.
Tapi bahasa Inggrisnya yang little little-nya parah membuat kita benar2 ga
ngerti apa yang diomongkannya karena dia lebih banyak make bahasa Thai-nya.
Saat aku tanya,’Where is your house? Your home? Near from here?’ Sambil
nggambar bentuk rumah pake jari2 tangan saking dia tetep ga ngerti, yang
akhirnya dia jawab ‘hospital’ yang belakangan setelah nyebrang kembali dari wat
Arun ternyata dia kerja sebgai perawat di rumah sakit. Hahahaha.....
Choi
dan Wan ini sangat baik. Mereka bahkan masih menemani kami saat berbelanja di
Wat Arun Market. Dia yang menawarkan tas slempang untukku dan tas cantik
seharga 450B yang cuma bisa ditawar jadi 350 B yang akhirnya urung kubeli.
tas selempang ala Wat Arun Market |
Dia
juga yang mencarikan taxi untuk kami untuk pergi ke Siam. Bingung mau ngasih
mereka apa buat kenang2an, akhirnya terpikir kenapa ga ngasih uang rupiah aja.
Kuambil lembaran Rp.10.000 dan Rp.5.000 yang masih baru dan kukasih ke Choi.
Dia benar2 menolak tapi aku bersikeras memberikannya. ‘It’s for you. It’ for
souvenir. Just for merchandise’.
Dia
tetep ga ngerti. Wan malah memberikan 100 B ke sopir taxi, dia bilang ‘exchange’.
Kami menolaknya dan mengambil uang itu dari sopir taxi dan mengembalikannya ke
Wan n segera berlalu. Masak iya Rp.15.000 ditukar 100 B. Rp.15.000 dengan
Rp.33.000, wah kamu rugi Wan. Mungkin kamu pikir nominal rupiah itu besar ya.
Bye
bye Choi.... Bye bye Wan....
Tengkyu
so much....
SIAM:
MADAME TASSAUD
Madame
Tussauds ini berada di kawasan Siam. Di sana berjejer 3 mall besar: Siam Paragon
- Siam Center – Siam Discovery. Berdasar urutan, Siam Paragon ini yang
barang2nya paling murah dibandingkan 2 mall yang lain. Yang paling mahal tentu
saja Siam Discovery. Madame Tussauds
ini berada di Siam Discovery. Tiket masuk, kami
sudah membeli sebelumnya via online, karena beli via online lebih murah
daripada beli langsung di sana. Kita waktu itu cuma dikasih waktu 50 menit
karena M. Tussauds udah mau tutup. Kita disarankan untuk ke sana keesokan hari
karena besok pun tiket kami masih berlaku. Tapi kami memutuskan untuk masuk
hari itu juga karena besok lagi kami sudah ada rencana lain. Ya, kami tahu di
dalamnya cuma ada patung2. Berfoto-foto dengan patung sebentar saja sudah
cukup. Dan benar saja, sebelum waktu 50 menit itu habis, kami sudah selesai
berfoto. Baterai kameraku dan Neng pun juga sudah habis. Hahaha....
Waktu
itu benar2 saat yang tepat bagi kami untuk ke M. Tussauds karena tak seorang pun
selain kami yang berada di sana. Jadi benar2 berasa private, ga pake acara
rebut2an, sangat santai, ga malu mau bergaya apapun. Hahahaha...
Dua
lantai tapi sedikit koleksi di lantai dua. Yang bikin kami ngakak, saat berfoto
bersama Obama&Michelle Obama, ternyata ada petugas yang memotret kami.
Sempat kaget, trauma dengan kejadian sebelumnya di Wat Arun, takut kena charge
lagi. Ternyata tidak. Kami dikasih kupon, nanti kami bisa melihat foto kami di pintu keluar. Jika suka kami
bisa beli, tapi jika tidak, tidak jadi masalah. 1 foto 300 B. Ternyata orang
ini bisa sedikit berbahasa Indonesia. Jadilah kami sedikit ngobrol pake bahasa
Indonesia.
Sebelum
pulang, biar ga usah repot cari makan lagi, kami putuskan untuk makan sekalian
di sana. Mencari yang paling murah, tentu saja kami harus menuju Siam Paragon.
Food court terletak di area lantai dasar Siam Paragon, so kita bersyukur ga
perlu susah2 naik turun eskalator. Sudah teramat lapar. Di situ ada banyak
pilihan menu. Kami memilih area food corner dengan banyak pilihan menu. Aku
memilih noodle with duck fillet yang dari gambarnya terlihat enak dan memang
benar rasanya enak. Harganya 150 B ya sekitar 45 ribu rupiah lah. Temen2ku
memilih nasi sup tom yam yang kata mereka juga enak. Harganya sekitar 145 B.
Ya, kata atasanku sebelumnya, makanan di situ recommended dengan harga yang
tidak terlalu mahal.
Hotel
kami lokasinya bener2 strategis. Selain deket dengan Seven Eleven, deket pula
dengan agen2 bus tempat kami bisa pesan tiket ke Pattaya. Di hotel tempatku
menginap ada disediakan kartu perdana. Aku membeli perdana True Move seharga 50
B. Top up pulsa bisa di Seven Eleven. Aku sempat dua kali top up pulsa senilai
100 B dan 150 B. Itu habis kupakai buat telp ke Indo cukup lama. Hotel kami
disediakan fasilitas wifi. Jika ingin menggunakan internet dengan komputer2
yang ada di area lobi kena charge 50B/hours. Kamarnya cukup nyaman, ada tivi,
AC dan air panas. Jangan khawatir handuk juga disediakan. Di dekat pintu ada
kulkas yang cukup besar yang membuatku takjub. Saat di hotel berbintang,
sekalipun aku belum pernah mendapati kulkas segedhe itu. Boros amir...
Dan
yang benar2 membuat kami harus teliti, kami ga baca tulisan yang ditempel di
pintu kulkas. Itu membuatku n Neng dipanggil petugas saat kami sudah turun
tangga mau check out. Ternyata barang2 yang ditaroh di atas kulkas itu kena
charge. Neng make pasta gigi kena 35B, aku ambil peta Bangkok kena 55 B. Dan
untung sikat gigi yang sudah kumasukin tas belum jadi kupakai, jadi
kukembalikan saja. Dan tololnya bungkusan plastik warna pink yang kukira hair
cup, ternyata itu c*nd*m. Owmaigat.... habisnya tulisannya pake tulisan thai
semua dan ga ada petunjuk gambar apapun. Hahahaha..... Kacau...... malu2in
aja....
Dan
ternyata bukan hanya aku n Neng yang terpaksa harus bayar. Seorang bule, dia
terpaksa harus bayar peta Bangkok yang dibukanya. Tapi dia keukeuh ga mau bayar
tuh peta. Dia ga tahu klo harus bayar, dan dia kemudian mengembalikan peta itu
biarpun sudah dibukanya. Terjadi perdebatan yang cukup sengit antara tu bule dan
resepsionis hotel yang dimenangkan oleh si bule. Hahahaha.... Aku ga bisa
sengotot dia. Gapapa deh bayar 55 B.
PATTAYA
Dari
hotel dengan berjalan kaki dikit kita sampai ke tour agent. Kita beli tiket bus
ke Pattaya seharga @250 B. Jadwal keberangkatan yang kuingat 06.00 dan 09.00
pagi. Oh ya, tidak ada perbedaan waktu antara Indonesia dan Thailand, jadi kita
tidak perlu pusing soal waktu di sana.
Kita
menggunakan mini bus yang semua tempat duduknya terisi. Bule di depanku ngomel2
terus pake bahasa Inggris. Dia ga suka karena di dalam bau rokok. Dia minta
jendela dibuka. Tidak sehat katanya. Dia juga marah2 saat ada orang yang ikut
naik terus berdiri di dekat pintu. kayak kernet mungkin. Dia marah2, katanya
dia jadi merasa tidak nyaman. Dia menunjukku yang duduk satu kursi untuk
berdua. Kok tega sedang di sebelah istrinya kursi untuk menaruh tas2. Bus
akhirnya berhenti, tas2 ditata di belakang dan aku kemudian duduk bersebelahan
dengan bule itu.
Perjalanan
dari Bangkok ke Pattaya sekitar 2 jam. Tidak terasa lama coz kita lewat high
way. Aku banyak ngobrol dengan bule itu. Saat macet dia tanya, di Indonesia
apakah ada macet. Kubilang di Jakarta the traffic jam is more.... Di Bandung
pun sekarang udah macet. Dia pasti bakal kesel banget kena macet di Jakarta coz
yang dia bilang traffic jam di Bangkok itu buatku sama sekali ga macet coz
masih bisa jalan cukup lancar biarpun agak pelan.
Saat
di tanya apakah di Indonesia hot? Kubilang Bangkok more hot. Ya, memang Bangkok
panas banget. Terlihat pohon2 kelapa di sepanjang jalan, daun2nya terlihat
coklat terbakar matahari. Padahal pohon kelapa kan pohon yang tahan panas ya,
kok bisa ga kuat, berarti panasnya sudah keterlaluan.
Bule
itu yang aku tidak tahu namanya banyak cerita tentang negaranya. Dia bilang klo
mau liburan ke Australia harus 2 minggu. 1 minggu tidak akan cukup. Pantai di
sana bagus2. Dan saat kutanya mana yang the best, dia bilang Sidney, ada pantai
dan mountain, jadi udaranya enak, dingin. Tapi dia bilang travelling ke
Australia so expesive, ya karena apa2 di sana mahal. Transport, hotel dan
makanan sangat mahal.
Dia
belum pernah ke Indonesia. Sehabis dari Bangkok dia kan melanjutkan perjalanan
ke Bangladesh untuk urusan bisnis. Dia ga yakin bakal cocok dengan makanan di
sana coz so spicy. Itu yang membuatku tertawa saat turun dari bus sesampainya
di Pattaya, dia langsung masuk ke MC. D. Hahahaha... rupanya dia ga cocok juga
dengan masakan Thai.
Dan
yang lucu, driver bus yang kami naiki, sama sekali tidak bisa bahasa Inggris.
Tiap ditanya dia ngangguk2 kayak ngerti sambil bilang ‘yes’ dengan mantaph.
Saat kutanya, ‘What’s the name of this place/’. Karena kulihat sekeluar dari
highway kita seperti memasuki pertokoan, dia jawab ‘Toilet’. Ternyata kita
berhenti di rest area. Saat temanku tanya berapa lama lagi sampe, dia bilang
ten minute. Mungkin maksudnya kita dikasih waktu 10 menit untuk ke toilet.
Bener2 nggak nyambung. Si bule ikut tertawa saat mendengar jawaban driver waktu
kutanya.
Memasuki
Pattaya, si bule tampak tak antusias melihat pantainya. Begitupun aku. Dia
bilang pantai2 di Australia benar2 lebih bagus. Itu yang membuatku heran,
kenapa dia mau ke Pattaya. Kataku jauh lebih bagus pantai2 di Wonosari. Ya, aku
masih penasaran dengan Phi Phi island, Krabi island, Coral island yang katanya bagus.
Pengin ke sana tapi waktu benar2 tak memungkinkan. Untuk ke sana harus pergi
meluangkan waktu secara khusus ke sana.
Karena
kita belum booked hotel sebelumnya, kita berjalan kaki menyusuri pertokoan di
pinggir pantai mencari hotel. Kita sengaja mencari hotel yang agak masuk ke
gang supaya mendapat lower cost. Dan perjuangan kita tidak sia2. Kita menemukan
‘Henry Apartment’ yang sungguh ajaib, ada tempat to stay sekeren itu masuk2 ke
gang. Sebelumnya dengan setengah hati kita berjalan mengikuti anak panah petunjuk
apartment. Masuk gang2 berada di belakang rumah penduduk. Bener2 keren. Bahkan
jauh lebih2 keren dp hotel kita di Bangkok yang seharga 300 ribuan rupiah. Saat
tanya harga, itu lebih membuat kita shock mpe bertanya memastikan mpe beberapa
kali. 600 B only, setara Rp.180.000. Murah bangeeeed.... Dengan fasilitas AC,
kulkas, air panas, meja-kursi untuk bersantai, tv dengan siaran yang tv cable
yang kualitas gambarnya bagus banged ga ada nyamuknya sama skali, ada 97
channel. Lumayan kita bisa cari channel berbahasa Inggris.
Letak
hotel dekat banget dengan pantai dan ‘walking street’. Klo malam ga usah pusing
cari makan karena di sepanjang jalan banyak yang jualan. Petugas hotelnya pun
ramah dengan bahasa Inggris yang lumayan bagus.
Pattaya
merupakan kawasan pantai yang sudah sangat maju. Kota pantai klo kataku.
Bagaimana tidak, di pinggir pantai ada 3 mall gedhe, ada banyak hotel
berbintang, ada banyak resto, ada Mc. D, ada Piza Hut, banyak taxi dan tuk tuk
lewat, banyak orang jualan di pinggir pantai, banyak berjajar-jajar motor2 yang
disewakan bahkan termasuk harley pun disewakan. Dan banyak juga cewek2 yang
menjajakan diri. Kami baru sadar saat kami duduk2 di tepi pantai membelakangi
pantai, ada 3 bule lewat, melihat kami sambil tertawa cekikikan. Ga tahu apa di
pikiran mereka, mungkin mereka mengira kami juga menjajakan diri. Hadoooh...
kami pun segera berlalu dari situ dan memilih ngadem di mall sembari menunggu
pertunjukan Alcazar pukul 18.00.
Di
sepanjang jalan di pinggir pantai banyak yang memjajakan buah dingin dan fresh
juice. Tadinya kami tidak tertarik beli jus. Melihat botol kemasannya takut
tidak higienis. Tapi melihat begitu banyak yang beli, akhirnya kami tertarik
untuk mencoba dan ketagihan. Aku mpe beli beberapa botol untuk disimpan di
kulkas. Jus mangga, jus jeruk, jus rosella. Semuanya enak dan yang kami paling
favorit jus mangga. Ada satu lagi jus warna ijo yang kami belum nyoba dan tidak
tahu itu jus buah apa. Dijual seharga 20 B. Ya rata2 makanan dijual 20 B.
Tuk2 di Pattaya |
Rame
bener. Ternyata tiket udah diborong oleh rombongan tour dari India. Bisa mpe 6
bus sendiri coz kulihat bus2 keluar masuk isinya orang India semua. Itu yang
membuat kami hampir saja ga kebagian tiket. Terpaksa kami duduk terpisah dua2,
di tengah dan pinggir. Per orang membayar 600 B.
Sebelum
pertunjukan ada waria yang keluar. Jika ingin berfoto dikenai tarif 40 B sekali
foto. Ati2 ya klo mau berfoto, terutama untuk cowok2, coz ada beberapa cowok
yang terpaksa harus membayar mpe banyak Baht coz saat foto, si waria iseng
naroh tangan tu cowok ke payudaranya dan untuk itu si cowok harus membayar
mahal. Hahahaha.... kasihan.... kena loe....
So....
buat para cowok, yang pade ati2 ya.......
Benar2
penuh sesak. Untuk masuk ke arena pertunjukkan aja kita harus berjalan
berdesak-desakan. Di dalam kita tidak boleh memotret atau memvideokan. Tapi
kulihat ada banyak yang maksa motret dan make handycam. Akhirnya aku pun
ikut2an juga. Hehehehe...
Kataku
ni pertunjukan reccomended banget. Pantes mpe terkenal banged. Klo ke Pattaya,
wajib nonton ini. Sama sekali ga ada adegan vulgar seperti yang kubayangkan
sebelumnya. Mereka menampilkan pertunjukan tari dan musik dengan kostum yang
bener2 keren. Tata panggung, tata cahaya, koreografi semuanya keren. Semuanya
berlangsung cepat dan tak ada jeda waktu yang kosong. Salut, mereka benar2 team
yang kompak. Bahkan saat mereka lipsynch pun, gerak bibir mereka tampak menyatu
dengan lagu, seolah mereka benar2 menyanyi. Padahal lagunya dari berbagai
negara dan menampilkan budaya dari berbagai negara. Salah satunya dari
Indonesia. Diiringi lagu Cici Faramida ‘Wulan Merindu’ lengkap dengan kostum
Minang dan background rumah adat Minangkabau. Penari2 berlenggak-lenggok
menarikan tarian Minang dengan apik. Ini yang membuat kami dari Indonesia
bertepuk tangan paling keras. Gimana tidak, lagu tetap dinyanyikan dalam Bahasa
Indonesia. Ikut bangga juga salah satu lagu dan budaya Indonesia ikut terpilih
untuk ditampilkan tanpa merubah apa pun.
Selesai
pertunjukan semua penonton digiring keluar menuju area terbuka yang disitu
sudah menunggu waria2 yang tadi pentas untuk berfoto bersama. Dengan genit dan
manja mereka memanggil-manggil penonton untuk berfoto bersama mereka. Kita ga
ikut menyaksikan kehebohan ini. Kita memilih langsung pulang naik tuk2.
Beruntung
setelah 2 tuk2 menolak kita, akhirnya ada satu tuk2 yang bersedia mengantar
kita kembali ke Pattaya. Males uy mau jalan kaki, kaki sudah berasa mau patah.
Padahal sebenarnya klo jalan kaki ga seberapa jauh.
Driver
minta 200 B untuk kita berempat. Kutawar jadi 150 B.
THAI
MASSAGE
Badan
yang teramat cape, kaki yang berasa mau patah, sedangkan kita bolak-balik melewati
banyak tempat Thai massage yang berjajar di sepanjang jalan dengan harga yang
terpampang cukup besar. Thai massage, foot massage rata2 200 B/h. Ada juga yang
mematok harga 190 B. Setelah diitung-itung 200 B alias Rp.60.000 itu tarifnya
sama aja dengan massage di Indonesia, akhirnya masuklah kita ke Lucky Massage.
Tempat massage yang menurut kita tempatnya lebih recommended dibandingkan yang
lain2. Tampak terang dan bersih, ga remang2 kayak kebanyakan tempat massage
yang lain.
Rada
was2 juga melihat gambar2 Thai massage yang tampak pasien badannya
dipuntir-puntir. Deeeuuuh... sakit ga ya..... Terlebih pas aku kebagian jatah
di-massage oleh ibu2 berumur sekitar 50an dengan badan yang gendut.
Hadooooh..... kalau mpe ditindih dia kuat ga ya. Rada khawatir juga terlebih
melihat 2 temanku yang seruang ma aku ditangani oleh mbak2 cantik yang badannya
langsing2.
Keterbatasan
komunikasi coz mereka ngerti bahasa Inggris just a little, akhirnya sebentar2
kita teriak ‘slowly’....
Saat
mau bilang ‘geli’ lebih bingung lagi harus bilang apa, akhirnya bilang aja
‘funny’. Hahahaa.... Tapi akhirnya mereka mengerti. Mereka bilang ‘cekkeci’. Ga
tau nulis benarnya gimana.
Setelah
Thai massage kita disarankan untuk tidak mandi dulu sampai pagi. Tapi aturan
ini kulanggar saudara2, mengingat badanku yang lengket semua. Setelah selang
beberapa jam akhirnya kuputuskan mandi dengan air hangat. Memang idealnya kita
mandi dulu sebelum Thai massage, biar pulang2 langsung bisa tidur. Tadinya aku
sudah memperkirakan demikian. Kuminta pulang dulu ke hotel untuk mandi, baru
kemudian Thai massage, tapi rombonganku pada ga mau. Ya sudah, dinikmati saja.
Dan
apa pendapat kami tentang Thai massage?
Biarpun
badan sedikit sakit saat dipuntir-puntir dan ditindihin, tapi habis itu badan
berasa enteng banget. Membuat kami mpe pengin mengulang Thai massage lagi. Dan
Thai massage ini satu2nya yang membuat kami pengin balik ke Pattaya lagi. Thai
massage di tempat yang sama. Kenapa pengin balik ke tempat yang sama? Karena di
sana tempat massage-nya benar2 bersih, rapi dan wangi. Pelayanannya pun baik.
Orang2nya ramah2.
MENGEJAR
SUNRISE DI PATTAYA
Sebelumnya
aku sudah tanya ke petugas apartment, klo mau lihat sunrise di mana. Dia bilang
di North Pattaya. Sedang aku ga tahu saat itu posisi kita di Pattaya sebelah
mana. Aku ga baca kartu nama yang kuambil dari resepsionis, padahal di situ
jelas2 tertulis ‘South Pattaya. Rada ga yakin, tapi kuputuskan untuk bangun
pagi2 siapa tahu ternyata bisa melihat sunrise di pantai dekat kami menginap.
Karena
yang lain pada ga mau dibangunin, akhirnya aku jalan2 pagi sendiri menyusuri
pantai. Terlihat kesibukan gadis2 yang menjajakan diri berjalan mau pulang.
Tapi masih ada juga kulihat bule ma gadis Thai yang masih sibuk beraktivitas di
kejauhan. Hihihi....
Petugas
bersih2 sibuk menyapu membersihkan sampah2 yang banyak bertebaran. Memang ga
ada indahnya di pantai ini, tapi lumayanlah bisa menikmati segarnya udara
pantai.
Aku
tanya pada pelayan di Seven Eleven, dia ga ngerti bahasa Inggris. Nanya ke
gadis pantai yang sudah pasti ngerti bahasa Inggris, katanya aku bisa lihat
sunrise di pantai tempat aku berada. Ya sudah, aku duduk2 saja di pinggir
pantai sambil menikmati debur ombak. Nelepon ke rumah cukup lama sambil
menikmati keriuhan burung2 merpati yang mendapat jatah makan pagi itu dari
seorang dermawan yang membagikan sekantong butiran jagung untuk puluhan burung
merpati. Ya, di Pattaya ada banyak banget burung merpati yang beterbangan
bebas. Ibu itu tampak senang dikelilingi oleh puluhan merpati. Yang melihat pun
ikut senang.
Dan
benar saja mpe pukul 7 tak kujumpai sunrise di sana. Kulihat di kejauhan
tertutup bangunan2 tinggi, matahari mulai tinggi. Yeeaaah... ternyata
sunrisenya jauh di ujung sana.
Ya
sudah akhirnya aku memilih back to hotel sambil menenteng gorengan yang pagi2
ada dijual di pinggir jalan. Kupikir beli 20 B bakal dapat dikit, ternyata
dapat sekantong plastik dengan isi cukup banyak. Ubi goreng dan pisang goreng
yang adonannya dicampur wijen. Oh ya, di sana jangan heran ya klo banyak dijual
ayam goreng, lele goreng di pinggir jalan, dijual tanpa nasi. Bagi mereka itu
adalah makanan cemilan. Cemilan berat. Hahaha.....
Gorengan Thai, ada wijennya |
Asian food Indian taste. So spicy. tdk cocok dgn lidah kita |
Ada yg jual corn cup juga @20 B |
WALKING
STREET
Di
Pattaya ada area yang disebut walking street. Ada tulisan gedhe2 ‘Walking
Street’ di gapura yang tulisannya akan menyala di malam hari. Di area itu
memang hanya dikhususkan untuk pejalan kaki. Area itu baru akan tampak hidup di
malam hari lengkap dengan hingar bingar suara musik. Ya, di area itulah bar2
dan pub berada. Saat malam tiba akan penuh sesak dengan orang2 yang berlalu
lalang. Orang2 yang sekedar jalan2 pengin tahu dan mereka yang memang ingin
menikmati dunia malam di Pattaya. Di pinggir jalan banyak yang menjajakan
makanan, terutama makanan yang serba ditusuk kemudian dibakar. Kayak bakso dari
aneka daging termasuk pork, sosis, chicken, beef yang ditusuk bersama cabe
rawit. Aku sempat nyobain chicken tapi kurang suka rasanya coz dibumbui asem.
Walking Street siang hari |
Walking Street malam hari |
BACK
TO BANGKOK
Sekitar
pk.10.00 akhirnya kita back to Bangkok. Sesuai petunjuk petugas hotel kita
menuju bus stop di area dekat Walking street, di seberang Seven Eleven. Tapi
parah, di situ baik petugas maupun driver semuanya sama sekali ga ada yang
ngerti bahasa Inggris. Yang penting mereka tahu kita mau ke Bangkok yang mereka
baca ‘Bengkok’.
Per
orang dikenai 97 B yang nanti akan dibayarkan di ticketing area di pom bensin
di area highway. Tetapi sebenarnya sama aja bayar 100 B per orang coz jika kita
bayar 100 B tidak akan ada uang kembalian.
Murah
euy.... Tau gitu saat pergi ke Pattaya kita naik ini ya.
Aku
kembali duduk terpisah dengan teman2ku. Kali ini aku duduk bersebelahan dengan
2 ABG asli Thai yang aku tahu mereka benar2 berusaha menolongku saat aku
bertanya pemberhentian bus di Bangkok di daerah mana dan apakah aku di sana
nanti akan dengan mudah mendapatkan taxi. Ternyata kembali terkendala bahasa,
mereka sama sekali tidak bisa Bhs Inggris. Tapi aku tahu bahwa bus akan
berhenti di Victory Monument yang artinya kita akan bisa menuju Bangkok kota
dengan menggunakan BTS, langsung ke Asok tempat kita menginap.
MBK
Tempat
kita menginap di Sukhumvit ternyata tempatnya benar2 strategis. Tinggal jalan
kaki kita sudah sampai di BTS & MRT station. Dari Sukhumvit menuju MBK kita
membayar per orang 20 B. Naik BTS menuju Siam kemudian pindah BTS di jalur
satunya naik sampai National Stadium. Klo sampai bingung musti naik jalur yang
mana, jangan segan2 nanya ke petugas berpakaian biru2. Malu bertanya sesat di
jalan. Seperti kemarin kita sempat mengalami salah naik BTS gara2 temanku ga
mau nanya, dia yakin sudah naik BTS arah yang benar. Aku yang merasa ga yakin,
coba tanya ke sebelahku dan benar saja kita salah naik. Untung baru terlewat
dua stasiun. Untung belum jauh. Akhirnya turun dan berpindah ke BTS yang arah
sebaliknya.
Di
MBK seperti di ITC Bandung atau Jakarta. Di dalamnya cukup adem karena memang
ber-AC. Di sini ada area mall dan ada kios2 yang harganya bisa ditawar. Banyak
kaos Thai yang dijual dengan harga seragam 100 B. Kalau niat beli kaos, belilah
di sini. Aku yang tadinya kupikir bisa mendapatkan di Chatucak dengan harga
lebih murah, di sana malah ga nemu. Kalaupun ada, harganya lebih mahal dan
pilihannya ga banyak.
Gantungan
kunci khas Thai dan souvenir Thai yang lain banyak ditemukan di sini. Di
Chatucak pun ada banyak. Harga lebih murah di Chatucak. Tapi klo memang ga ada
kesempatan ke Chatucak, jika mau beli gantungan kunci di MBK, gantungan kunci
yang serenteng isi 6, disini dijual 350 – 450 B. Tawarlah maximal 150 B karena
di Chatucak dijual 150 B. Beruntung aku bisa mendapatkan harga di bawah itu
karena aku beli banyak.
Oh
ya, di sini banyak pedagangnya yang bisa berbahasa Indonesia. So jangan heran
klo mereka bilang harganya seratus atau dua ratus lima puluh pake bahasa Indo
saat tau kita dari Indo.
Di
sini juga kita mpe muter2 nyari sticky rice with mango and durian yang terkenal
di jagad dunia maya. Ada di lt.6 area foodcourt. Klo cuma mau nyobain pesenlah
yang ‘small’. Belajar pengalaman dariku yang ga tau klo ada small, medium,
large coz tak tertulis di situ, akhirnya aku dikasih yang ‘large’. Ga habis
deh, coz bener2 enegh. Cuma mangganya aja yang kucomotin satu2.
PLATINUM
Usai
dari MBK kita lanjut naik BTS ke Platinum. Bener2 berbeda dengan hari pertama
di Bangkok, kita ga ngrasain panasnya Bangkok coz ngadem di AC terus.
Platinum
ini juga semacam ITC yang harganya bisa ditawar. Barang2nya bagus2, layak
menghuni boutique2. Jangan harap bakal nemu barang dengan kualitas yang sama dengan
di Platinum di Chatucak ya. Barang2nya lebih berkelas.
Di
sini juga kita nemu kaos u can see ala Khaosan Road yang sangat pengin kita
beli dengan harga obral 100 B. Minimal pembelian 2. Kita borong banyak di situ,
mengabaikan penjualnya yang super duper jutek coz dia bete, udah buru2 mau tutp
toko.
Ya,
kita telat ke Platinum. Toko tutup jam 20.00. Mungkin saat itu karena keesokan
hari mau Waisak jadi mereka tutup ½ jam lebih awal. Kita tau toko tutup jam
berapa dari petugas front office. Kita sudah susah payah nanya pake Bhs
Inggris, ternyata dia menjawab dengan Bhs. Indo yang sangat fasih: ‘Toko buka jam
9 pagi tutup jam 8 malam. Sudah ya. Ati2 di jalan.’
Hahahaha...
Orang Melayu ternyata dia.
Karena
benar2 kecapean, kita duduk2 di area depan Platinum. Depan Platinum ini sangat
ramai saat malam tiba. Banyak pedagang menggelar dagangannya yang rata2 barang2nya
bagus2 dan unik2 tapi sangat susah ditawar. Akhirnya nyantol sebuah jam dinding
kubawa serta. Biarpun susah ditawar, karena ada orang lain yang menginginkan
jam yang kupegang, akhirnya kubeli saja. Jam dinding kayu antik seharga 250 B.
Ya
begitulah. Jika menginginkan barang, semakin orang lain juga menginginkannya,
semakin kita tertantang untuk lebih dulu mendapatkannya. Berbeda dengan orang.
Jika kita eh bukan kita tapi aku, tahu orang yang kita sukai ada yang
menyukainya dan sudah lengket dengannya, aku memilih mundur teratur. Ga ada
keinginan lagi untuk memperjuangkannya. Hahaha.... parah.
Oh
ya di area pinggir jalan dekat Platinum ini juga, ada orang yang menjual
seafood yang laris manis. Banyak meja di situ dan semuanya penuh terisi orang
yang ngantree makanan. Pengin nyoba juga tapi males ngantreenya....
Persiapan Waisak |
CHATUCAK
MARKET
Dari
Sukhumvit ada dua cara murah untuk menuju Chatucak. Dengan BTS nanti turun di Mo Chit station atau naik MRT nanti turun di Suan Chatucak. Karena kita belum pernah naik
MRT akhirnya kita pilih naik MRT biar lengkap nyobain semua. Ternyata naik MRT
ini selang antara MRT satu dengan MRT berikutnya cukup lama, sekitar 15-20
menit, berbeda dengan BTS yang sepertinya tiap 5-10 menit sudah lewat lagi.
Enaknya lebih adem dan tidak perlu naik turun tangga coz semuanya sudah serba
escalator.
Chatucak
market buka pk.08.00-09.00. Pasar gedhe yang klo di Bandung mungkin kayak pasar
dadakan di Gazebu. Aneka barang ada di sini mulai dari pakaian baru mpe pakaian
second, sepatu baru mpe sepatu second, Thai silk, tas2, perlengkapan rumah,
food – drink, dll pokoknya lengkap. Mpe pegel kaki muter2. Baju dan tas yang
berlabel handmade dijual mahal dan amat sulit ditawar.
Thai silk |
Oleh2 permen dan semacam permen. Yg rasa duren bungkus kertas kuning, enak bgt |
Saking panasnya mpe kita berkali-kali beli minuman, mulai dari air mineral, orange jus, grass jelly ice, mpe coconut ice cream.
Grass jelly mix milk |
Coconut ice cream hasil ngantri yg panjang, ni difoto setelah lumer diajak jalan2 |
Pedagang2 yang ga ngerti bahasa Inggris, menyebutkan harga dagangannya dengan mengetikkannya di kalkulator, dan kita menawarnya dengan mengetikkannya juga di kalkulator si penjual. Lucu ya....
Oh
ya, karena saking gedhenya pasar, biar ga nyasar, mintalah peta Chatucak ke
petugas. Di peta tertera di masing2 site di situ menjual apa saja. Dan sebagai
patokan, di tengah2 pasar ada jam menara, yang bahkan mpe pulang pun aku ga
melihatnya. Hehehehe......
BACK
TO INDONESIA
Karena
penerbanganku di sore hari, akhirnya aku memisahkan diri, pulang dulu ke hotel.
Tentu saja kembali ke hotel memilih naik MRT biar ga usah naik turun tangga.
MRT penuh sesak hingga aku terpaksa harus berdiri mpe stasiun Sukhumvit. Masih
punya waktu 3 jam untuk packing dan mandi, aku memilih beli makan siang dulu. Makanan
favoritku di sana nasi omelette dicampur sate baso dengan saos pedas asam. Akhirnya
kuputuskan beli itu saja yang gampang dan sudah pasti doyan. Nasi omellette
seharga 30 B dan baso seharga 10 B aku beli 2. Yeaah, ngabisin recehan baht-ku
yang ga akan bisa dirupiahkan kembali.
Karena
hotel tidak mau membantuku mencarikan taxi, akhirnya nyari sendiri dibantu Riz yang
pas kebeneran udah balik ke hotel. Untung di area hotelku banyak taxi lewat.
Beberapa taxi menolak menggunakan ‘meter’, ke Don Mueang airport mereka minta
400 B. Mengingat aku masih harus membayar ‘highway’ 105 B, akhirnya kutawar 300
B tapi tidak ada yang mau. Sampai akhirnya aku mendapatkan taxi warna orange
yang mau menggunakan ‘meter’.
Aku
memilih lewat ‘highway’ supaya cepat sampai, mengingat Bangkok terkenal macet
di hari Sabtu. Macet yang ga semacet di Bandung sih. Hehehehe.... 45 menit
akhirnya sampai juga di bandara. Argo menunjukkan 385 B dan aku harus membayar
tol 105 B, total 490 B. Aku ketawa mengingat uang Baht-ku yang tinggal mepet
1020 B. Aku harus menyisakan 500 B buat jaga2 klo2 ada aiport tax. Ternyata ga
ada airport tax lagi, sudah include di tiket.
Aku
minta langsung diantarkan ke Air Asia Departure sesuai pesan teman baruku dari
Malaysia.
You
know, ternyata tarif 400B yang diminta sopir2 taxi yang menolak pake ‘meter’
itu harga wajar. Saat temanku kusarankan jika ke airport nawarlah ongkos taxi
400 B, ternyata dengan membayar 400 B mereka sudah tidak perlu bayar highway
lagi. Hehehehe.... Jadinya lebih murah ongkos taxi temanku.
Flight
on 20.55. Selama menunggu aku duduk bersebelahan dengan Bapak-ibu dari Jakarta
yang mereka tertarik dengan ceritaku naik minibus dari Pattaya seharga 97 B dan
tertarik untuk stay di ‘Henry Apartment’ saat mereka akan liburan bersama
keluarga ke Pattaya nanti. Kebetulan aku membawa beberapa kartu nama Apartment
itu jadi bisa kubagi. Ibu itu juga bercerita klo dia juga menginap di daerah
Sukhumvit, dan dia antusias makan di Terminal 21 mall yang bersebelahan dengan
hotel tempatku menginap karena makanan di situ sangat murah. Makan dengan ikan cuma
seharga 28 B. Sayangnya aku ga makan di situ. Aku n temen2ku lagi keranjingan
makan di pinggir2 jalan yang rata2 dijual 30-35 B.
HOTELKU
DI BANGKOK DAN PATTAYA
D1
: Sawasdee Khaosan Inn
Address:
18 Chakapong Road, Banglumpoo, bangkok 10200 Thailand
Tel
: +66(0)2629 4798; +66(0)2282 2683
E-mail
: sb5@sawasdee-hotels.com
facility
: Ac room, private bathroom, hot-water, cable tv, refrigerator, 24 hours
service, season bar & restaurant, wifi
D2:
Henry Apartment
Location: South Pattaya594/12-13 Soi14 Pattaya 2nd Road, Pattaya City Thailand
Tel. 038-420867, 086-8221374 Fax. 038-425628
http://www.henryapartmentpattaya.com
E-mail: henryapartment1@gmail.com
Facility: AC, hot water, cable TV, mini bar, safety box, 24 hrs. security, internet (wifi)
Room for rent daily/monthly
D3:
Sam’s Lodge
28-28/1 Sukhumvit Soi 19, Bangkok, 10110 Thailand
Nearest Skytrain Station Asoke, 2 minutes walk (Exit 1)
Nearest Subway Station Sukhumvit, 2 minutes Walk (Exit 3)
Tel. +66 (0) 2 253 2993, +66 (0) 2 651 1702 Fax. +66 (0) 2 255 4518
Facility: Ac room, private bathroom, hot-water, cable tv, refrigerator, 24 hours service, wifi
28-28/1 Sukhumvit Soi 19, Bangkok, 10110 Thailand
Nearest Skytrain Station Asoke, 2 minutes walk (Exit 1)
Nearest Subway Station Sukhumvit, 2 minutes Walk (Exit 3)
Tel. +66 (0) 2 253 2993, +66 (0) 2 651 1702 Fax. +66 (0) 2 255 4518
Facility: Ac room, private bathroom, hot-water, cable tv, refrigerator, 24 hours service, wifi
SOPIR
TAXI DI PATTAYA
Sopir2
taxi di Pattaya rata2 ramah2 dan enak diajak berkomunikasi. Kebeneran kami
dapet sopir taxi yang asik terus dan mereka bisa berbahasa Inggris. Baik hati
dan bisa sekaligus sebagai guide.
Sopir
taxi yang mengantar kami sepulang dari Siam center, dia satu2nya orang yang
kami tanya yang tau Asiatic Market. Akhirnyaaaa ada yang tahu juga....
Mungkin
di sana disebutnya bukan Asiatic Market coz kebanyakan orang pada ga ngerti
waktu kami tanya. Tapi dia tidak merekomendasikan kami untuk ke sana, katanya
harga2nya mahal. Dia juga menepis kekhawatiran kami dengan mengatakan klo di
hari Waisak ternyata Chatucak market dan mall2 tetap buka seperti biasa.
Sopir
taxi itu saat sudah pasrah tidak ngerti harus ngomong apa dalam bahasa Inggris
karena dia bingung mau menjelaskan gimana lagi karena kami tidak ngerti2 juga
dengan bahasanya yang campur2 dengan logat Thai, dia akan bilang ‘I love u’.
Hahaha... kocak bener.
Dia
menjelaskan kenapa beberapa taxi menolak kami menggunakan meter untuk pulang ke
Khaosan Road dengan alasan traffic jam padahal kami tidak menjumpai traffic
jam, dia bilang jika mengantar kami, kemungkinan taxi untuk mendapatkan
penumpang saat kembali dari mengantar kami itu sangat kecil karena daerah kami
daerah yang sepi di malam hari.
Dia
juga menawarkan untuk mengantar kami ke Pattaya dengan cost 600 B blm termasuk
‘highway’. Tadinya kupikir itu murah. Patungan per orang 150 B. Kenapa ga minta
tolong dia saja. Tapi temanku berpendapat lain, dia bilang ‘highway’ bisa 300an
sendiri. Ternyata saat tanya ke tour agent dia bilang highway cuma 100 B.
Harusnya lebih murah naik taxi kan dp byr 250 B per orang seperti yg kami
lakukan.
Sopir
ini menjelaskan kenapa dia mau dibayar 600 B yang tadinya 700 B, karena dia
akan dengan mudah mendapatkan penumpang saat kembali ke Bangkok nanti.
Sopir
taxi yang benar2 komunikatif.
Kami
sebenarnya punya alternatif lain untuk pulang ke Bangkok. Orang di tour agent
bersedia menjemput kami dengan bayaran 1200 B, lebih murah 300 B dp taxi2 di
Pattaya sana yang minta 1500 B untuk balik ke Bangkok.
Tapi
akhirnya kami bisa mendapatkan harga yang paling murah dari yang termurah
dengan menggunakan mini bus seharga 97 B. Juara pokoknya mah.... :D
Setidaknya
kami merasa lebih tenang mempunyai no contact tour agent bilamana kami ingin
dijemput.
Sopir
taxi yang mengantarku ke airport, dia berjanji akan mengantarku ke mata air
panas di Bangkok dan ke mana saja aku ingin pergi saat aku kembali ke Bangkok
nanti. Dia juga minta uang rupiah buat kenang2an dan kukasih selembar uang
Rp.1.000 dan sekeping uang logam Rp.1000. dikasih segitu dia udah seneng
banget, dipikirnya nilainya gedhe kali ya, secara 1000 B setara Rp.300.000.
Sopir
ini juga satu2nya sopir yang bilang klo aku ‘beautiful’. Hahahahaha.... kacau.
Dia
juga pas turun berbaikhati mengambilkanku brankar untuk membawa tas-ku yang
berat.
Pengalaman
ktemu sopir2 taxi yang ramah2 di Bangkok, eh saat pulang, jam 5 pagi dari
shuttle bus di Bandung, aku dapet sopir taxi yang super duper nyebelin. Yang
terus-menerus ngomel2 sepanjang jalan gara2 aku minta pake argo. Dia minta
Rp.60.000. Tempatku kan deket banget, biasanya juga ga nyampe 30 ribu. Rasanya
pengin turun aja dari taxi males denger omelannya. Untung sebelumnya dari pihak
bus yang mencarikan taxi sudah kasih surat complain dan berpesan klo taxi pake
argo. Jadi kuancam aja klo bakal ku-complain.
Terakhir
dia bilang tarif minimal 35 ribu. Dia nanya apakah pihak bus ga menjelaskan
soal tarif minimal ini? Aku bilang tidak, nanti lihat aja argonya. Habis itu
kubiarin aja dia ngedumel terus dp ditanggepin malah bikin bete.
Dan
bagaimana akhirnya.....
Sesampainya
di rumah, ga mau ribut, kukasih dia 35 ribu. Argo menunjukkan 23 ribu. Tapi dikembalikannya
10 ribu. Katanya,’ini, nanti ibu keberatan.’
Hahahaha.....
takut juga dia ku-complain. Aku sudah banyak dengar, Pihak armada bus sangat
tegas dan disiplin. Sopir dan kernet bus banyak yang dikeluarkan karena
menurunkan penumpang di jalan, yang memang demi keamanan dan kenyamanan, itu
tidak boleh dilakukan. Sopir taxi juga bakal di-cut kerjasama jika seenaknya
saja memasang tarif.
Ya,
untuk sopir taxi kayak gini sekali2 perlu dikasih pelajaran. Malu2in aja kan
klo kebeneran turis2 asing yang naik.
Padahal
klo dia mau bersikap ramah, penumpang ga akan segan2 kasih dia uang lebih.
Bukankah
diberi secara ikhlas jauh lebih enak nerimanya.
Oh
ya, di Bangkok juga ada Taman Safari dan Ocean World yang kami memang kemarin
tidak tertarik untuk ke sana. Kata penumpang di sebelahku saat naik bus menuju
Bandung yang menyempatkan mengunjungi tempat itu, Taman Safari-nya kecil. Lebih
bagus di Indonesia. Sama dengan di Indo, untuk alasan keamanan, di sana
berkeliling taman dengan naik mobil. Klo Ocea World-nya dibandingkan Sea World
di Indonesia, katanya di sana jauh lebih bagus. Lebih banyak variasi ikannya
dan tempatnya lebih luas. Ornamen2nya juga lebih bagus.
MAKANAN
DI THAI
Lele dan daging ayam di sana biasa buat cemilan |
Ga semua orang cocok dengan makanan di Thai termasuk aku. Di sana masakan cenderung manis dan asam. Aku yang suka asin rada kesulitan saat makan masakan di sana coz di sana tidak menyediakan garam di meja2 kayak di Indonesia. Bahkan di gerobak penjual makanan pun tidak. Yang disediakan malah gula pasir yang tadinya sempat kukira garam. Ya, di meja akan berjejer-jejer gula pasir, cabe kering giling kasar dan saus asam jeruk nipis. So.... buat yang suka asin klo maen ke Thai, bawalah garam sendiri.
Di sepanjang jalan banyak yang menjual buah dingin dan jus segar yang dikemas dalam botol2 kecil. Aku yang di Indonesia ga terlalu berminat ama buah dingin yang dijajakan di pinggir2 jalan di Bandung, di sana entah kenapa jadi doyan banget, terutama mangga bangkoknya. Mungkin karena cuaca sana yang teramat panas ya jadi buah2 dingin laris manis. Dan yang membuat menarik, buah2 ini terlihat benar2 bersih dan fresh.
Rata2
makanan seperti buah dingin, jus, dijual 20 B. Makanan2 berat di pinggir2 jalan
rata2 dijual 35-40 B. Aku sempat nyobain Pad Thai yang klo di Indonesia mungkin
disebutnya kwetiau, tapi cita rasanya beda.
Pad Thai, 35 B |
Aku
juga sempat icip2 noodle sana yang sepertinya disebut laksa. Buat yang mau
nyoba tanya dulu halal ga ya, soalnya banyak yang menggunakan pork.
Makanan
yang dibakar-bakar kayak BBQ juga banyak di pinggir jalan. Kayak baso, sosis,
daging ayam, beef. 1 tusuk bervariasi ada yang 10 B, 20 B, 30 B, 50 B. Ini juga
musti ati2, tanya dulu itu daging apa, soalnya ada sosis B2 juga.
Jika
kita beli, setelah dibakar, akan dimasukkan ke dalam kantong plastik kemudian
dituangi saos asam manis. Kita bisa milih mau yang spicy atau ga. Jika mau kita
akan mendapatkan lalapan.
Nasi
omelet.
Ini
merupakan makanan favoritku di sana. Ya, jarang ketemu nasi. Rata2 kebanyakan
yang dijual semacam noodle. Mpe Indonesia masih kebayang-bayang nasi omelette,
akhirnya bikinlah nasi omelette ala Boentil.
BTS
dan MRT
Ini
merupakan sarana transportasi favorit kita di sana. Selain murah, adem juga
lebih cepat sampai. Jika memutuskan menggunakan ini, jangan lupa membawa peta
jalur BTS-MRT. Aku mendapatkannya free di hotel.
Saat
bayar, biar ga salah, kita menuju loket, menyebutkan tempat yang akan kita
tuju. Petugas akan mengatakan berapa yang harus kita bayar dan dia akan
menanyakan untuk berapa orang. Kita menukar koin pecahan 10 B di situ. Koin2
itu nantinya akan kita gunakan untuk mengambil tiket di automatic machine yang
banyak tersedia di sana.
Ada
dua jalur bolak-balik. Untuk memastikan jangan sampai salah jalur, tanyalah ke
petugas berpakaian biru2. Mereka dengan senang hati akan membantu.
Selama
kita masih dalam area station dan masih memegang tiket, jangan khawatir saat
kita salah naik kereta, kita akan bisa berpindah ke kereta yang benar tanpa
harus merogoh koin lagi.
CATATAN AKHIR
Biaya
hidup di sana memang lebih murah daripada di Indonesia. Akomodasiku di sana
4D3D total sekitar 6030 B. Itu meliputi
bea hotel, transport dan makan. Belum include tiket pesawat ya. Juga belum
termasuk belanja2. Secara ibu2 PKK klo berangkat dengan 2 tas pulang2
tas-nya tidak beranak itu rasanya kurang afdol. Hahahaha.....
Buat
yang hobi belanja, jangan lupa bawa tas cadangan sekalian gemboknya. Klo ga,
bisa beli dadakan di MBK ato Chatucak.
Tidak
semua orang di Thai bisa berbahasa Inggris. So jangan lupa ambil peta Thailand
yang bisa free kita dapatkan di bandara atau hotel2, tapi ingat tidak semua
hotel menyediakan free. Pastikan dulu free tidak. Jangan lupa ambil kartu
nama hotel. Itu untuk memudahkan kita saat nanya ke orang atau saat minta
diantarkan sopir taxi pulang.
Oh
ya, saat mau menyeberang jalan di dekat lampu pengatur lampu lalu lintas yang
jalannya searah, jangan jadi orang yang panjang sabar, menunggu mpe lampu
menyala merah. Ada tombol yang membantu pejalan kaki menyeberang jalan di
lampu lalin. Pencetlah tombol itu dan otomatis lampu akan menyala merah memaksa
pengendara kendaraan bermotor harus berhenti. Jangan mpe kejadian kayak
teman2ku yang keukeuh nunggu lampu merah baru nyebrang membuatku harus menunggu
mereka lama coz ga nyebrang2 juga. Sedang aku sudah lebih dulu menyeberang
dengan menerobos lampu hijau. Hahahaha......
Minta
tolonglah menuliskan dalam tulisan Thai, nama2 tempat yang ingin kita kunjungi
ke resepsionis hotel atau sopir2 taxi. Buat jaga2 aja, siapa tau perlu.
Kemarin2 aku ga menemui kesulitan dalam hal ini karena kebetulan orang yang
kutanya kebanyakan ngerti.
Jangan
lupa selalu sediakan uang receh. Untuk pecahan 1 B, 2 B, 5 B dan 10 B, sebelum
pulang sebaiknya dibelanjakan semua, kecuali mau dikoleksi. Karena uang recehan
ini tidak akan laku dijual untuk ditukarkan Rupiah. Dan jaga uang kertas supaya
tidak lecek, biar gampang saat mau ditukarkan dengan Rupiah. Tapi selama di Bangkok
dan Pattaya aku belum nemu uang kertas lecek lho. Beda banget dengan di Indo
yang gampang banget nemu. Hehhehe....
Pendapatku
tentang Thailand, kota yang sangat ramah dan menyenangkan untuk dikunjungi.
Bahkan untuk pergi alone pun kurasa cukup safe. Kita yang orang asing, di sana
sama sekali tidak merasa asing.
Dan
yang membuatku kagum, disiplin mereka begitu tinggi. Mereka membuang sampah di
tempat yang benar. Meskipun di pinggir2 jalan tak ada sampah, mereka
mengumpulkan sampah2 itu dalam kantong plastik. Area2 wisata semuanya terjaga
kebersihannya. Juga saat melongok sungai2 yang kami lewati. Biarpun ada
pemukiman penduduk di sepanjang sungai itu, tapi sungainya tetap bersih. Ga ada
sampah2 yang mengambang kayak di negara kita tercinta ini. Patut dicontoh tuh.
Escalator2 di BTS-MRT jalannya cepat. Ya, semuanya serba cepat. Ga akan sempet foto2 dan bernarsis ria di escalator kayak di Indo. Hahahaha. Ya, rata2 orang kerja yang menggunakan BTS-MRT, jadi klo mau nanya2 ke sesama penumpang, kemungkinan besar mereka bisa berbahasa Inggris itu gedhe.
Escalator2 di BTS-MRT jalannya cepat. Ya, semuanya serba cepat. Ga akan sempet foto2 dan bernarsis ria di escalator kayak di Indo. Hahahaha. Ya, rata2 orang kerja yang menggunakan BTS-MRT, jadi klo mau nanya2 ke sesama penumpang, kemungkinan besar mereka bisa berbahasa Inggris itu gedhe.
Hehehe....
nice adventure.
Suatu
saat jika kembali ke Thailand, tempat2 yang pengin kudatangi lagi Platinum n
MBK. Sekedar transit dengan tujuan utama ke Coral island, Phi Phi island, Krabi
island, floating market yang kemarin tidak sempat dikunjungi karena terbatasnya
waktu.
Itulah
sebabnya kenapa aku lebih suka pergi berpetualang sendiri daripada ikut tour.
Pengalaman mencari tahu sendiri, pengalaman berinteraksi dengan orang2 di sana,
pengalaman nyobain makanan2 di sana dan mengenal kehidupan di sana, pengalaman
nyasar di sana itu sungguh menyenangkan dan tak akan terlupakan.
Badan
pegel2 so pasti akibat manggul ransel yang bujubune beratnya. Sengaja aku ga
bawa koper biar leluasa naik2 angkutan umum dan jalan kaki menyusuri jalanan Bangkok.
Boleh
dibilang backpekeran biarpun setengah backpekeran coz kita tidur di hotel
dengan fasilitas lengkap. Gapapa kan, sekamar berdua kan jatuhnya lebih murah.
Hahhahaha.....
Ya,
ini sedikit, eh cukup banyak juga ya, buat gambaran bagi the next yang pengin
ke sana. Moga2 ga cape baca. Aku aja yang nulis mpe 13 lembar gini ga capek
kok. Hehehehe.....
James Bond Island Tour Experience
Krabi Luxury Cruise Sunset Tour
Phi Phi Islands Tour
Top Things To do In Bangkok, Thailand
James Bond Island Tour Experience
Krabi Luxury Cruise Sunset Tour
Phi Phi Islands Tour
Top Things To do In Bangkok, Thailand
great . its very helpful . baca nya lengkap ampe aku save . thanks
BalasHapusTerimakasih sudah mampir. Syukur, semoga catatanku bisa membantu.
BalasHapuswisata ini tahun berapa yah? bukan apa2 loooh hanya pingin membayangkan ke "up-date"an nya aja krn memang semua cerita yg ditulis benar (waktu saya kedua kali iseng sendirian ngeluyur ke Bkk), dan mid Sept 2015 nanti saya kembali pingin iseng keluyuran 2 bulan disana, memang pasti tidak akan banyak perubahan, paling tidak saya bisa tau wisata kamu ini kapan. terima kasih.
BalasHapusMei 2013. Haha ga kutulis ya kapannya. Wah 2 bulan.. Senengnya... Kapan ya aku bisa ambil libur selama itu. Sekarang udah ada Teddy Bear museum juga. Someday pengin ke sana lagi. Tp lebih pengin meng-explore pantai2nya dan juga Thai utara.
HapusMakasih sudah berkunjung.
Recommend krabi for u, everthing more cheap then phuket. If u go there i suggest u take a 4island tour, beautiful place and beach. ��
HapusThanks for sharing.. it's really helpfull :D
BalasHapusTerimakasih sudah mampir. Semoga ini bisa membantu ya.
HapusThanks for sharing.. it's really helpfull :D
BalasHapusThanks for reading my blog :)
HapusThanks ya atas sharingnya sangat membantu....rencana sy akan menginap di nasa vegas hotel...itu paling dekat dgn object wisata apa ya? Thanks
BalasHapusWaduh maaf, saya sudah lama ga buka blog jadi baru dibaca.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusnice share...
BalasHapusjadi pengen ke bangkok lagi
BalasHapusSama saya juga. Tapi lebih pengin explore Thailand utara dan kawasan pantai.
HapusTeddy bear museum ada dmn kl bole tau?
BalasHapusTeddy Bear Museum ada di Pattaya. Di sekitar jalan utama Beach Road. Maaf baru reply.
Hapuskeren! makasih udah sharing, sangat membantu imaginasi saya secara bulan depan bakal backpack-an ke bangkok dan pattaya. saya pengen nyoba Dream world juga katanya wahananya keren2 hahaha
BalasHapusThailand masih banyak tempat yg blm saya explore. Waktu seminggu ternyata sangat tidak cukup. Jadi bermimpi andai bisa ambil cuti 1 bulan, 2 bulan. Iri sama bule2 yg sering kutemui saat liburan.. Hahahaha... Dilema orang kerja kantoran.
HapusMbak... Izin share ke fb ya... Kebetulan ama teman lg nyari2 info ttg bangkok. Makasih ya... PetualangNnyA wow... Cm jd kefikiran gimana makannya hijz
BalasHapusSilahkan mbak. Hehe maaf baru reply. Harus banyak nanya mbak soal makan. Tapi lebih aman jangan makan jajanan di pinggir jalan. Banyak yg tidak halal. Mending di foodcourt2 yg jelas menunya. Resto India juga banyak, tapi tdk cocok dgn lidah saya. Terlalu berempah. Hehe...
HapusLah itu si shinta? Anak bangka? Baru baca nih blog liad2 ftonya koq familiar tuh muka haha btw nice blog
BalasHapusHallo mau nanya,Saya dan keluarga berencana pergi ke bangkok selama 8 hari,dihari ke 3 kami ingin pergi ke pattaya semalam dan kembali lagi ke bangkok,yang saya bingung dengan koper2 besar,sebaiknya dititip dimana ya,mohon infonya.trims
BalasHapusHallo mau nanya,Saya dan keluarga berencana pergi ke bangkok selama 8 hari,dihari ke 3 kami ingin pergi ke pattaya semalam dan kembali lagi ke bangkok,yang saya bingung dengan koper2 besar,sebaiknya dititip dimana ya,mohon infonya.trims
BalasHapusSetau saya yang menyediakan jasa sewa locker di bandara dan stasiun2. Setelah dari Pattaya kemudian balik ke Bangkok lagi, hotel tempat menginap di Bangkoknya masih sama ga dengan hotel tempat menginap sebelum ke Pattaya? Klo masih sama nitip di hotel aja. Saya biasanya nitip di resepsionis hotel. Tapi ingat jangan tinggalkan barang2 berharga di koper.
Hapustanya donk kalau naik mini bus dari don mueng ke pattaya dari mana? karena mba nya khan baru baliknya naik mini bus, rencana maret 2017 mau ke bangkok dengan anak" selama 7 hari.
BalasHapusthanks
maaf jarang buka blog. sy kurang tau euy mba. Tapi kayaknya klo dari Don Mueang ga ada bus yg langsung ke Pattaya. Musti oper dulu. Sepertinya musti ke Bangkok dulu.
HapusKak mau numpang tny,mending nginep buat hr prtama di daerah siam atau sukhumvit yah?
HapusKlo menurut sy sih lebih baik ke siam dulu. Destinasi awal ke grand palace, wat po, wat arun dll di area situ. Sukhumvit tujuan terakhir aja. Biasanya di sukhumvit itu wisata belanja. Jadi klo kita belanja n beli oleh2 kan otomatis bawaan kita kan jd banyak. Jadi yg belanja2 jd destinasi terakhir aja. Jadi ga ribet nenteng2 belanjaan pas pindah2 hotel.
HapusSangat bermanfaat sekali infonya..rencana sy tgl 28 februari ini mau ke bangkok bersama kedua orang tua dan anak gadis selama 5d4n tp kami mau lngsung ke pattaya dulu 1 malam...minta info angkutan menuju ke sana yg murah meriah beserta hotel yg dekat dng tmpat wisata lain nya ..mksih teteh
BalasHapusandris tour bromo - yogya
BalasHapusMOUNT IJEN TOUR - BROMO TOUR PACKAGE - IJEN CRATER TOUR
BalasHapus