Aku
paling sebel klo lihat orang buang sampah sembarangan. Kenapa sih sama sekali
tak peduli dengan lingkungan? Aku sendiri saja klo tidak menemukan tempat
sampah, suka lebih memilih membawa sampahku ke dalam tasku ato kantong jaketku.
Nti klo nemu tempat sampah baru dibuang.
Sekarang2
ini aku tinggal di daerah yang kesadaran orang2nya akan membuang sampah secara
tertib masih kurang. Suka gemez sendiri. Tiap berangkat kerja, suka lihat orang
sambil berangkat kerja, menenteng sampah dari rumahnya, kemudian werrrr....
sampah dibuang di pinggir jalan, di pinggiran balong. Bukan hanya seorang dua
orang yang melakukannya, terbukti dengan semakin hari semakin panjang tumpukan
sampah di pinggir jalan. Mending klo buangnya menetap di satu tempat, ini mah
berceceran di sepanjang jalan. Iya, rumah sendiri bersih, tapi lingkungan yang
menjadi area public jadi sangat kotor dan bau. Belum pas musim hujan gini,
sampah2 pada membusuk, baunya bikin orang harus tutup hidung. Huehuehue....
Yang
paling bikin geregetan, tiap lihat penduduk perkampungan yang membuang sampah
di selokan seberang jalan depan rumahnya. Selokan besar yang lebarnya seperti
sungai ini karena letaknya percis di samping balong dan sawah, jadi penuh
dengan lumpur. Tiap musim penghujan tiba, yang belakangan ini hujan turun mpe
lama ga berhenti2, air di selokan ini sering membludak dan membanjiri badan
jalan. Jalan yang diaspal sederhana yang sudah bolong di sana-sini, jadi
semakin rusak saja.
Klo
sudah begini, akhirnya ditarik iuran untuk mengeruk lumpur dan sampah2 di
selokan. Sudah dikeruk, tapi orang2 masih saja dengan santainya kembali
membuang sampah di selokan. Hohoho.... aku sebagai pendatang, mau negur juga
gimana. Aku sangat setuju jika ditetapkan aturan sangsi yang tegas bagi mereka
yang suka buang sampah sembarangan. Denda 300-500 ribu bagi mereka yang
ketahuan buang sampah sembarangan. Maaf, sepertinya didikan disiplin cara
militer lebih tepat diterapkan dalam hal ini :D
Permasalahan
dengan tetangga mengenai sampah pun seringkali kuhadapi.
Dulu
waktu masih kost, aku dan anak2 sering ngomel2 gara2 ada tetangga rumah yang ga
tahu siapakah dia, tapi aku sepertinya bisa menduga siapakah dia, suka membuang
sampahnya di pintu gerbang belakang kost-an. Demi bisa irit tidak membayar uang
sampah bulanan, dia membuang sampah di depan rumah orang lain. Bagusss ya...
Klo
udah gini, sampah suka bertebaran ke mana2 diacak-acak tikus got. Gang kotor,
penghuni kost yang disalahin. Huehuehue.... Tegaaa......
Demikian
juga di dalam kost sendiri. Aku sering dibikin kesel. Kamar sendiri dijaga
kebersihan, tapi di luar kamar ga ada urusan. Klo pas rajin bersih2, ya bener2
bersih. Tapi buat sehari-hari pada ga bisa menjaganya. Habis makan, sampah tidak
langsung dibuang. Sampah tissue bercampur dengan sisa2 makanan dan bungkus2
plastik di bak cuci piring. Dan ini klo tidak ada yang merelakan diri untuk
membuang, sampai bau pun tidak akan ada yang membuang coz tidak ada yang
mengaku siapa pemilik sampah ini. Bikin peraturan tertulis di atas bak cuci
piring pun dianggap angin lalu.
Dan
sekarang2 ini, dengan tetangga2ku di tempat yang sekarang.
Klo
melihat selokan di depan rumah, ada banyak sekali sampah2 plastik bekas
pembungkus makanan. Tidak tahu siapa yang membuang di depan rumah orang, Belum
lagi, biarpun tiap rumah sudah dijatah punya tempat sampah sendiri2 yang diambil oleh truk sampah tiap 2 minggu
sekali, masih saja ada yang hobi buang sampah ke rumah orang lain. Yang bikin
heran, bahkan dulu sebelum aku menempati rumah, tempat sampahku dan punya
samping rumah yang belum ditempati selalu penuh dengan sampah. Siapa ya yang
membuang? Bahkan sampai sekarang pun kadang masih ada yang suka nitip buang
sampah di tempat sampahku dan samping rumah yang mpe sekarang masih kosong
belum ada yang menempati. Sering kudapati kantong2 sampah yang aku merasa itu
bukan milikku.
Belakangan
aku tahu siapa yang suka membuang sampah di situ. Ternyata memang semua sudah
pada tahu siapa tetangga yang suka melakukannya. Orang itu tidak mau rumahnya
kotor dengan sampah, bahkan naruh bak sampah di depan rumahnya sekali pun ga
mau. Jadi nitip ke tempat sampah orang lain. Rumahnya bersih, tapi rumah orang
lain dikotori olehnya. Bagus ya.... L
Yah,
begitulah hidup bertetangga. Klo semuanya lempeng2 saja, hidup jadi tidak
menarik.... :D
Setelah
tiga bulan aku stay di sana, baru hari senin kemarin aku merasakan jalan yang
kulewati sekitar 500 m dari rumah kebanjiran. Hohoho..... Mana sudah malem,
mana gelap. Banjir sekitar setengah lututku. Sudah kepalang tanggung akhirnya
kuteruskan saja naik motor menembus banjir. Ini akibat hujan yang sangat deras
mengguyur Bandung dari siang sampe malam. Balong dan selokan airnya meluap
sampai ke jalan2.
Ternyata
tidak mudah melewati jalan aspal yang rusak, batu bertebaran di mana2.
Batu-batunya sama sekali ga kelihatan jadi beberapa kali aku hampir jatuh
tergelincir. Akhirnya aku cuma berani jalan pelan2 dengan dua kaki menapak di
jalan. Sungguh beruntung malam itu aku ketemu seorang dewa penolong. Seorang
bapak berkaos putih, membantu mendorong motorku dari belakang. Dia yang sudah
apal kondisi jalan terus memberiku aba2. Dia baru berhenti mendorong setelah
aku sampai di jalan yang tidak berbatu.
Terimakasih
Pak. Baeeek banget....
Keesokan
hari ketika bercerita ama temenku yang jalannya searah denganku, dia cerita klo
saat dia mau melewati jalan yang sama denganku, ada bapak2 yang bertugas
berjaga di jalan mengarahkan supaya motor2 lewat jalan alternatif melewati
perumahan2. Jalan kecil yang ga cukup dilewati mobil tapi sudah disemen. Jalan
ini nanti tembus ke jalan utama yang tidak kebanjiran. Hohoho... baeeek banget.
Mungkin
karena aku lewatnya sudah malem jadi sudah tidak ada lagi yang berjaga di sana.
Laen
kali klo pas hujan gedhe ga akan pulang malam2 lagi ah. Serem. Kecuali klo
kepepet, setidaknya aku tahu ada jalan alternatif yang bisa kulewati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar