Mei 08, 2013

BERSEDEKAH

Hari minggu kemarin, saat nonton ‘Little miss Indonesia’ di SCTV - acara yang belakangan aku suka nonton coz nggemesin lihat anak2 kecil beraksi, ada ceramah singkat dari seorang ustadz. Dia berpesan, kita ga boleh marah saat ada burung2 memakan buah2an kita di pohon. Itu merupakan sedekah. Apa salahnya kita bersedekah pada burung2 yang juga membutuhkan makan.

Mendengarnya aku tertawa, antara merasa tertohok dan merasa bahwa apa yang dikatakannya itu benar. Burung2 itu juga makhluk hidup, sesama ciptaan Tuhan yang juga membutuhkan makan. Mereka bahkan tidak sampai punya pikiran bahwa yang dilakukannya itu mencuri punya orang lain. Yang dipikirkannya hanya aku lapar dan butuh makan. Sedangkan habitat mereka, hutan2 luas yang memberi banyak ruang gerak untuk mereka sudah digusur oleh manusia. So ke mana lagi mereka harus mencari makan klo ga di lingkungan manusia tinggal yang dulunya juga merupakan habitat mereka.

Yang membuatku tertohok karena belakangan aku pelit banget ama makhluk2 kecil di sekelilingku. Semut2 beraneka bentuk kusemprotin dengan baygon, juga kecoak yang hilir mudik mengganggu, nyamuk2 nakal. Belalang2 ku’pithes’ dengan sandalku, ulat2 coz ukurannya teramat besar yang membuatku takut dan ngeri untuk me’mithes’nya, akhirnya kumasukkan dalam kantong plastik, kuikat, kemudian kubuang.

Sebenarnya aku ga masalah jika nyamuk, semut, belalang, ulat itu cuma ada satu dua. Tapi karena populasinya sudah semakin banyak, buatku itu namanya bukan bersedekah lagi tetapi mereka sudah merampok. So, jika kita merasa terganggu dengan mereka, ga ada salahnya kan klo kita singkirkan. Hahahaha....

You know, semut2 itu seenaknya bikin rumah di bawah lantai. Setiap hari ada saja pasir2 yang dikeluarkan mereka. Klo ga pasir ya serbuk gergaji. Mereka juga bikin rumah di kusen jendela. Itu kan merusak namanya.
Populasi belalang benar2 tidak bisa dikendalikan. Tanaman bayam, jeruk, palem dan tanaman2 hiasku habis dimakan mereka. Sebeeeel......
Begitupun dengan ulat. Tadinya aku senang melihat ada banyak kupu2 di sekelilingku. Sekarang ga lagi. Habis kupu2 itu pergi, mereka akan meninggalkan telor2 yang nantinya akan menjadi ulat2 pemangsa tanamanku. Dua minggu kemarin, suatu pagi aku dibuat terhenyak mendapati philodendron-ku sudah gundul, dan ada banyak tahi2 kecil bertebaran di lantai. Saat kuperhatikan ternyata di satu batangnya ada empat sampai lima ekor ulat ijo muda yang super duper gendut. Ukurannya sekelingking tanganku. Hohoho... antara serem dan kesel. Akhirnya demi melindungi daun yang tinggal tersisa satu, segera kusingkirkan ulat2 itu dengan bantuan gunting dan plastik. Ogah aku menyentuh ulat2 itu.

Tentang makhluk kecoak, sebenarnya tiap aku mengejar-ngejar dan mau menyemprotnya dengan baygon, aku selalu teringat kisah ‘Rico de coro’ yang merupakan tokoh rekaan Dee di novelnya. Kisah komunitas kecoak yang selalu merasa tersiksa jika diburu oleh manusia. Mereka juga butuh tempat tinggal, kenapa manusia tidak mau berbagi tempat dengan mereka. Tapi geuleuh juga kan klo di rumah ada banyak kecoak. Tidaaaaak.......

Bagaimana dengan kucing? Aku sering dikasih tau, jangan sekali2 ngasih makan kucing yang datang, nanti dia bakal datang lagi dan lagi. Sebenarnya kadang aku ga tega. Tapi kucing2 liar di daerahku populasinya sudah terlampau banyak, dan itu sangat mengganggu. So aku ga pernah ngasih makan mereka.
Dulu waktu kecil aku ga pernah terganggu dengan kucing. Bahkan aku pernah minta dicarikan kucing dan memeliharanya. Bukan kucing persia atau angora yang mahal ya, aku mah ga telaten miara yang bagus2 gitu. Kucing rumahan yang pas kebeneran kucing teman ibuku lagi beranak banyak. Aku minta satu dan memeliharanya.
Kucing itu bahkan selalu kubiarkan tidur di ranjangku, melingkar di bawah kakiku.
Tapi setelah gedhe kucing itu jadi bandel, suka nyuri makanan. Jadi we sering dipukul pake sapu oleh nenekku. Aku suka kasihan, klo ada aku suka kulindungi dia.  

Aku jadi ga suka kucing lagi setelah aku maen ke tempat saudara temanku di Jakarta tahun 2000. Keluarga itu penggemar kucing. Miara banyak banget. Yang bikin aku geuleuh, bulu2 kucing itu kan gampang rontok, nempel di mana2. Waktu aku duduk, saat bangun tiba2 saja kudapati ada banyak bulu2 kucing nempel di celana dan kaosku. Huehuehue... seram. Habis itu aku ga mau miara kucing lagi.

Tapi memang jika ada kucing mencoba masuk ke rumah, selalu kubawakan sapu untuk mengusirnya. Cuma buat menakut-nakuti bukan untuk mukul. Tapi sapu pun tak mempan, hingga akhirnya kucing2 itu harus diangkat paksa dikeluarkan dari rumah. Kucing2 liar di daerahku benar2 ga takut ama manusia, mungkin karena sudah sekian lama tinggal berdampingan ma manusia ya. Jika dibawain sapu untuk mengusir, mereka malah mendekat, masuk di sela2 kakiku, mencari perhatian.

Beberapa di antara kucing2 liar yang suka datang, sebenarnya ada yang lucu. Tapi aku sama sekali ga ada minat untuk bermain-main dengannya coz udah terlanjur kesel ama kelakuan mereka yang suka pub di taman depan rumah. Baunya minta ampun, mpe berhari-hari ga ilang2. Udah kucoba berbagai cara untuk mengusir kucing itu, hunting nasehat dari mbah google. Mulai dari menyemprotkan minyak kayu putih mpe naroh pengharum ruangan aroma lemon. Semuanya ga membuahkan hasil. Mpe sekarang kucing2 itu masih hobi pub di depan rumah.
Kenapa cuma di tempatku aja, di tempat lain tidak. Bahkan di depan rumah tetanggaku yang kosong ga ditempati pun tidak. Arggghhhh... bikin kesel bener.

Yah, mungkin coz saking lamanya rumah ga ditempati, mereka udah dari dulu terbiasa pub di situ, jadi merasa tempat itu adalah milik mereka.

Belum mereka suka bikin keributan malam2. Tengah malam aku sering dikagetkan oleh suara berisik dari atap, seperti lagi ada gempa. Si kucing suka lari2an di atap. Itu juga yang bikin atap rumah sering bocor biarpun sudah dibenerin berkali-kali. Genting bergeser saat kucing2 berlarian di situ.

Kucing2... pengertian dikit kenapa..... Bikin kesel aja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar