Juni 07, 2012

SEBUTAN MASA KECIL


Belakangan ini terlalu banyak hal yang memenuhi kepalaku mpe rasanya butuh tempat untuk mengeluarkan sementara. Mulai dari deadline 2 kerjaan kantor yang minggu ini harus beres, bagi2 waktu antara urusan pribadi, urusan kantor, sampai urusan itung-itungan yang sungguh membuat otakku harus bekerja ekstra. 'phi' =22/7? Kok bisa? Hahahaha......

Mungkin tanpa kusadari, sebagian stress-ku sebenarnya sudah dikeluarkan dalam bentuk sariawan yang makin hari makin membesar. Huehuehue......

Barangkali benar seperti yang pernah kubaca, otak jika dipaksa harus mengolah banyak hal, kerjanya tidak akan maksimal. Jadinya tidak akan focus. Seperti hari ini. Niatnya biar irit pulsa buat telepon, (aku memang suka malas ber-sms, penginnya telepon, langsung dapat jawaban, tidak usah membuang waktu untuk menunggu, langsung bisa mengambil keputusan), aku sengaja isi ulang pulsa yang kebetulan sudah mepet biar bisa dapet CM nelp 100 menit ke sesama operator. Eh dasar sudah pikun, 100 menit sama sekali belum kupakai aku malah daftar TM yang sama2 berlaku sampai pk.18.00. Yah, jadi malah boros pulsa dah. Belum dari tadi aku nelp ke no rumah yang sama aja makan pulsa.

Ditambah hari ini yang jadwalnya pake seragam warna biru, aku bener seragam atasnya, tapi salah bawa roknya. Rok yang kubawa warna orange – rok yang dipakai kemarin yang lupa belum kukeluarkan dan diganti dengan yang baru. Payah. Hahahaha.... Untung hari ini aku sampai pk.10.00 ada tugas keluar kantor, jadi ada alasan untuk tetap memakai celana panjang sampai sore. Hehehehe.....


Dan tingkat kebeteanku langsung memuncak ketika aku mendapati sebuah message di inbox-ku.
Dari seorang teman di masa kecilku yang sebenarnya bukan kecil coz waktu itu sudah tidak lagi pakai putih merah, yang baru saja menambahkanku di daftar temannya dan kusetujui. Dia mengungkapkan klo dia sama sekali tidak suka aku memanggilnya dengan sebutan masa kecil. Dia memintaku menghormati dan menghargai sebutan namanya.

Aku sungguh tersentak membacanya. Tak menyangka bakal seperti ini. Di memoriku, secara spontan namanya yang kuingat adalah nama bekennya itu coz kali terakhir memanggilnya sekian tahun yang lalu juga dengan sebutan itu. Rasanya sangat sulit buatku memanggilnya dengan nama sesuai aktenya coz rasanya sangat asing buat lidahku untuk melafalkannya.

Ya maaf, jika yang kulakukan membuatnya tidak berkenan. Mungkin lebih baik aku tidak usah menyebut nama saja jika suatu saat ngobrol dengannya, takut keceplosan. Aku terbiasa memanggil dengan sebutan nama jelek eh nama beken dengan teman2ku.
Dan satu pun tidak ada yang marah. Kalaupun pura2 marah ataupun protes, nama beken itu tetap kita lestarikan hingga akhirnya nama itu lekat dengannya. Aku sendiri pun, beberapa temanku atau kakak kelasku dulu malah ada yang tidak tahu namaku, mereka biasa memanggilku dengan nama jadi2an yang diciptakan oleh teman2ku juga.
Hingga suatu ketika pernah diprotes oleh orangtua temanku.
‘Sudah cari nama susah2 kok ya dipanggilnya begitu.....’
Hehehe.... maaf bu. Nama beken... nama tenar.... :D

Yah, buat instropeksi. Tidak semua orang merasa nyaman dengan sebutan yang kita berikan. So berhati-hatilah memanggil nama orang. Biarlah nama beken dipakai di kalangan terbatas saja. Jangan sampai hal ini menjadi sumber perselisihan.

Apalah arti sebuah nama. Yang biarpun tidak dibikinkan akte, nama beken tetaplah nama yang beken coz gampang diucapkan n gampang nyangkut di lorong2 memori kita, so sekali sebut nama beken, langsung dah tepat sasaran ke oknum yang dimaksud pembicara.
Ingat ya...... Nama beken...... hanya di kalangan terbatas saja....... Hehehehe.....................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar