Mei 18, 2012

BELAJAR MENGIKHLASKAN



Beberapa tahun belakangan ini aku harus banyak belajar untuk mengikhlaskan. Tidak tahu kenapa semuanya datang bertubi-tubi. Bukan sesuatu yang besar coz masih ada begitu banyak orang yang harus menanggung beban yang amat berat yang aku sendiri tidak yakin apa aku bisa kuat jika dihadapkan pada situasi seperti itu.

Belajar mengikhlaskan sesuatu yang terjadi di luar yang kita mau. Mungkin sesuatu itu memang bukan untuk kita atau sesuatu itu belum saatnya kita miliki. Jika sesuatu itu memang untuk kita, suatu saat pasti akan kita miliki, tetapi jika memang bukan untuk kita, suatu saat nanti kita akan mendapatkan sesuatu yang lebih tepat untuk kita.

Belajar untuk mengikhlaskan kasurku. Hahahahaha.... Ini akibat kecerobohanku yang terlalu menggampangkan sesuatu.
Berlanjut belajar mengikhlaskan pompa airku. Ini semua akibat kebodohanku yang tadinya kupikir daripada ilang dicuri orang lebih baik menitip saja. Ternyata malah barang hangus di tempat menitipkan. Ya sudah, bukan milik.
Belajar mengikhlaskan harddiskku yang rusak. Ini akibat keteledoranku meletakkan celana2 jeans di atas laptop-ku. Sedianya biar aman malah rusak ga puguh.
Tapi untuk yang satu ini masih sulit buatku untuk mengikhlaskan koleksi foto2ku dari zaman baheula sampai foto2 liburanku belakangan ini yang amat sangat menghiburku di kala jenuh mulai menghampiri. Deeeeeuuuuh.....
Belajar mengikhlaskan bak cuci piringku (kitchensink) dibongkar orang. Huehuehue.... ini mah keterlaluan. Aku yang sejak awal emang pengin menggantinya dengan kitchensink yang lebih dalam, jadinya bakal mengganti beneran dah. Hahahaha...
Dan terrakhir aku harus belajar mengikhlaskan pohon kersenku untuk ditebang.
Hohoho..... pohon kersen cantikku.....
Untuk yang satu ini aku perlu waktu mpe berminggu-minggu untuk memutuskan. Tanya beberapa orang. Salah satu teman yang mempunyai indera keenam menyarankan untuk ditebang saja coz auranya dilihat tidak bagus. Seperti memberi sebuah rumah bagi makhluk dunia maya. Hohohoho..... Ini mah horor.
Tetangga rumah minta ditebang saja coz katanya banyak ulatnya, suka masuk ke tembok rumahnya, dan suka ada burung2 kuburan (burung ceciwis) beterbangan di situ. Burung pembawa pertanda tidak baik. Sedangkan aku belum pernah melihat ada ulat satu pun, dan burung2 kecil yang beterbangan di sekitar situ menurutku itu burung2 kecil yang cantik seperti yang biasa beterbangan di lingkungan kantorku. Burung gereja sepertinya.

Ada juga yang bilang jangan ditebang, pohon itu sumber kehidupan. Bisa memberikan banyak hal termasuk menyimpan air. Daunnya yang rimbun bisa memberikan keteduhan, mensuplai pasokan oksigen. Apalagi sudah sebesar itu dan batangnya tumbuh melengkung bagus, bisa buat duduk2. Deeeeuuuh.... tambah gamang.
Dan terakhir bapak tukang bilang ditebang saja, pohon sudah gedhe, akarnya bakal ke mana2, bisa merusak bangunan.
Dan pendapat seorang tetangga juga, pohon kersen itu pohon peneduh. Di pinggir2 jalan banyak. Klo memang suka buah kersen, tinggal petik aja di pinggir2 jalan. ‘Tuh, di depan rumah juga ada.’
Ya, memang benar, di sepanjang jalan yang kulewati memang kulihat ada banyak pohon kersen.
Dan terakhir ngobrol dengan teman kantorku. Rasanya lebih baik ditebang dan menggantinya dengan tanaman yang menghasilkan yang bisa dikonsumsi.
Ya benar. Lebih baik menanam pohon jambu atau pohon mangga, atau rambutan.
Yeeeeaah.... akhirnya aku dengan mantaph bilang ke bapak tukang. Minta tolong pohonnya ditebang saja.
Sekarang aku ikhlas kok. Hehhehehehe....

Dan satu lagi. Waktu mudik kemarin, aku harus mengikhlaskan sandalku jadi korban gigitan bayi2 anjing di rumah. Akibat ulah Pong2 n Yong2, jadinya mau ga mau harus nyari sandal baru. Jadi punya sandal baru deh.
Aku ikhlas kok.
Hahahahaha......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar