Belakangan
ini terlalu banyak hal yang memenuhi kepalaku mpe rasanya butuh tempat untuk
mengeluarkan sementara. Mulai dari deadline 2 kerjaan kantor yang minggu ini
harus beres, bagi2 waktu antara urusan pribadi, urusan kantor, sampai urusan
itung-itungan yang sungguh membuat otakku harus bekerja ekstra. 'phi' =22/7?
Kok bisa? Hahahaha......
Mungkin tanpa kusadari, sebagian stress-ku sebenarnya sudah
dikeluarkan dalam bentuk sariawan yang makin hari makin membesar.
Huehuehue......
Barangkali benar seperti yang pernah kubaca, otak jika
dipaksa harus mengolah banyak hal, kerjanya tidak akan maksimal. Jadinya tidak
akan focus. Seperti hari ini. Niatnya biar irit pulsa buat telepon, (aku memang
suka malas ber-sms, penginnya telepon, langsung dapat jawaban, tidak usah
membuang waktu untuk menunggu, langsung bisa mengambil keputusan), aku sengaja
isi ulang pulsa yang kebetulan sudah mepet biar bisa dapet CM nelp 100 menit ke
sesama operator. Eh dasar sudah pikun, 100 menit sama sekali belum kupakai aku
malah daftar TM yang sama2 berlaku sampai pk.18.00. Yah, jadi malah boros pulsa
dah. Belum dari tadi aku nelp ke no rumah yang sama aja makan pulsa.
Ditambah hari ini yang jadwalnya pake seragam warna biru,
aku bener seragam atasnya, tapi salah bawa roknya. Rok yang kubawa warna orange
– rok yang dipakai kemarin yang lupa belum kukeluarkan dan diganti dengan yang
baru. Payah. Hahahaha.... Untung hari ini aku sampai pk.10.00 ada tugas keluar
kantor, jadi ada alasan untuk tetap memakai celana panjang sampai sore.
Hehehehe.....
Dan tingkat kebeteanku langsung memuncak ketika aku
mendapati sebuah message di inbox-ku.
Dari seorang teman di masa kecilku yang sebenarnya bukan
kecil coz waktu itu sudah tidak lagi pakai putih merah, yang baru saja
menambahkanku di daftar temannya dan kusetujui. Dia mengungkapkan klo dia sama
sekali tidak suka aku memanggilnya dengan sebutan masa kecil. Dia memintaku
menghormati dan menghargai sebutan namanya.
Aku sungguh tersentak membacanya. Tak menyangka bakal
seperti ini. Di memoriku, secara spontan namanya yang kuingat adalah nama
bekennya itu coz kali terakhir memanggilnya sekian tahun yang lalu juga dengan
sebutan itu. Rasanya sangat sulit buatku memanggilnya dengan nama sesuai
aktenya coz rasanya sangat asing buat lidahku untuk melafalkannya.
Ya maaf, jika yang kulakukan membuatnya tidak berkenan.
Mungkin lebih baik aku tidak usah menyebut nama saja jika suatu saat ngobrol
dengannya, takut keceplosan. Aku terbiasa memanggil dengan sebutan nama jelek
eh nama beken dengan teman2ku.
Dan satu pun tidak ada yang marah. Kalaupun pura2 marah
ataupun protes, nama beken itu tetap kita lestarikan hingga akhirnya nama itu
lekat dengannya. Aku sendiri pun, beberapa temanku atau kakak kelasku dulu
malah ada yang tidak tahu namaku, mereka biasa memanggilku dengan nama jadi2an
yang diciptakan oleh teman2ku juga.
Hingga suatu ketika pernah diprotes oleh orangtua temanku.
‘Sudah cari nama susah2 kok ya dipanggilnya begitu.....’
Hehehe.... maaf bu. Nama beken... nama tenar.... :D
Yah, buat instropeksi. Tidak semua orang merasa nyaman
dengan sebutan yang kita berikan. So berhati-hatilah memanggil nama orang.
Biarlah nama beken dipakai di kalangan terbatas saja. Jangan sampai hal ini
menjadi sumber perselisihan.
Apalah arti sebuah nama. Yang biarpun tidak dibikinkan akte,
nama beken tetaplah nama yang beken coz gampang diucapkan n gampang nyangkut di
lorong2 memori kita, so sekali sebut nama beken, langsung dah tepat sasaran ke
oknum yang dimaksud pembicara.
Ingat ya...... Nama beken...... hanya di kalangan terbatas
saja....... Hehehehe.....................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar