Februari 04, 2012

UMUR TIDAK ADA YANG TAHU

5  hari yang lalu, pk.20.30 aku di-sms temanku, mengabarkan klo salah seorang teman kantorku ada yang meninggal. Kubaca dua sampai tiga kali, tak percaya dengan apa yang kubaca. Siang aku masih bertemu dan ngobrol dengannya waktu Bapak itu datang ke tempatku mengembalikan soundsystem. Kubecandain bentar yang seperti biasa dijawabnya dengan lempeng. Bahkan 2-3 hari sebelumnya tiap siang menelepon mencari temanku.
‘Kenapa? Serangan jantung?’, tanyaku.

Ya, Bapak ini memang selama beberapa tahun terakhir ketahuan kalau mempunyai penyakit jantung. Selama ini memang harus menjaga banget jangan sampai terlalu kecapean. 

Sungguh ga menyangka kenapa begini cepat. Istrinya sedang hamil tua, tinggal seminggu lagi melahirkan, sedangkan anak pertamanya sebentar lagi akan masuk TK. Sungguh berat buat keluarganya, semoga diberi ketabahan dan keikhlasan. Semoga tetap dapat melanjutkan hidup dengan baik.

Seorang Bapak yang begitu baik, tidak neka2. Aku belum pernah mendengarnya marah. Memang jarang sekali marah. Sabar banget. Orangnya tidak enakan, apa2 klo bisa dikerjakan sendiri, dikerjakannya sendiri. Sering aku pulang jelang maghrib, kudapati Bapak ini ruang kerjanya masih menyala.
‘Pulang jam berapa Pak?’
‘Bentar lagi Bu.’

Belum genap setahun meninggalnya salah seorang Bapak di lingkungan kerjaku yang berita meninggalnya juga sangat mengagetkan dan membuat menangis banyak teman kerja dan murid2nya. Mpe begitu panjang wall posting di facebooknya yang sampai berhari-hari terus mengalir tulisan ungkapan hati murid2nya. Meninggal mendadak pagi2 karena serangan jantung juga.

Bapak ini terkenal sangat baik dan tidak bisa marah. Kemurahan hati dan, kesabarannya begitu luar biasa. Bapak ini benar2 tidak bisa marah. Saking tidak bisa marahnya, Bapak ini sering menjadi korban keisengan murid2nya.
Tiap kali ada yang meminjam uang darinya, dia tidak mau menerima saat uangnya dikembalikan.
‘Tidak usah. Saya sudah cukup.’
Juga saat beberapa kali hand phone-nya ilang.
‘Tidak apa2, mungkin orang yang mengambil lebih butuh. Nanti saya bisa beli lagi.’

Pernah beberapa kali ada yang memanfaatkannya dengan mengatasnamankannya saat minta diisikan pulsa elektronik. Akhirnya dia merelakan diri untuk membayar pulsa yang yang bukan tanggung jawabnya.

Hidupnya penuh syukur dan apa adanya. Tiap hari dijalaninya dengan pagi2 berangkat kerja dengan 2-3 kali naik angkot yang boleh dibilang jarak kantor ke rumah lumayan jauh. Turun dari angkot lanjut jalan kaki yang masih lumayan jauh coz aku biasanya lebih memilih minta dijemput temanku saat ga bisa bawa motor.

 Benar2 banyak hal yang bisa diteladani dari kedua Bapak ini.

Belakangan ini tidak tahu kenapa orang2 yang baik dipanggil begitu cepat. Apakah memang waktunya sudah dekat hingga orang2 yang tidak baik dibiarkan hidup lebih lama supaya memiliki kesempatan untuk bertobat.

Tidak tahu. Semua rahasia Ilahi. Biarlah Dia yang mengatur. Kita semua yang menjalani.
Aku percaya Bapak-bapak yang sangat baik ini sekarang sudah damai bersama Bapa di surga.
Semoga keluarga dan teman2 yang ditinggalkan diberi ketabahan.
Semoga kami semua bisa mewarisi dan meneruskan kesederhanaan dan keteladanan hidupnya.
Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar