Mintalah,
maka akan diberikan kepadamu, carilah, maka kamu akan mendapat, ketoklah, maka
pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan
setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. (Mat
7:7-8)
Aku
sering meminta kepada Tuhan. Gapapa kan sering minta. Tuhan sendiri yang
menyuruh kita untuk minta. Tapi aku memang ga pernah secara terang2an minta
barang. Aku lebih sering minta jalan keluar di saat benar2 buntu, minta
perlindungan di saat ketakutan, minta disembuhkan saat sakit, minta dibangunkan
pagi saat ada jadwal penting pagi, minta hujan segera berhenti saat ada acara
penting dan permintaan2 lain yang menurut Tuhan mungkin itu sebuah permintaan
yang aneh coz sering tidak dikabulkan. Hehehehe....
Gimana
ga aneh, dulu waktu kelulusan SD, aku pernah dapat bocoran nilai NEM-ku berapa.
Nilaiku kurang dari yang disyaratkan ibuku kalau aku pengin dapat hadiah uang.
Rp.50.000,- di tahun 1987 bukan jumlah yang sedikit kan.
Saking
penginnya dapat uang 50 ribu itu, aku mpe berdoa novena tiap malam. Berharap
keajaiban supaya ternyata nilaiku saat pengumuman mencapai targetku. Semoga apa
yang dilihat seseorang yang memberikan informasi itu salah.
Saat
hari pengumuman benar2 saat yang sangat mendebarkan buatku. Dan alangkah
kecewanya aku. Nilaiku tidak mencapai target. Tapi cuma kurang 0,03 bukan
kurang 2 seperti yang diinformasikan sebelumnya. Ada rasa senang juga ternyata
orang yang memberikan informasi itu ternyata salah mencatatkan nilai temanku
yang berada satu nomor di bawahku. Tapi tetap saja aku gagal mendapatkan
hadiah. Gara2 kurang 0,03. Ngenes banget kan..... #nangis.
Juga
saat aku menyadari aku menyukai seseorang, aku selalu berdoa, ’Jika memang dia,
tolong dekatkan, tapi jika bukan, tolong jauhkan.’ Doaku yang ini juga
dikabulkan, aku selalu dijauhkan. Hahahaha.....
Perlu
waktu yang cukup lama untuk bisa menerima ini. Tapi seiring waktu aku bisa
mengerti.
Kata
Tuhan, dia bukan untukku.
Kata
Tuhan, dia bukan yang terbaik untukku.
Atau
kata Tuhan, waktunya belum tepat.
Ya
deh, ikut kata Tuhan saja.
Tunggu
saat yang tepat.... ^_^
Belakangan
ini, aku memang banyak kehilangan. Aku selalu meminta kepada Tuhan untuk bisa ikhlas.
Hari2
kemarin terasa begitu berat buatku. Begitu banyak tuntutan materi yang harus
kupenuhi sedangkan keadaan ekonomiku sedang sangat buruk. Rasanya pengin
menyerah saja.
Dan
juga ada banyak hal yang membuatku ketakutan. Teror dari orang yang ga kukenal
dan dari orang yang aku sepertinya mengenalnya.
Juga
ketika ada orang yang memaksakan perasaannya padahal jelas2 itu tidak boleh
karena sudah adanya suatu ikatan. Gimana ga puyeng.
Temanku
selalu berpesan, kalau cuma salah satu tangan yang bertepuk, tidak akan jadi.
Memang hanya aku yang bisa menjaga diriku sendiri. Aku harus tahan godaan.
Akhirnya
semua bisa terlewati dengan baik. Sekarang aku sudah bisa merasa lebih rilex,
sudah bisa melangkah dengan ringan. Teror2 tidak lagi kuterima untuk saat ini
dan berlalunya waktu bisa menyadarkan seseorang bahwa perasaannya itu tidak
boleh dibiarkan tumbuh. Everything back to normal. Thanks God.
Kepindahanku
sempat mundur selama 3 tahun. Bukan tanpa sebab, tapi karena memang ada banyak
sebab.
Aku
takut apakah aku akan aman di sana coz daerahnya masih begitu sepi, jalan masih
gelap dan jelek, listrik belum ada, kalau mau cepat mau ga mau harus menarik
listrik dari rumah2 penduduk sekitar. Benar2 terasing dari dunia luar. Belum
teror yang belakangan kuterima melalui telepon kemungkinan besar dari orang2 di
daerah sana. Akibat kecerobohanku berbagi no hp dengan mandor yang ada di sana.
Jadi parno sendiri.
Setelah
3 tahun berlalu akhirnya benar2 diputuskan untuk pindah.
Sebenarnya
masih ada banyak ketakutan. Pindah membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Belum
aku masih harus membeli barang2 yang tidak sedikit jumlahnya seperti ember,
gordyn, kompor gas, tabung gas, dll. Uang sebanyak itu aku bisa dapat dari mana
coba. Belum nanti biaya untuk pemberkatan rumah. Rasanya masih belum merasa
damai klo rumah belum diberkati.
Ternyata
aku tidak perlu khawatir. Semuanya sudah disediakan oleh-Nya. Begitu banyak
bala bantuan untukku. Begitu banyak sumbangan untukku. Semuanya dari
keluargaku, sahabat2ku yang memang selalu ada untukku dan selalu mengulurkan
tangannya untukku tanpa pernah kuminta.
Aku
tidak perlu khawatir bakal ga betah di rumah. Semua yang aku perlukan sudah
disediakan, semuanya sumbangan dari keluargaku - ayah, ibu, dede2ku, semuanya
patungan membantuku. Makasih semuanya.
Bahkan
teman kantorku yang tahu aku belum punya kursi pun ikut menyumbang kursi2
plastik. Terimakasih. Sungguh membuatku terharu.
Ukuran
kasurku yang sekarang lebih besar dari ukuran kasurku di kost membuat sprei-ku
jadi tidak muat. Ibuku datang ke Bandung membawakanku sprei titipan dedeku yang
ukurannya pas dengan kasurku. Jadi ga malu2in waktu pemberkatan rumah.
Dan
salah satu teman kantorku ada yang membelikanku bedcover. Bedcover lamaku
kekecilan klo dipake. Makasih semuanya.
Di
rumah pun aku merasa aman dan nyaman. Ketakutanku tinggal sendiri ternyata
sangat tidak beralasan. Aku sama sekali tidak merasa takut. Bahkan pulang
sampai pk.10 malam pun aku masih berani coz ternyata jalan masih cukup ramai.
Aku tahu jalan tembus yang lebih aman dan nyaman buatku. Tetangga2 sudah banyak
dan mereka orangnya sangat care. Orang2 di lingkungan semuanya juga care dan
sangat dekat satu sama lain. Aku yang notabene orang baru sama sekali ga merasa
asing di sana. Jadi merasa memiliki keluarga baru di sana. Terimakasih sudah
menerimaku dengan baik.
Tempat
belanja ada banyak meskipun harganya lebih mahal. Orang jualan makanan ada
banyak. Beli air mineral isi ulang, gas, listrik token, beras, bahkan air
mineral cup, semuanya bisa diantar tinggal telepon ato sms. Air bersih saban
hari ada yang berkeliling menjajakan. Ya, aku tidak membutuhkan waktu yang lama
untuk menyesuaikan diri di sana.
Aku
tahu, saat ini memang saat yang tepat untuk pindah.
Notebookku
yang ilang aku sudah mengikhlaskan. Klo pengin punya lagi, pelan2 nabung dulu,
klo sudah cukup nanti baru beli lagi. Ternyata Tuhan memiliki rencana lain.
Tuhan menggantinya dengan cara-Nya sendiri yang ga pernah kuduga, yang sungguh
membuatku shock. Aku hanya bisa bersyukur dan bersyukur.
Ya,
saat ini aku membutuhkan alat pencatat untuk menyelesaikan makalahku. Ternyata
Tuhan memberikan jalan keluar tanpa pernah kuminta.
Ya,
yang aku terima belakangan ini memang semuanya ada di list-ku. Tapi aku ga
pernah memintanya kepada Tuhan. Aku bikin plan untuk pelan2 membelinya saat
uangku sudah cukup.
Ternyata
Tuhan benar2 tahu klo aku sedang membutuhkannya. Dia menyediakannya bagiku
melalui keluargaku dan orang2 di sekelilingku. Dia memberiku melebihi apa yang
kuminta.
Terimakasih
Tuhan. Terimakasih.
Aku
berjanji akan menularkan kebaikan2 yang kuterima ini ke orang2 yang kutemui
semampuku.
Tuhan
jadikan aku sebagai alatmu untuk mengamalkan kasih-Mu kepada sesamaku.
Amin.