Maret 22, 2016

PUNYA TEMAN ATAU TIDAK PUNYA TEMAN

Aku tiap kali lihat ada anak sekolah yang ke kantin sendiri, bayar uang sekolah sendiri, ngurus administrasi sendiri, pokoknya ke mana2 sendiri, suka ga tega. Anak2 yang lain ke mana2 setidaknya ada yang menemani, paling tidak berdua. Pasti anak itu merasa kesepian. Semoga dia tidak menjadi minder dan tidak merasa tidak disukai atau dikucilkan dari pergaulan.

Aku jadi ingat zaman sekolah dulu. Aku tahu benar rasanya tidak punya teman itu benar2 tidak enak. Aku sih sejak SD selalu punya teman dekat, bahkan boleh dibilang nge-gap atau punya geng sendiri. Hahaha.... sebenarnya tidak baik juga.

Waktu SD secara tidak sadar aku membentuk kelompok dengan teman2 yang pintar. Haha... aku sih baru sadarnya sekarang klo geng-ku waktu itu anggotanya anak2 pintar yang selalu dapat renking di sekolah. Ya, kita selalu kompakan membahas PR, latihan soal2. Kita bersaing secara sehat memperebutkan renking 1. Tapi aku waktu SD tidak pernah bisa dapat renking 1. Renking 1 selalu menjadi milik teman baikku waktu itu. Selain itu kita juga aktif jadi misdinar di gereja yang sama. Itu yang membuat kita jadi semakin dekat. Waktu itu anggota gengku cewek2 semua. Dengan teman cowok waktu SD belum bisa dekat, karena kita saling dipacok-pacokkan atau dijodoh-jodohkan, jadi klo ketauan ngobrol sama yang dipacokkan nanti jadi heboh, malu sendiri.

Dulu ada satu teman cewek yang punya pengaruh besar di kelas. Semua anak, baik cewek atau cowok takut padanya. Klo ada seorang teman yang lagi dimusuhinya, semua anak jadi ikut-ikutan memusuhi anak tersebut. Aku pernah merasakan dimusuhi anak itu, dan aku jadi benar2 sendirian, kesepian, karena tidak ada anak yang mau dekat2 denganku lagi. Tapi aku tahu bagaimana cara agar anak2 tidak memusuhiku lagi. Ya dengan cara mengambil hati anak yang paling ditakuti. Caranya dengan membawa majalah AMI ke sekolah. Haha... dia suka banget baca majalah. Akhirnya aku berbaikan dengannya dan secara otomatis anak2 yang lain pun tidak menjauhiku lagi. Hihi...

Di SMP aku mendapatkan banyak teman2 baru. Di kelas 1 aku masih dekat dengan salah satu teman dekatku waktu SD  karena kita satu kelas, tapi terpisah dengan 1 teman yang lain karena kita beda kelas. Dan aku mendapat 1 teman baru. Ke mana2 kita selalu bertiga waktu itu. Situasi berubah setelah aku duduk di kelas 2. Aku pindah duduk sebangku dengan teman SD yang terkenal badung itu. Hahaha... maaf. Aku jadi ketularan badung dan nilai2ku lumayan merosot. Karena dekat dengannya entah kenapa dia mempengaruhiku untuk menjauh dari teman dekatku waktu SD. Kasihan, dia suka dibully karena dia anak dari salah satu guru yang anak2 kurang suka dengan cara mengajarnya.
Aku menyesal belakangan setelah lulus dan tidak satu sekolah lagi. Dia pasti merasa sedih, merasa ditinggalkan. Tapi dia orangnya baik banget. Ga pernah marah dan tetap baik padaku meskipun mungkin dia tahu aku mulai menjaga jarak.

Guruku yang tahu pergaulan membawa dampak buruk padaku, memindahkan dudukku menjadi paling depan, dekat dengan meja guru. Haha matilah kau. Harus benar2 menyimak pelajaran. Tapi sebenarnya ada untungnya juga buatku. Aku tidak nyaman dengan budaya mencontek. Saat duduk di belakang temanku suka pada mencontek waktu ulangan. Dan ada yang terang2an menyalin jawabanku dan aku terpaksa mengizinkannya karena rasa tidak enak. Sejak kembali duduk di depan, catatanku kembali rapi karena aku tidak bisa lagi nyambi2 pas pelajaran. Dan tidak ada lagi yang berani mencontekku waktu ulangan. Kecuali salah satu teman cowokku yang mejanya bersebelahan denganku. Dia anaknya pandai. Kadang2 klo ada kesempatan kami suka saling menanyakan jawaban dengan kode2 di tangan yang hanya kami sendiri yang tahu kodenya bagaimana. Hahahaha...

Setelah aku di Bandung, aku sempat berkomunikasi dengan seorang teman cowok yang dulu beda kelas dan aku waktu SMP sama sekali belum pernah ngobrol dengannya. Dia bilang, aku dulu kan bertemannya hanya dengan anak2 pintar saja. Sedangkan dia kan tidak termasuk anak pintar. Haha... begitukah? Aku sendiri tidak merasa begitu. Sepertinya teman2 yang lain merasa sungkan mendekat karena kita sangar2 dan cukup mendominasi dan termasuk kesayangan guru2 waktu itu. Belakangan aku tahu klo cowok itu dulu di kelasnya juga termasuk anak pintar dan mendapat renking. Aku tidak banyak kenal dengan anak kelas B. Entah kenapa dulu kelas A rasanya lebih menonjol karena anak2nya lebih berpengaruh.

Memasuki SMA, teman2ku baru semua karena tidak ada satupun yang kukenal waktu itu. Aku berkenalan pertama dengan seorang cewek mungil yang rumahnya ternyata tidak jauh dari rumahku. Aku sempat duduk sebangku dengannya. Belakangan aku dekat dengan teman cewek yang lain yang kemudian menjadi sohibku, bahkan kita masih saling berkomunikasi sampai sekarang.

Mungkin saat aku kemudian mulai dekat dengan temanku yang satunya, temanku yang sebelumnya merasa aku tinggalkan juga. Tapi ya mau bagaimana, berteman baik membutuhkan kecocokan satu sama lain. Aku berteman sangat dekat dengan temanku ini. Ke mana2 selalu berdua, duduk selalu sebangku, pulang sekolah juga bareng. Aku ingat banget, saat study tour ke Bali, aku ga boleh masuk ke Pura Besakih karena sedang dapet dan itu dilarang keras masuk, aku kekeuh minta temanku ini untuk masuk saja sedang aku akan menunggu di luar, dia tidak mau masuk dan memilih menemaniku. Huehue... terharu. Dia baik banget. Kami kemudian terpisah saat di kelas 3 karena kami berbeda jurusan. Sedih juga waktu itu. Sebenarnya waktu itu gengku ada 4-5 orang. Yang dekat banget sih ber-4 waktu itu.

Di kelas 3, aku duduk sebangku dengan seorang teman yang lain dari gengku ber-5 sebelumnya. Sebenarnya ada rasa ga enak juga dengan teman sebangkunya sebelumnya. Tapi untunglah hubungan kita tetap baik2 saja sampai kemudian kita lulus.

Waktu kuliah D3, masa ospek aku dekat dengan 2 orang, kemudian ospek selesai, mulai kegiatan di kelas, aku mulai dekat dengan dua orang yang lain dan kita ke mana2 selalu bertiga. Kita tetap berkomunikasi baik sampai sekarang, bahkan hubungan kita sudah seperti keluarga. Cuma waktu itu salah seorang temanku yang pernah dekat waktu ospek sempet nyeletuk, ‘Punya teman baru, terus lupa ma teman sebelumnya.’ Hehe.. aku cuma ketawa aja. Tapi hubungan kita ga jadi buruk karenanya.

Aku terpisah dengan 2 temanku ini karena dengan terpaksa aku lulus duluan 1 semester dari mereka. Hahaha.... Tapi aku tetap 1 kost dengan salah satu temanku ini. Aku melanjutkan S1 dan di sana aku punya teman2 baru yang sebelumnya berbeda kelas. Aku jadi dekat dengan anak2 pintar yang rata2 lulus cumlaude. Hehe... Jadi bisa saling bertanya klo ada yang ga ngerti. Aku juga jadi dekat dengan kakak2 angkatan yang kemudian jadi sekelas denganku. Mereka banyak nanya dan suka pinjam catatan atau tugas. Aku baru sadar, selama kuliah D3 aku nge-gap dan jadi kurang gaul. Teman2ku ini yang pada komen, ‘Dulu kamu mah kemana2 bertiga, kayak ga butuh teman yang lain.’Haha... aku cuma ketawa aja. Ternyata begitu ya pendapat mereka tentang kami.

Kebiasaan bikin geng ini juga berlanjut sampai sekarang. Ada geng temen kos. Penghuni baru yang ga dekat ma kita2 kebanyakan terus hengkang. Tapi belakangan kita semua satu kost dekat semua, bahkan setelah semua keluar dari kost kita tetap dekat sudah seperti keluarga.

Mempunyai teman baik itu perlu. Karena kepada mereka lah kita bisa percaya, bisa minta bantuan saat benar2 perlu. Tapi kita juga jangan lantas menutup pergaulan dengan yang lain. Bersikap baik pada semua orang karena ada orang yang memusuhi kita itu rasanya tidak nyaman banget. Tapi juga tetap jaga jarak dengan orang2 yang kita tahu reputasinya seperti apa. Toh semua demi kebaikan kita.

Cuma, dengan orang2 yang sendiri dan tidak punya teman, kita harus mau menyapa dan memberi perhatian biar dia tidak merasa sendirian.

Karena itu aku selalu berusaha menyapa dan bersikap hangat dengan anak2 yang aku tahu ke mana2 dia selalu sendirian biar dia ga merasa benar2 sendirian. Kasihan, hari2nya di sekolah pasti berasa lama banget dan pengin cepet2 lulus.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar