4
hari sesudah kemalingan, tepatnya Senin, 6 Agustus 2012, aku baru nyadar, tiap
kali buka lemari, tidak pernah lagi melihat dompet abu tempat aku menaruh tiket
lebaranku pp. Di kantor aku benar2 merasa tidak tenang, pengin cepet2 pulang
men-check keberadaan tiketku.
Dan
benar saja. Ketika kubuka lemari, tidak kulihat dompet di tempat aku biasa
naruh. Kubongkar lemari2 yang lain juga tidak kutemukan juga. Sorenya Dewot ikut
membantuku membongkar tas2 barangkali ga sengaja nyelip di situ, juga ga
ditemukan. Malamnya kepikiran mau lapor ke polisi sekalian minta surat
pengantar hilang siapa tahu tiket masih bisa diurus.
Untuk
memastikan tiket benar2 tidak ada, sehabis buka puasa, aku dengan dibantu etil
kembali check kamar. Semua baju di lemari dikeluarkan, tas2 juga di-check
ulang. Hasilnya nihil. Tiket tetap tidak ditemukan. Menelepon Dewot n Ebol,
minta ditemani ke Polsek untuk laporan coz BAP laporan sebelumnya atas nama
Ebol.
Sampai
di Polsek pk. 20.00. Di sana cukup ramai. Di depan ada beberapa polisi sedang
mengerubungi sebuah mobil berwarna putih. Sepertinya habis terjadi kecelakaan.
Menunggu sebentar coz di dalam juga sedang ada yang melapor, kita ngobrol
dengan polisi muda berpakaian preman. Katanya memang sedang banyak kejadian
pencurian. Kulihat juga beberapa polisi berangkat ke daerah Karapitan katanya
malam itu ada banyak kejadian di sana.
Aku
diterima oleh seorang Bapak. Dia membaca BAP yang kubawa. Katanya petugas yang
kemarin membuatkan BAP sedang tidak bertugas, kami diminta kembali keesokan
hari supaya laporan berkesinambungan.
Aku
mencoba meminta dibuatkan surat pengantar kehilangan supaya paginya bisa
diurus, untuk mengantisipasi si pelaku biar ga keduluan mengembalikan tiketku
ke stasiun. Kalau sudah terlanjur tiket dikembalikan, aku sudah tidak bisa
berbuat apa2. Dan cerobohnya aku, aku sempat update status di fb tentang
tiketku yang hilang. Ada kemungkinan si maling adalah teman kami sendiri,
seandainya dia ternyata ada di friendlist-ku dan tahu bahwa aku sudah menyadari
kalau tiketku hilang, dia pasti akan cepat2 ke stasiun mengembalikan tiket.
Berharap
tuh maling cukup serakah. Tiket tidak dikembalikannya dan akan dijualnya
langsung menjelang hari H supaya dia bisa untung banyak. Tapi kalau yang
terjadi seperti itu akan ada de next korban. Kasihan kan. Seandainya tiket itu
nantinya dipakai sendiri oleh si pelaku, malah akan ketahuan siapa yang
mengambilnya.
Beruntung
Bapak polisi yang baik ini mau membuatkan surat pengantar kehilangan. Tiket
Yogya-Bandung, aku masih menyimpan fotocopy struk ATM pembelian tiket karena
aku waktu itu beli secara online, jadi aku bisa tahu no gerbong dan no tempat
dudukku. Sedangkan untuk tiket Bandung-Yogya, aku tidak ada bukti pembayaran
coz aku langsung beli di loket. Aku sama sekali tidak ingat no tempat duduk
bahkan no gerbongnya. Yang aku ingat tgl keberangkatan saja.
Aku
ingat percis, waktu itu aku pesan 2 tiket. 1 pesan online dan akhirnya dipakai
temanku dan 1 lagi aku langsung beli di loket. Semua tiket atas namaku. Aku
cuma ingat gerbongku dan gerbong temanku tidak sama tapi berurutan. Untuk
memastikan ku sms temanku dan untung dia lagi memegang tiketnya. Executif 2.
Berarti aku di Executif 1.
Beres
sudah aku mendapatkan surat pengantar kehilangan. Waktu kutanya tentang biaya
administrasi, katanya terserah mo ngasih berapa.
Bapak
Polisi berpesan supaya aku besok pagi2 ke stasiun, ke Polsuska. Nanti tiket
akan diblokir di sana.
Makasih
Pak. Dan untuk laporan kehilangan tambahan, Ebol yang keesokan hari akan
mengurus. Letak kantor polisi dari paviliunnya dekat.
Pagi2,
jam 7 aku segera berangkat ke stasiun. Menemui bagian penerangan, aku diminta
ke Polsuska. Setelah dari Polsuska baru ke penerangan lagi. Menunggu hampir 1
jam coz katanya petugas jaganya belum datang. Pk.08.15, coz ga enak
meninggalkan kantor terlalu lama, aku kembali ke Polsuska dan diterima Bapak
berpakaian dinas yang ada di sana. Katanya petugasnya memang belum datang, tapi
staf-nya bisa membuatkan. Padahal staf-nya itu tadi yang memintaku menunggu.
Staf muda yang ramah yang mpe berkali-kali kutanya, petugas sudah datang atau
belum, dia tetap menjawab dengan sabar dan penuh senyum biarpun aku terlihat
sangat tidak sabar. Hohoho....
Aku
diminta ke bagian KSB (Kepala Stasiun ......) yang ruangannya ada di ujung
sebelah kiri pintu masuk stasiun pintu selatan, untuk minta di-print-kan tiket.
Petugas
KSB menanyakan surat pengantar dari Polsuska. Aku bingung.
“Lho
Pak, tadi saya dari sana katanya langsung diminta ke sini, minta di-print-kan
tiket, baru nanti ke sana lagi.’
‘Tidak
bisa mbak. Ini soalnya sudah nge-print tiket. Harus ada pengantar dari sana.’
‘Tapi
saya tadi dari sana katanya suruh langsung ke sini. Saya di sana sudah nunggu
lama lho Pak, udah dari jam 7 tadi.’
Akhirnya
si bapak masuk ke ruangannya dan menelepon Polsuska. Bapak itu meminjam KTP-ku,
menanyakan tiketku dan segera memprintkan untukku. Tiket pp semuanya atas
namaku.
‘Ada
biaya ga Pak?’
‘Oh
nggak mbak. Ga ada.’
‘Makasih.’
Di
saat aku keluar dari pintu, terpikir untuk mencheck print out tiket yang
di-prinr di kertas continuous form warna pink dengan tulisan yang sangat kecil2
tapi masih terbaca olehku.
Tiket
Bandung-Yogya, Executif 2.
OMG.....
Ini tiket yang dipakai temanku. Tiket yang ini tidak ilang. Hadeeeuuuh. Salah
blokir dah.
Aku
segera kembali ke KSB. Minta di-check ulang. Yang sudah terlanjur diblokir
sudah tidak bisa dicancel. Katanya tidak apa2. Bapak itu mungkin rada kesel
juga ya harus kurepotin lagi.
‘Tadi
kenapa mbak-nya ga bilang klo ada tiket yang sama.’
“Maaf
Pak.’
Cukup
lama bapak itu mencari namaku di Executif 1. Katanya dilist-nya tidak ada
namaku. Hadooooh.
Aku
diminta check sendiri. Di Executif 1 tidak ada namaku. Di Executif 2 ada namaku
tapi itu tiket yang salah blokir tadi.
Puyeng
dah.
“Atau
di Executif 3 ya Pak? Saya lupa.’
Dan
untunglah ada. Ternyata yang benar waktu itu aku dapat Executif 3. Seingatku
pokoknya beda gerbong ma tiket yang dipake temanku.
Beres
sudah. 3 tiket atas namaku diblokir. Aku diminta nanti 1 jam sebelum
keberangkatan baik di Bandung maupun di Yogya untuk ke KSB dulu minta
di-printkan tiket dengan membawa kertas pink print out tiket dan surat
pengantar dari Polsuska.
Waktu
kutanya jika nanti ternyata tiketku dijual ke orang lain gimana, katanya tiket
sudah tidak mungkin dikembalikan ke loket coz sudah dibekukan jadi sudah pasti
akan ditolak, tetapi jika nanti ternyata ada dua tiket dengan no tempat duduk
yang sama, posisiku lebih kuat coz tiket atas namaku, sesuai dengan kartu
identitasku, dan aku ada surat pengantar kehilangan. Kalau yang terjadi seperti
itu malah jadi bisa ditelusur siapa yang nyuri tiketku.
Aku
segera diminta kembali ke Polsuska untuk dibuatkan pengantar kehilangan.
‘Makasih
Pak, maaf sudah merepotkan.’
Aku
segera kembali ke Polsuska. Sampai di sana, petugas sudah ada, bukan lagi
staf-nya. Bapak itu meminjam KTP-ku. Menunggu sebentar surat sudah jadi.
‘Ini
mbak. Nanti ini harus dibawa ya. Untuk pengantar waktu print tiket.’
‘Biaya
administrasinya Pak?’
‘Oh
ga usah. Ga ada biaya kok.’
‘Hehe.
Makasih Pak.’
Lega.
Jadi mudik saia.......
Senangnya.......
^_^
Sampai
kantor aku baru ngeh kalau tadi bagian penerangan berpesan supaya dari Polsuska
aku diminta kembali ke penerangan.
Tapi
sepertinya tidak perlu ke sana lagi coz urusanku sudah beres.
Pelajaran
yang bisa diambil:
-Jika
membeli tiket untuk perjalanan yang waktunya masih lama, sebaiknya pesan online
supaya ada bukti pembayarannya. Bukti pembayaran sebaiknya difotocopi karena
struk ATM tintanya tidak tahan lama. Jika pesan langsung ke loket, sebaiknya
tiket difotocopi. Fotocopian tiket disimpan di tempat terpisah, jangan
disatukan dengan tiket. Atau kalau terlalu ribet untuk fotocopi, catatlah no
gerbong dan no tempat duduk.
-Biasakan
pesan tiket dengan nama sesuai kartu identitas. Mengisi form isian dengan data
lengkap dan jelas. Hehe biasanya aku malas menulis, suka nulis
sesingkat-singkatnya dengan tulisan ceker ayam, yang penting bisa kebaca. Lain
kali ga lagi deh.
Apalagi
sekarang untuk meminimalizir calo, PT KAI melakukan pemeriksaan di depan pintu
masuk, nama di tiket harus sesuai dengan nama di kartu identitas. Nah loe....
-Aku
jadi tahu apa yang harus dilakukan jika tiketku hilang.
-Simpan
tiket baik2. Kalau sampai ilang bakal pusing dan repot sendiri kayak saya. Hahaha.....
Oh
ya, kalau pengin ngurus2 di kepolisian tidak kena biaya, jangan pernah nanya,
“Biaya
administrasinya berapa?’
Atau
‘Ada
biaya ga ya Pak?’
Dengan
PD aja nerima surat, bilang makasih kemudian pulang.
Coz
aku pernah melakukannya di Polsek Yogya waktu mengurus kehilangan ATM. Saking
paniknya jadi ga sempet nanya biaya. Hahahaha.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar