Beberapa
bulan belakangan ini lift di kantorku mengalami trouble. Sama seperti manusia,
tiap sakit tidak bisa langsung begitu saja didiagnosis mengalami sakit apa,
harus menjalani serangkaian tes laboratorium, foto rontgent dan sebagainya.
Begitu juga dengan mesin. Tidak bisa dengan begitu saja menyimpulkan bagian
mana yang mengalami trouble, harus melalui serangkaian ujicoba dan tes error.
Belakangan
aku membuat catatan daftar error rinci berikut waktu kejadian supaya saat teknisi
datang gampang ditelusur, ini atas permintaan salah seorang teknisi.
Berdasarkan analisis, contactor harus diganti. Setelah contactor diganti,
ternyata error yang sama masih sering terjadi. Akhirnya disimpulkan kemungkinan
besar powersupply yang mengalami gangguan. Setelah powersupply diganti,
ternyata gangguan masih saja terjadi, error dengan kode yang sama. Kemungkinan
kali ini menurut teknisi, powersupply pengganti kualitasnya kurang baik, jadi
kuajukan penggantian powersupply lagi. Masih dalam masa garansi, jadi tidak
dikenai biaya.
Selang
beberapa minggu, ternyata error masih juga terjadi. Melalui pengecekan seharian
yang klo pada manusia disebut general check up, hasil analisa, door operator
dan relay pintu harus diganti coz lift dengan tipe yang sama semua sudah
diganti door operatornya, sudah melewati umur ekonomis. Akhirnya digantilah
door operator dan relay yang proses pemasangannya memakan waktu 6 jam sendiri.
Tapi
ternyata lift masih saja mengalami error yang sama meskipun sekarang2 ini rentang
waktu error tidak sesering dulu. Yang membuatku bersyukur, setidaknya kemarin
saat 2x ada event di kantor, lift bisa berfungsi normal meskipun di event kedua
sempat mengalami trouble 1x, trouble yang langsung bisa diatasi dengan me-reset
lift.
Dan tadi
pagi kejadian lagi, lift tiba2 mati dan ada yang terjebak. Aku belum menanyakan
kondisinya bagaimana, semoga dia tidak trauma. Beberapa kali ada yang terjebak
di dalam lift. Jika orang itu pemberani, dia tidak akan mengalami trauma, dan
masih berani menggunakan lift. Tapi ada beberapa yang mengalami trauma dan
tidak berani naik lift sendiri.
‘Tidak apa2
ya, sekalian olahraga. Naik tangga lebih sehat.” Hehehehe.....
Sebenarnya
jika lift mati dalam posisi level, maksudnya lantai sangkar lift sejajar dengan
lantai gedung, pintu lift bisa dengan gampang dibuka secara manual. Tapi jika
lift mati tidak dalam posisi level, lift harus di-reset ulang, dan ini harus
dengan bantuan teknisi kantor. Aku dan temanku sebenarnya sudah belajar cara me-reset
ulang lift, untuk berjaga-jaga jika terjadi kejadian darurat dan teknisi sedang
tidak di tempat.
Meskipun
sudah diberikan himbauan, jika lift mati, bisa dibuka secara manual dari dalam,
tetap saja yang namanya panik, membuat orang tidak bisa berfikir jernih. Pernah
ada security yang sampai terjebak hampir satu jam, coz pagi2 benar, belum ada
yang datang ke kantor.
Ya, trauma,
ketakutan berlebihan, memang tidak bisa disalahkan. Aku sendiri sampe sekarang
masih suka kaget jika ada yang berlari-lari di lantai bawah, menyebabkan
seperti ada getaran di gedung. Selalu saja membuatku terkejut dan siap2 lari.
Teringat gempa cukup besar di Bandung 3 September 2009 yang sanggup
menngoyangkan gedung kantorku dan membuat rontok beberapa bagian bangunan.
Juga jika
diharuskan naik motor melewati selokan ato jembatan kecil yang melewati sungai
kecil, aku merasa gamang, teringat kecelakaan yang pernah kualami waktu SMA
dulu.
Trauma
boleh, tapi jangan berlebihan. Berusahalah mengatasi pelan2 supaya tidak
menyulitkan kita di kemudian hari. Aku biarpun gamang, dalam keadaan terpaksa
selalu memberanikan diri naik motor melewati jembatan kecil. Pandangan mata
lurus ke depan, tidak berani tengok kanan-tengok kiri, berjalan pelan2, yang
penting selamat sampai sebrang. Hehehehe....
Menyerah di
tengah jalan ga akan kebagian apa2.
Betuuuul......
Hehehehe...........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar