Desember 05, 2012

SAMPAH DAN DAMPAKNYA DI MUSIM PENGHUJAN

Aku paling sebel klo lihat orang buang sampah sembarangan. Kenapa sih sama sekali tak peduli dengan lingkungan? Aku sendiri saja klo tidak menemukan tempat sampah, suka lebih memilih membawa sampahku ke dalam tasku ato kantong jaketku. Nti klo nemu tempat sampah baru dibuang.

Sekarang2 ini aku tinggal di daerah yang kesadaran orang2nya akan membuang sampah secara tertib masih kurang. Suka gemez sendiri. Tiap berangkat kerja, suka lihat orang sambil berangkat kerja, menenteng sampah dari rumahnya, kemudian werrrr.... sampah dibuang di pinggir jalan, di pinggiran balong. Bukan hanya seorang dua orang yang melakukannya, terbukti dengan semakin hari semakin panjang tumpukan sampah di pinggir jalan. Mending klo buangnya menetap di satu tempat, ini mah berceceran di sepanjang jalan. Iya, rumah sendiri bersih, tapi lingkungan yang menjadi area public jadi sangat kotor dan bau. Belum pas musim hujan gini, sampah2 pada membusuk, baunya bikin orang harus tutup hidung. Huehuehue....

Yang paling bikin geregetan, tiap lihat penduduk perkampungan yang membuang sampah di selokan seberang jalan depan rumahnya. Selokan besar yang lebarnya seperti sungai ini karena letaknya percis di samping balong dan sawah, jadi penuh dengan lumpur. Tiap musim penghujan tiba, yang belakangan ini hujan turun mpe lama ga berhenti2, air di selokan ini sering membludak dan membanjiri badan jalan. Jalan yang diaspal sederhana yang sudah bolong di sana-sini, jadi semakin rusak saja.

Klo sudah begini, akhirnya ditarik iuran untuk mengeruk lumpur dan sampah2 di selokan. Sudah dikeruk, tapi orang2 masih saja dengan santainya kembali membuang sampah di selokan. Hohoho.... aku sebagai pendatang, mau negur juga gimana. Aku sangat setuju jika ditetapkan aturan sangsi yang tegas bagi mereka yang suka buang sampah sembarangan. Denda 300-500 ribu bagi mereka yang ketahuan buang sampah sembarangan. Maaf, sepertinya didikan disiplin cara militer lebih tepat diterapkan dalam hal ini :D

Permasalahan dengan tetangga mengenai sampah pun seringkali kuhadapi.
Dulu waktu masih kost, aku dan anak2 sering ngomel2 gara2 ada tetangga rumah yang ga tahu siapakah dia, tapi aku sepertinya bisa menduga siapakah dia, suka membuang sampahnya di pintu gerbang belakang kost-an. Demi bisa irit tidak membayar uang sampah bulanan, dia membuang sampah di depan rumah orang lain. Bagusss ya...
Klo udah gini, sampah suka bertebaran ke mana2 diacak-acak tikus got. Gang kotor, penghuni kost yang disalahin. Huehuehue.... Tegaaa......

Demikian juga di dalam kost sendiri. Aku sering dibikin kesel. Kamar sendiri dijaga kebersihan, tapi di luar kamar ga ada urusan. Klo pas rajin bersih2, ya bener2 bersih. Tapi buat sehari-hari pada ga bisa menjaganya. Habis makan, sampah tidak langsung dibuang. Sampah tissue bercampur dengan sisa2 makanan dan bungkus2 plastik di bak cuci piring. Dan ini klo tidak ada yang merelakan diri untuk membuang, sampai bau pun tidak akan ada yang membuang coz tidak ada yang mengaku siapa pemilik sampah ini. Bikin peraturan tertulis di atas bak cuci piring pun dianggap angin lalu.

Dan sekarang2 ini, dengan tetangga2ku di tempat yang sekarang.
Klo melihat selokan di depan rumah, ada banyak sekali sampah2 plastik bekas pembungkus makanan. Tidak tahu siapa yang membuang di depan rumah orang, Belum lagi, biarpun tiap rumah sudah dijatah punya tempat sampah sendiri2  yang diambil oleh truk sampah tiap 2 minggu sekali, masih saja ada yang hobi buang sampah ke rumah orang lain. Yang bikin heran, bahkan dulu sebelum aku menempati rumah, tempat sampahku dan punya samping rumah yang belum ditempati selalu penuh dengan sampah. Siapa ya yang membuang? Bahkan sampai sekarang pun kadang masih ada yang suka nitip buang sampah di tempat sampahku dan samping rumah yang mpe sekarang masih kosong belum ada yang menempati. Sering kudapati kantong2 sampah yang aku merasa itu bukan milikku.

Belakangan aku tahu siapa yang suka membuang sampah di situ. Ternyata memang semua sudah pada tahu siapa tetangga yang suka melakukannya. Orang itu tidak mau rumahnya kotor dengan sampah, bahkan naruh bak sampah di depan rumahnya sekali pun ga mau. Jadi nitip ke tempat sampah orang lain. Rumahnya bersih, tapi rumah orang lain dikotori olehnya. Bagus ya.... L

Yah, begitulah hidup bertetangga. Klo semuanya lempeng2 saja, hidup jadi tidak menarik.... :D
Setelah tiga bulan aku stay di sana, baru hari senin kemarin aku merasakan jalan yang kulewati sekitar 500 m dari rumah kebanjiran. Hohoho..... Mana sudah malem, mana gelap. Banjir sekitar setengah lututku. Sudah kepalang tanggung akhirnya kuteruskan saja naik motor menembus banjir. Ini akibat hujan yang sangat deras mengguyur Bandung dari siang sampe malam. Balong dan selokan airnya meluap sampai ke jalan2.

Ternyata tidak mudah melewati jalan aspal yang rusak, batu bertebaran di mana2. Batu-batunya sama sekali ga kelihatan jadi beberapa kali aku hampir jatuh tergelincir. Akhirnya aku cuma berani jalan pelan2 dengan dua kaki menapak di jalan. Sungguh beruntung malam itu aku ketemu seorang dewa penolong. Seorang bapak berkaos putih, membantu mendorong motorku dari belakang. Dia yang sudah apal kondisi jalan terus memberiku aba2. Dia baru berhenti mendorong setelah aku sampai di jalan yang tidak berbatu.
Terimakasih Pak. Baeeek banget....

Keesokan hari ketika bercerita ama temenku yang jalannya searah denganku, dia cerita klo saat dia mau melewati jalan yang sama denganku, ada bapak2 yang bertugas berjaga di jalan mengarahkan supaya motor2 lewat jalan alternatif melewati perumahan2. Jalan kecil yang ga cukup dilewati mobil tapi sudah disemen. Jalan ini nanti tembus ke jalan utama yang tidak kebanjiran. Hohoho... baeeek banget.
Mungkin karena aku lewatnya sudah malem jadi sudah tidak ada lagi yang berjaga di sana.

Laen kali klo pas hujan gedhe ga akan pulang malam2 lagi ah. Serem. Kecuali klo kepepet, setidaknya aku tahu ada jalan alternatif yang bisa kulewati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar