Juni 19, 2012

BELAJAR DARI CERITA ASAL MULA RAWA PENING


Rabu malam minggu kemarin, tumben2an aku mau nonton acara tivi Dua Dunia, acara yang masih setipe ama Dunia Lain. Sudah lama aku ga nonton acara2 mistis takut aku yang aslinya penakut jadi semakin penakut.
Mendengar si kenyung dari kamarnya juga lagi nyetel acara ini, merasa ada balad akhirnya kutonton juga.
Dimulai dengan cuplikan2 adegan survey lokasi yang semuanya tentang crew Dua Dunia yang kerasukan. Makhluk gaib yang merasuki bermacam-macam, berbeda-beda tiap lokasi. Mulai dari yang suaranya kayak anak kecil yang tak henti2 minta tolong katanya terjepit batu di jalan tapi tidak ada yang menolong, nenek2 yang berusia 500 tahun sampai yang suaranya menjerit-jerit yang tidak terima kedatangan crew Dua Dunia yang mereka rasa mengganggu kehidupan mereka.

Usai rentetan cuplikan adegan kerasukan, dimulailah acara inti menelusuri sejarah Rawa Pening di Ambarawa. Sebuah rawa yang aku sangat ingin ke sana tapi belum kesampaian sampai sekarang.
Salah seorang crew wanita Dua Dunia tiba2 kerasukan. Dirasuki oleh Nyai Wanita yang tidak mau menyebutkan nama dan asal-usulnya. Dia bilang dia tidak punya banyak waktu. Dia datang karena diutus seseorang.

Pembicaraan yang sangat baik dan penuh wejangan membuatku yang sebenarnya sudah sangat mengantuk ga ingin melewatkan acara ini. Kulihat jam sudah bergerak melewati angka 12. Kepalaku pusing tapi aku ga mau nanti bangun dengan rasa penasaran dan penyesalan yang sangat. Akhirnya kupelototin tv sampai acara usai hampir pk.00.30.

Nyai ini datang untuk menjawab rasa ingin tahu para crew Dua Dunia. Bahasa Indonesianya lancar, kadang2 diselipi bahasa Jawa. Katanya cerita atau sejarah asal mula rawa pening itu hanya sebuah kiasan yang diceritakan turun-temurun. Kiasan yang sengaja dibuat oleh leluhur untuk diambil pelajaran.
Rawa Pening sendiri sebenarnya terbentuk dari sebuah mata air kecil yang karena fenomena alam akhirnya semakin lama mata air ini semakin membesar dan membentuk rawa.

Bermula dari seorang perawan desa yang mendatangi resi untuk meminjam pusaka. Tiba2 saja pusaka itu menghilang dan masuk ke dalam perut wanita itu. Wanita itu kemudian mengandung dan melahirkan seekor naga yang kemudian berubah wujud menjadi anak kecil yang tubuhnya penuh kudis. Anak ini diberi nama Baru Klinting. Anak ini coz dianggap membawa aib dan penyakit, dia dikucilkan dan sering dihina oleh orang2 desa. Sampai suatu saat anak ini hilang kesabarannya, dia menancapkan lidi ke tanah dan mengadakan sayembara siapa yang bisa mencabut lidi itu. Ternyata tidak ada yang bisa mencabutnya, hanya Baru Klinting yang bisa mencabutnya. Ketika dicabut, menyemburlah air yang semakin lama semakin besar dan akhirnya menenggelamkan seluruh desa.

Baru Klinting sendiri sebenarnya memang pernah ada. Tapi dia tidak pernah menancapkan lidi ke tanah. Perawan desa yang diceritakan juga benar2 ada. Dia mendatangi seorang resi. Meminjam pusaka hanyalah kiasan. Seorang resi sudah berikrar untuk tidak tergoda kenikmatan duniawi. Tapi ketika ada seorang gadis yang datang kepadanya, pertahanannya pun runtuh. Pusaka yang dimaksud dalam cerita adalah pusaka yang dimiliki laki2. Gadis ini hamil akibat perbuatan sang resi. Kehamilan ini adalah sebuah aib. Sang resi karena malu akhirnya pergi meninggalakan desa dan menghilang entah ke mana. Gadis itu akhirnya melahirkan seorang anak laki2 yang diberi nama Baru Klinting. Diberi nama Baru Klinting karena dulu orangtuanya memberi mainan anak ini yang bunyinya ting... ting... ting...

Anak yang lahir dengan membawa penyakit kulit dimaksudkan anak ini lahir dengan membawa aib orangtuanya. Ketika ada pertanyaan dari crew,’Bukankah setiap anak dilahirkan tanpa dosa?’
Nyai itu menjawab, penyakit kulit itu hanyalah sebuah kiasan. Bagaimana pun anak ini lahir akibat perbuatan tidak baik yang dilakukan kedua orangtuanya. Bukankah di duniamu ada peraturan2 sebagai pedoman hidup. Agamamu mengajarkan itu juga kan. Demikian juga di duniaku leluhur juga menggariskan pedoman2 hidup yang harus ditaati.
Benar katamu setiap anak dilahirkan tanpa dosa. Yang bisa kita ambil hikmah dari anak itu, anak itu tidak marah biarpun sering dihina, dicaci oleh orang desa.

‘Bukankah dia marah kemudian menghukum orang desa dengan menenggelamkan mereka beserta desa mereka?,’ tanya crew Dua Dunia.
‘Anak itu tidak pernah menenggelamkan desa. Itu adalah kehendak Tuhan. Tuhanlah yang memberikan hukuman. Manusia tidak boleh menghukum manusia lainnya. Hanya Tuhan yang berhak.
Air di sini dimaksudkan untuk membersihkan dosa. Bukankah kalian jika membersihkan sesuatu juga menggunakan air. Air di sini sebagai kiasan untuk membersihkan dosa.’

Kemudian nyai ini tampak kaget dan dia bilang waktunya sudah habis. Dia harus pergi. Dan akhirnya dia mengaku kalau dia diutus oleh Ratu... (aku lupa namanya).

Begitu banyak pelajaran yang bisa diambil dari kisah kali ini.
Bahkan di dunia lain sana pun ada aturan2 pedoman hidup yang harus ditaati.
Manusia tidak boleh menghukum manusia lain. Yang berhak memberi hukuman adalah Tuhan.

Aku tidak menyesal menonton episode ini. Kata Kenyung, kebanyakan yang merasuki baik, banyak memberi nasehat2.
Nanti lain kali klo berkesempatan nonton lagi moga2 pas episodenya bagus lagi.

Akibat nonton ini aku jadi rada takut memejamkan mata. Bolak-balik bangun untuk mematikan, menyalakan lampu. Mp3 kunyalakan sebentar untuk mengalihkan pikiranku. Akhirnya kuberanikan juga tidur dengan lampu mati seperti biasanya. Tidur dengan lampu nyala blereng euy. Hahahaha.......

Ada berbagai versi cerita asal mula rawa pening, tapi yang aku dari kecil pernah baca dan versi yang paling kusuka yang versi ini: asal mula rawa pening  

Dan ternyata acara yang kutonton ini ada yang sudah menggugahnya ke youtube:
rawa pening 1 rawa pening 2 rawa pening 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar