Juni 23, 2012

TRAUMA


Beberapa bulan belakangan ini lift di kantorku mengalami trouble. Sama seperti manusia, tiap sakit tidak bisa langsung begitu saja didiagnosis mengalami sakit apa, harus menjalani serangkaian tes laboratorium, foto rontgent dan sebagainya. Begitu juga dengan mesin. Tidak bisa dengan begitu saja menyimpulkan bagian mana yang mengalami trouble, harus melalui serangkaian ujicoba dan tes error.
Belakangan aku membuat catatan daftar error rinci berikut waktu kejadian supaya saat teknisi datang gampang ditelusur, ini atas permintaan salah seorang teknisi. Berdasarkan analisis, contactor harus diganti. Setelah contactor diganti, ternyata error yang sama masih sering terjadi. Akhirnya disimpulkan kemungkinan besar powersupply yang mengalami gangguan. Setelah powersupply diganti, ternyata gangguan masih saja terjadi, error dengan kode yang sama. Kemungkinan kali ini menurut teknisi, powersupply pengganti kualitasnya kurang baik, jadi kuajukan penggantian powersupply lagi. Masih dalam masa garansi, jadi tidak dikenai biaya.

Selang beberapa minggu, ternyata error masih juga terjadi. Melalui pengecekan seharian yang klo pada manusia disebut general check up, hasil analisa, door operator dan relay pintu harus diganti coz lift dengan tipe yang sama semua sudah diganti door operatornya, sudah melewati umur ekonomis. Akhirnya digantilah door operator dan relay yang proses pemasangannya memakan waktu 6 jam sendiri.

Tapi ternyata lift masih saja mengalami error yang sama meskipun sekarang2 ini rentang waktu error tidak sesering dulu. Yang membuatku bersyukur, setidaknya kemarin saat 2x ada event di kantor, lift bisa berfungsi normal meskipun di event kedua sempat mengalami trouble 1x, trouble yang langsung bisa diatasi dengan me-reset lift.

Dan tadi pagi kejadian lagi, lift tiba2 mati dan ada yang terjebak. Aku belum menanyakan kondisinya bagaimana, semoga dia tidak trauma. Beberapa kali ada yang terjebak di dalam lift. Jika orang itu pemberani, dia tidak akan mengalami trauma, dan masih berani menggunakan lift. Tapi ada beberapa yang mengalami trauma dan tidak berani naik lift sendiri.
‘Tidak apa2 ya, sekalian olahraga. Naik tangga lebih sehat.” Hehehehe.....

Sebenarnya jika lift mati dalam posisi level, maksudnya lantai sangkar lift sejajar dengan lantai gedung, pintu lift bisa dengan gampang dibuka secara manual. Tapi jika lift mati tidak dalam posisi level, lift harus di-reset ulang, dan ini harus dengan bantuan teknisi kantor. Aku dan temanku sebenarnya sudah belajar cara me-reset ulang lift, untuk berjaga-jaga jika terjadi kejadian darurat dan teknisi sedang tidak di tempat.

Meskipun sudah diberikan himbauan, jika lift mati, bisa dibuka secara manual dari dalam, tetap saja yang namanya panik, membuat orang tidak bisa berfikir jernih. Pernah ada security yang sampai terjebak hampir satu jam, coz pagi2 benar, belum ada yang datang ke kantor.

Ya, trauma, ketakutan berlebihan, memang tidak bisa disalahkan. Aku sendiri sampe sekarang masih suka kaget jika ada yang berlari-lari di lantai bawah, menyebabkan seperti ada getaran di gedung. Selalu saja membuatku terkejut dan siap2 lari. Teringat gempa cukup besar di Bandung 3 September 2009 yang sanggup menngoyangkan gedung kantorku dan membuat rontok beberapa bagian bangunan.
Juga jika diharuskan naik motor melewati selokan ato jembatan kecil yang melewati sungai kecil, aku merasa gamang, teringat kecelakaan yang pernah kualami waktu SMA dulu.

Trauma boleh, tapi jangan berlebihan. Berusahalah mengatasi pelan2 supaya tidak menyulitkan kita di kemudian hari. Aku biarpun gamang, dalam keadaan terpaksa selalu memberanikan diri naik motor melewati jembatan kecil. Pandangan mata lurus ke depan, tidak berani tengok kanan-tengok kiri, berjalan pelan2, yang penting selamat sampai sebrang. Hehehehe....
Menyerah di tengah jalan ga akan kebagian apa2.
Betuuuul......
Hehehehe...........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar