Juli 10, 2011

KENAKALAN DI MASA KECIL (PART 2)

Monday, April 11, 2011-04

Masih cerita dari masa kecilku....

Ladang.
Dulu di daerahku ada hamparan ladang yang digarap oleh kakekku dan tetangga2ku. Aku tidak tahu sebenarnya ladang2 itu punya siapa yang aku tahu ladang itu sudah dikapling-kapling dan tiap kapling punya penggarapnya sendiri2. Bermain di ladang yag berada di sepanjang aliran sungai ini amat menyenangkan buatku. Kalau musim menyemai benih jagung atau kacang tanah, dengan senang hati aku akan membantu nenek dan kakek. Kakekku sudah membuat lubang2 berjarak 20-30cm. Tiap lubang kami isi dengan 4-5 butir biji jagung atau kacang tanah. Setelah itu ditimbun dengan tanah memakai kaki. Membantu kakek seperti ini rasanya seperti bermain saja coz banyak teman2ku yang juga sama2 melakukannya. Jika jagung sudah tumbuh dan mulai berbuah, baby corn, tentu saja kami mendapat mainan baru lagi. Main boneka2an. Jagung2 langsing dengan rambut beraneka warna, ada yang pirang, ada yang coklat, ada yang merah dan ada juga yang putih. Kami gunakan untuk bermain wong2an (orang2an). Ngobrol sendiri sudah sangat biasa waktu itu. Kadang2 juga rambut yang beraneka warna ini kami kumpulkan untuk mainan jual2an, dianggap sebagai mie.

Jika saat panen jagung tiba, itu juga sangat menyenangkan buat kami. Mengupas jagung rame2. Memipil biji2 jagung dengan tangan. Biasanya aku suka mengumpulkan biji2 jagung yang berwarna-warni. Warna merah, putih dan kuning, dipisah dalam wadah yang berbeda, buat main dokter2an. Biji jagung kami gunakan sebagai obat.
Dan untunglah nenek-kakek tidak pernah memarahi kami biarpun sambil membantu sebenarnya kami cukup mengganggu kerja kakek dan nenek. Dan betapa menyenangkannya tiduran di atas hamparan pipilan jagung. Rasanya dingin. Dan untunglah badan kami tidak pernah jadi gatal2 karenanya.

Ladang di daerahku ditanami tanaman dengan sistem tumpang sari. Selain jagung dan kacang tanah juga ditanam kacang panjang, singkong, pepaya, garut dan aneka umbi2an. Juga terung dan cabe rawit. Bermain di ladang merupakan kesenangan tersendiri buat kami. Main petak-umpet, ngumpet di antara tanaman yang mulai tinggi lumayan susah dicari. Apalagi area ladang cukup luas. Di ladang ada juga semacam tanah lempung yang digali untuk membuat gerabah. Akibat penggalian yang terus-menerus terciptalah sebuah goa. Hehe mayan buat berteduh waktu panas dan ngumpet waktu main petak umpet.

Mencari jangkrik.
Ya, jika musim jangkrik kami biasanya mencari jangkrik untuk dipiara. Dibuatkan rumah2an dari batang2 bambu yang disusun dibuat bertingkat. 1 kandang biasanya untuk 2 ekor jangkrik dengan kandang terpisah yang dibuat bertingkat. Tentu saja aku tidak bisa membuat kandangnya sendiri. Biasanya aku minta teman, Kang gendut atau kakekku membuatkannya untukku.
Berlomba-lomba jangkrik siapa yang suaranya paling kenceng. Mengerik tiap malam menemani tidur kami. Dan dengan telaten kami memberi makan jangkrirk dengan daun krokot dan cabe rawit supaya suaranya semakin nyaring.
Dan dulu aku selalu saja salah membedakan mana jangkrik jantan, mana jangkrik betina, mana yang suaranya kenceng mana yang lemah. Akibatnya aku sering kecewa menunggu beberapa malam, jangkrikku tidak juga mengeluarkan suara nyaringnya. Belakangan aku tahu, jangkrikku ternyata jangkrik betina. Hehehehe....

Pernah sekali, waktu main kami menemukan buah semangka di antara tanaman merambat kakekku. Sepertinya tidak sengaja tumbuh. Kami senang sekali menemukannya. Semangka itu kami tendang2 seolah-olah itu bola. Sampai akhirnya semangka itu pecah kemudian dimakan rame2.
Di ladang juga kami biasa mencari buah asem yang berjatuhan dan aneka buah liar lain yang enak buat dimakan. Wuni dan widara yang tumbuh liar di pinggir2 sungai. Buah widara rasanya manis sedang wuni rasanya sangat asam. Kadang2 aja yang warnanya merah agak manis.

Sungguh sayang kemudian ladang ini diambil alih oleh pihak swasta dan sekarang sudah beralih fungsi jadi perumahan. Huehue.... Kami kehilangan tempat main kami yang dulu kami gunakan juga untuk tempat piknik2an. Membawa tikar dan rantang nasi. Seolah-olah lagi piknik.

Dulu aku terbiasa bangun pagi2. Pukul 05.00 dalam kondisi belum mandi sudah keluyuran ke kebun2 tetangga mencari melinjo dan kecik. Kami berusaha bangun sepagi mungkin supaya tidak keduluan pencari melinjo dan kecik yang lain yang tak lain tak bukan teman2ku sendiri. Kami kumpulkan melinjo dan kecik itu untuk dijual ke tetanggaku yang memproduksi emping. Lumayan buat nambah2 uang jajan. Dan parahnya aku dulu suka mencari melinjo ke belakang rumah tetanggaku yang memproduksi emping itu. Di belakang rumahnya ada banyak melinjo2 yang memang sengaja dibuang karena kopong (tidak ada isinya). Karena ketidaktahuanku dan keinginan mengumpulkan melinjo sebanyak-banyaknya, kukumpulkan melinjo2 itu dicampur dengan hasil hunting ke kebun tetangga.
Jika sudah terkumpul banyak, aku janjian dengan teman2ku untuk menjualnya rame2. Hayo siapa yang dapetnya paling banyak????

Memanfaatkan apa yang ada di sekitar kami itu sudah biasa buat kami. Jika lagi main kami merasa lapar, kami memanfaatkan buah2 yang tumbuh liar di sekitar kami untuk dimakan. Bengkoang yang biasa tumbuh liar di ladang, pucuk2 daun mlanding, garut mentah, singkong muda mentah yang rasanya manis, pepaya, jambu. Jika haus kami minum air dari genthong tetangga terdekat. Air mentah. Tetap sehat tuh....
Jika waktu main kami terluka, biasanya kena beling, kena paku atau terjatuh hingga berdarah, kami kemudian mencari ganclong, meneteskannya langsung ke luka kalau tidak air liur bekicot. Itu obat luka yang sangat manjur. Jika demam, kami mencari pohon kecubung dan mengusar-usarkan daunnya yang sudah diremas-remas ke dada. Dijamin demam akan cepat turun.

Terlalu banyak hal2 menyenangkan di waktu kecil. Ga akan cukup waktu buatku menceritakannya satu per satu di sini. Dan pengakuanku ke orangtuaku yang membuat mereka tertawa, dulu waktu kecil aku suka memprovokasi adikku, untuk bangun tengah malam mengendap-endap keluar dari rumah untuk nonton latihan pertunjukan jathilan. Ya, dulu aku suka banget nonton jathilan. Latihan dilakukan di malam hari sampai pk.11 malam. Larangan keras buatku untuk keluar malam. Coz aku tidur di rumah nenek yang biarpun berdempetan dengan rumah yang ditempati ayah-ibu tapi berbeda pintu, so aku bisa keluar dengan aman tanpa ketahuan ayah-ibu. Tapi pernah ketahuan sekali oleh ayahku. Ayah menyusulku ke tempat latihan jathilan, disuruh pulang. Hehehe..... maaf.....

Itulah kenapa aku sangat ingin punya sawah, kebun dan kolam sendiri karena aku tumbuh dan dibesarkan di sana. Aku ingin sekali bisa mengulang masa2 menyenangkan seperti dulu yang aku tahu meskipun bisa, tetap tidak akan bisa sama. Tidak ada lagi teman2 mainku seperti dulu. Tidak ada lagi gelak tawa dan kekonyolan2 seperti dulu. Hmmmm.... kangeeen....

Aku juga ingin anak2ku nanti juga merasakan bersahabat dengan alam. Ya, meskipun tidak akan bisa sama seperti yang kualami waktu kecil dulu paling tidak mereka tahu alangkah menyenangkannya dunia luar itu. Dunia tanpa dibatas tembok dan teknologi.
Wish wsih I wish....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar