Rabu malam minggu kemarin, tumben2an aku mau nonton acara tivi Dua Dunia, acara yang masih setipe ama Dunia Lain. Sudah lama aku ga nonton acara2 mistis takut aku yang aslinya penakut jadi semakin penakut.
Mendengar
si kenyung dari kamarnya juga lagi nyetel acara ini, merasa ada balad akhirnya
kutonton juga.
Dimulai
dengan cuplikan2 adegan survey lokasi yang semuanya tentang crew Dua
Dunia yang kerasukan. Makhluk gaib yang merasuki bermacam-macam, berbeda-beda
tiap lokasi. Mulai dari yang suaranya kayak anak kecil yang tak henti2 minta
tolong katanya terjepit batu di jalan tapi tidak ada yang menolong, nenek2 yang
berusia 500 tahun sampai yang suaranya menjerit-jerit yang tidak terima
kedatangan crew Dua Dunia yang mereka rasa mengganggu kehidupan mereka.
Usai
rentetan cuplikan adegan kerasukan, dimulailah acara inti menelusuri sejarah
Rawa Pening di Ambarawa. Sebuah rawa yang aku sangat ingin ke sana tapi belum
kesampaian sampai sekarang.
Salah
seorang crew wanita Dua Dunia tiba2 kerasukan. Dirasuki oleh Nyai Wanita yang
tidak mau menyebutkan nama dan asal-usulnya. Dia bilang dia tidak punya banyak
waktu. Dia datang karena diutus seseorang.
Pembicaraan
yang sangat baik dan penuh wejangan membuatku yang sebenarnya sudah sangat
mengantuk ga ingin melewatkan acara ini. Kulihat jam sudah bergerak melewati
angka 12. Kepalaku pusing tapi aku ga mau nanti bangun dengan rasa penasaran
dan penyesalan yang sangat. Akhirnya kupelototin tv sampai acara usai hampir
pk.00.30.
Nyai ini
datang untuk menjawab rasa ingin tahu para crew Dua Dunia. Bahasa Indonesianya
lancar, kadang2 diselipi bahasa Jawa. Katanya cerita atau sejarah asal mula
rawa pening itu hanya sebuah kiasan yang diceritakan turun-temurun. Kiasan yang
sengaja dibuat oleh leluhur untuk diambil pelajaran.
Rawa Pening
sendiri sebenarnya terbentuk dari sebuah mata air kecil yang karena fenomena
alam akhirnya semakin lama mata air ini semakin membesar dan membentuk rawa.
Bermula
dari seorang perawan desa yang mendatangi resi untuk meminjam pusaka. Tiba2
saja pusaka itu menghilang dan masuk ke dalam perut wanita itu. Wanita itu
kemudian mengandung dan melahirkan seekor naga yang kemudian berubah wujud
menjadi anak kecil yang tubuhnya penuh kudis. Anak ini diberi nama Baru Klinting.
Anak ini coz dianggap membawa aib dan penyakit, dia dikucilkan dan sering
dihina oleh orang2 desa. Sampai suatu saat anak ini hilang kesabarannya, dia
menancapkan lidi ke tanah dan mengadakan sayembara siapa yang bisa mencabut
lidi itu. Ternyata tidak ada yang bisa mencabutnya, hanya Baru Klinting yang
bisa mencabutnya. Ketika dicabut, menyemburlah air yang semakin lama semakin
besar dan akhirnya menenggelamkan seluruh desa.
Baru Klinting
sendiri sebenarnya memang pernah ada. Tapi dia tidak pernah menancapkan lidi ke
tanah. Perawan desa yang diceritakan juga benar2 ada. Dia mendatangi seorang
resi. Meminjam pusaka hanyalah kiasan. Seorang resi sudah berikrar untuk tidak
tergoda kenikmatan duniawi. Tapi ketika ada seorang gadis yang datang
kepadanya, pertahanannya pun runtuh. Pusaka yang dimaksud dalam cerita adalah
pusaka yang dimiliki laki2. Gadis ini hamil akibat perbuatan sang resi.
Kehamilan ini adalah sebuah aib. Sang resi karena malu akhirnya pergi meninggalakan
desa dan menghilang entah ke mana. Gadis itu akhirnya melahirkan seorang anak
laki2 yang diberi nama Baru Klinting. Diberi nama Baru Klinting karena dulu
orangtuanya memberi mainan anak ini yang bunyinya ting... ting... ting...
Anak yang
lahir dengan membawa penyakit kulit dimaksudkan anak ini lahir dengan membawa
aib orangtuanya. Ketika ada pertanyaan dari crew,’Bukankah setiap anak
dilahirkan tanpa dosa?’
Nyai itu
menjawab, penyakit kulit itu hanyalah sebuah kiasan. Bagaimana pun anak ini
lahir akibat perbuatan tidak baik yang dilakukan kedua orangtuanya. Bukankah di
duniamu ada peraturan2 sebagai pedoman hidup. Agamamu mengajarkan itu juga kan.
Demikian juga di duniaku leluhur juga menggariskan pedoman2 hidup yang harus
ditaati.
Benar
katamu setiap anak dilahirkan tanpa dosa. Yang bisa kita ambil hikmah dari anak
itu, anak itu tidak marah biarpun sering dihina, dicaci oleh orang desa.
‘Bukankah
dia marah kemudian menghukum orang desa dengan menenggelamkan mereka beserta
desa mereka?,’ tanya crew Dua Dunia.
‘Anak itu
tidak pernah menenggelamkan desa. Itu adalah kehendak Tuhan. Tuhanlah yang
memberikan hukuman. Manusia tidak boleh menghukum manusia lainnya. Hanya
Tuhan yang berhak.
Air di sini
dimaksudkan untuk membersihkan dosa. Bukankah kalian jika membersihkan sesuatu
juga menggunakan air. Air di sini sebagai kiasan untuk membersihkan dosa.’
Kemudian
nyai ini tampak kaget dan dia bilang waktunya sudah habis. Dia harus pergi. Dan
akhirnya dia mengaku kalau dia diutus oleh Ratu... (aku lupa namanya).
Begitu
banyak pelajaran yang bisa diambil dari kisah kali ini.
Bahkan di
dunia lain sana pun ada aturan2 pedoman hidup yang harus ditaati.
Manusia
tidak boleh menghukum manusia lain. Yang berhak memberi hukuman adalah Tuhan.
Aku tidak
menyesal menonton episode ini. Kata Kenyung, kebanyakan yang merasuki baik,
banyak memberi nasehat2.
Nanti lain
kali klo berkesempatan nonton lagi moga2 pas episodenya bagus lagi.
Akibat
nonton ini aku jadi rada takut memejamkan mata. Bolak-balik bangun untuk
mematikan, menyalakan lampu. Mp3 kunyalakan sebentar untuk mengalihkan
pikiranku. Akhirnya kuberanikan juga tidur dengan lampu mati seperti biasanya.
Tidur dengan lampu nyala blereng euy. Hahahaha.......
Ada
berbagai versi cerita asal mula rawa pening, tapi yang aku dari kecil pernah
baca dan versi yang paling kusuka yang versi ini: asal mula rawa pening
Dan ternyata acara yang kutonton ini ada yang sudah menggugahnya ke youtube:
rawa pening 1
rawa pening 2
rawa pening 3
Dan ternyata acara yang kutonton ini ada yang sudah menggugahnya ke youtube:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar