Tuesday,
October 8, 2013
‘Man
and woman should not be a friend.’
Kalimat
ini kubaca di status wasap salah seorang teman baikku beberapa waktu yang lalu.
Aku ketawa membacanya.
Ya,
memang seringkali aku dan temen2 deketku membahas ini. Berteman boleh, tapi
jangan terlalu dekat. Harus tau batasan2 yang ga boleh dilanggar.
Semasa
masih kecil dulu, usia TK-SD mungkin hal ini tidak masalah, karena antara anak
cowok dengan anak cewek memang benar2 murni temenan. Saat memasuki masa SMP,
SMA dan kuliah, dulu berteman baik dengan teman2 cowok juga ga masalah. Kita
pergi selalu rame2. Klo pun kadang2 pulang mpe larut malam, itu semua karena
memang ada alasannya. Kita berorganisasi dan kita memiliki banyak kegiatan yang
mengharuskan intensitas pertemuan kita begitu padat dan terkadang pulang sampe
larut malam. Kita dekat satu sama lain sebagai saudara. Bahkan saat itu pun tak
ada di antara kita yang berpacaran, murni bersahabat, meskipun tidak tahu ya
jika ada di antara kita yang dalam hatinya sebenarnya ada rasa suka tapi tak
terungkap.
Setelah
memasuki dunia kerja, semua menjadi begitu berbeda. Terlalu dekat dengan teman
yang sudah memiliki pacar, ini bisa jadi bumerang. Jadi omongan orang2 yang ga
ngerti situasi dan kondisi dan harus siap dengan resiko dilabrak sang pacar.
Dan ini menjadi lebih riskan lagi jika seseorang terlalu dekat dengan lawan
jenisnya yang sudah menikah. Bagaimanapun pihak yang disalahkan pasti wanita
teman dekat si pria yang sudah menikah. Dia akan dianggap sebagai orang ketiga,
perusak rumah tangga orang. Meskipun seandainya sebenarnya mereka murni
bersahabat, orang2 lain yang melihat akan menganggap persahabatan ini tidak
sehat.
Bahkan
aku pun, seandainya aku sudah menikah dan tahu suamiku terlalu dekat dengan
wanita lain yang menurut dia temannya, pulang pergi kerja selalu bareng, makan
siang di kantor bareng, lembur bareng, bahkan sering kirim2an message dan
telpon2an mpe larut malam, aku pasti juga tidak akan suka dan yang muncul di
benakku pasti ‘ada sesuatu di antara mereka’.
Orang2
lain di lingkungan kerja mereka pasti juga akan beranggapan yang sama. Memang
ada affair di antara mereka.
Bermula
dari curhat dan lama2 menemukan kecocokan, ini yang lama2 akan menumbuhkan
benih2 cinta terlarang. Jadi sebelum semuanya terjadi, lebih baik kita membuat
batasan2 sampai mana batasan itu tidak boleh dilanggar. Mengingat budaya timur
yang memang tidak bisa menerima persahabatan seperti itu.
Witing
tresna jalaran saka kulina. Cinta itu datang karena terbiasa.
Itu
juga yang selalu kujaga sampai saat ini. Aku ga mau terlalu dekat dengan
seseorang terutama dari lawan jenis yang memang aku hanya menganggapnya seorang
teman. Terlebih ke teman2ku yang aku tahu dia sudah ada pasangan, aku ga mau
dianggap menjadi orang ketiga, rasanya sungguh menyakitkan.
Kurasa
batasan2 itu tidak hanya berlaku untuk terlalu dekat dengan seseorang yang
sudah punya pacar atau sudah menikah, tapi juga dengan seorang
biarawan-biarawati dari lawan jenis. Jangan sampai karena terbiasa bersama itu
menumbuhkan sesuatu yang lain yang akan merusak panggilan seseorang.
Merebut
pasangan orang lain saja rasanya sudah berdosa banget, apalagi merebut apa yang
sudah dipilih oleh Tuhan. Pasti akan merasa berdosa seumur hidup.
Itu
menurutku. Berdasarkan pengalaman2ku dan teman2ku.
Berteman
boleh, tapi jangan terlalu dekat.
Ingat,
jika hanya satu tangan yang bertepuk, tidak akan jadi. ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar