Desember 04, 2011

STATUS SINGLE?????


Wednesday, September 21, 2011

Beberapa kali ketemu orang baru. Orang yang sama sekali baru ketemu dan bahkan tidak sempat menanyakan namanya. Dari ngobrol dan ngobrol, topik sampai pada ‘usia’ dan pastilah selalu mengarah ke pertanyaan ‘Sudah merit belum?’

Sebenarnya hal yang wajar mendengar pertanyaan ini. Tapi terlalu sering mendengar pertanyaan seperti ini, lama2 bosan juga untuk menjelaskan panjang lebar. Akhirnya kujawab saja singkat,’Mungkin memang belum waktunya.’
Tapi akhirnya memang harus siap dengan nasehat panjang lebar dari mereka2 yang sudah lebih senior.

Suatu malam di dalam kereta, perjalananku dari Bandung ke Yogya. Teman sebelahku seorang guru dari Yogyakarta yang baru saja menyelesaikan tugas Dinas-nya ke Bandung.
Cukup banyak malam itu kami ngobrol sampai akhirnya sampailah topik pada ‘status single-ku’.
‘Jangan lama2 lho. Ingat umur. Klo memang memilih menjadi single karena menjadi biarawan-biarawati atau karena tujuan sosial itu gapapa. Tapi klo memutuskan tetap single karena karir kok saya rasa itu tidak pas.’

Jujur aku tidak sreg dengan kalimat terakhirnya. Kujawab saja,’Setiap orang kan punya panggilannya masing2 mbak. Klo memang jalannya harus merit nanti suatu saat juga akan merit. Tapi kan ga bisa dipaksa mbak.’

Mbak itu tidak memprotes ucapanku. ‘Yah, semoga nanti cepet ketemu jodohnya ya. Mau kukenalkan adikku yang di Bandung?’
Hahahaha......
Mbak itu melanjutkan menelepon keluarganya di rumah. Mulai dari suami, kemudian anak2nya.
Suaminya cerita bagaimana keadaan anak2 selama ditinggal ibunya. Mereka tidak rewel, sudah mandi, sudah makan, sedang mengerjakan pe-er dan sebentar lagi akan tidur.
Obrolan dilanjutkan dengan obrolan sang ibu ke anak2nya.
‘Sebelum tidur, jangan lupa cuci tangan-cuci kaki dulu ya. Jangan lupa berdoa ya. Selamat bobok.’

Hehehe... sungguh menyenangkan mendengarkan percakapan mereka. Sang Ibu yang mengajak anaknya ngobrol dengan bahasa Jawa halus. Dan sang suami yang dengan sabar mendengarkan cerita sang istri selama diklat-nya di Bandung. Dan sang anak yang ga rewel, patuh mendengarkan nasehat orangtuanya.
Hehehehe.... sungguh sebuah keluarga yang penuh kehangatan.
Moga2 suatu saat nanti aku juga bakal punya keluarga yang hangat.

Setelah selesai menelepon, mbak2 itu banyak sekali sharing pengalamannya denganku. Cerita tentang anak2nya. Bagaimana memilihkan sekolah buat anaknya. Terlihat sangat bangga dan begitu care dengan keluarganya. Senang mendengarnya.

Di lain waktu, aku sedang check-up ke sebuah Rumah sakit Swasta di Bandung. Selagi persiapan untuk USG coz dikhawatirkan aku mengalami kista, perawat yang tengah mempersiapkan diriku untuk pemeriksaan mengajakku mengobrol. ‘Intermezzo’, katanya.
Setelah tahu usiaku dan tahu klo aku masih single, dia memberikan nasehatnya.
‘Single boleh. Tapi jangan lama2. Sampe umur 40 mungkin tetap enjoy. Tapi nanti setelah usia 40 tahun ke atas baru akan menyesal. Ni sharing pengalaman pribadi. Buat intermezzo ya. Tolong dipikirkan. Bentar lagi dokter datang.’

Ya, di usia 40 tahun masih sendiri. Mungkin rasa kesepian itu mulai datang. Tenaga sudah tidak seperti waktu muda, masih bisa leluasa ke mana saja. Pasti merasa kesepian tinggal sendirian di rumah. Melihat tetangga2 dan teman2 di usia itu bisa bercengkrama dengan keluarganya, menimang cucu2nya. Pasti pengin juga merasakan kehangatan seperti itu. Memiliki banyak cinta dan perhatian. Saat sakit ada yang merawat, saat ada kabar gembira ada keluarga yang bisa diajak berbagi kebahagiaan, saat sedih ada yang menghibur. Dan nantinya akan melewati masa tua dengan orang2 terkasih.

Ya. Akupun pengin memiliki keluargaku sendiri. Cuma mungkin memang belum saatnya buatku.
Biarlah Tuhan yang mengatur. Aku percaya rancangan-Nya yang terbaik untukku.
‘Rancangan-Ku bukan rancanganmu. Jalanmu bukan jalan-Ku’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar