November 10, 2012

DICOMBLANGIN


Aku suka heran, orang teh seneng banget nyomblang2in. Mungkin pada ngerasa aku ga mampu mencari jodoh sendiri hingga bikin orang2 gemez n berusaha nyomblangin. Hehehe.... aku menghargai maksud baik kalian, tapi aku
sampai saat ini merasa belum perlu dicomblangin. Entah kenapa aku merasa nyaman dengan kesendirianku sekarang dan sama sekali ga memasang target kapan harus menikah. Sepertinya sendiri not bad. Bebas berekspresi. Hahahaha......

Menikah?
Aku dulu pengin menikah muda. Di usia sekitar 25 tahun. Tapi yang terjadi, aku masih suka main dan berpetualang. Aku masih belum pengin terikat. Hingga akhirnya ngelantur mpe memasuki kepala 3. Tapi entah kenapa aku selalu ga ngerasa sudah kepala 3. Rasanya masih kepala 2 dan rasanya dari dulu fisikku ga ada perubahan yang berarti. Masih tetap sama kayak dulu. Mungkin itu yang bikin aku ngerasa masih kepala 2 terus. Hanya saja tiap kali reunian ma teman2 baru kerasa banget aku stuck di tempat. Teman2ku sudah pada punya buntut semua. Mereka sudah dipanggil ‘mama’, ‘papa’. Sudah ada 1,2 atau 3 junior yang mereka miliki. Lambat banget ya saia..... :D

Mengenai dicomblangin, aku jadi inget pengalaman waktu masih SMA. Dulu pernah teman ibuku datang dengan anak cowoknya yang waktu itu sudah berstatus mahasiswa. Aku diminta ibu menemui mereka untuk memperluas tali silaturahmi. Teman ibuku sambil berkelakar bilang kalau mau menjodohkanku dengan anaknya. Hohohoho....
Aku waktu itu memang cukup banyak ngobrol dengan cowok itu yang aku sekarang benar2 sudah lupa baik wajah maupun namanya. Dari obrolan aku merasa omongan cowok itu tinggi sekali, bikin aku tidak respek.

Selang seminggu kemudian, teman ibu dan anak cowoknya itu datang lagi. Meskipun rencana mau menjodohkan itu aku tidak tahu beneran atau cuma sekedar basa-basi, aku sudah ketakutan duluan. Aku memilih pergi dari rumah, maen ke rumah tetangga, ga mau menemui mereka. Dan baru pulang selang beberapa lama setelah kulihat tamu ibu pulang.
Mpe rumah aku benar2 dimarahi ibu.
Hohoho.... tapi aku ga merasa bersalah melakukannya karena benar2 malas harus berbasa-basi ngobrol dengan anak temannya ibu itu. ;D

Di usia 22, saat aku baru benar2 lulus kuliah, dulu ada seseorang yang memang sudah serius pengin menikah yang mencoba mendekatiku. Ibuku bahkan sangat menyukainya dan berharap aku bisa jadi dengannya. Bukannya ga berbakti pada orangtua, melihat orang yang sepertinya bener2 serius, malahan membuatku ketakutan. Belum lagi saat itu ada seseorang yang sudah dewasa menurutku yang memang selisih usianya denganku cukup jauh, tiba2 saja menjadi terlampau perhatian kepadaku yang membuatku malah menjadi ketakutan sendiri. Perhatian yang tadinya kuartikan perhatian kakak kepada adiknya, ternyata itu bukan. Aku baru nyadar saat beberapa teman baikku mengingatkanku untuk berhati-hati. Hohoho..... akhirnya aku memilih kabur ke Bandung.

Di Bandung pun saat itu aku sempat mengalami hal yang sama yang memaksaku akhirnya kabur ke Jakarta selama hampir dua bulan. Itulah yang membuatku sampai saat ini selalu menjaga jarak dengan cowok, ga mau berteman terlalu dekat. Rasanya sungguh sulit jika ada rasa suka di dalam pertemanan. Butuh waktu yang sangat lama untuk menetralisir perasaan. Rasa canggung itu akan tetap ada.

Seseorang yang sudah kuanggap sebagai kakakku pernah dua kali mencoba mencomblangkanku dengan temannya. Yang pertama gagal. Biarpun orang itu sampai tahun keduaku di Bandung masih suka menelepon, biarpun meneleponnya malam2 biar lebih irit, yang selalu kutanggapi datar yang akhirnya membuatnya menyerah.
Yang kedua, aku dicomblangkan dengan seorang cowok tajir yang katanya seiman dan ganteng.
Demi untuk menghargai usahanya, aku mau juga buka fb-nya tapi terlalu gengsi untuk meng-add. Kenapa juga aku yang harus add duluan.... :D
Beruntung fb-nya ga di-protect, jadi aku bisa ngintip2 dalamnya kayak apa.
Emang sih tajir banget dan sudah mapan. Tapi aku jadi benar2 ilfil banget lihat banyak banget foto2nya yang lagi nampang di depan BMW-nya. Oooooh.... tidak!!!!! Kenapa aku jadi ngerasa tuh orang suka pamer ya. Tuhan maafkan aku, sudah men-judge orang sebelum aku benar2 mengenalnya.

Lama2 aku bisa jadi phobia dengan BMW setelah sebelumnya ada seorang mandor proyek yang jelas2 sudah beristri dan dari raut mukanya juga sudah tampak tua, yang entah kenapa mengejar-ngejarku. Suka menelopon siang2 ke kantor mengajakku makan siang. Nitip salam lewat tukang2nya. Menungguku pulang kerja sambil memamerkan BMW-nya. Hohoho... aku benar2 ketakutan saat itu. Mpe kepikirin apa sebaiknya kabur lagi dari Bandung. Pulang kerja aku ga berani sendirian, selalu minta pulang bareng temenku. Beruntung ini tidak berlangsung lama. Sepertinya orang itu kemudian ditugaskan ke luar pulau. Tapi jujur bahkan mpe saat ini aku masih takut ketemu orang ini. Klo bisa menghindar, aku lebih baik menghindar.

Teman kuliahku yang sama2 kerja di Bandung, juga pernah mencoba mencomblangkanku dengan teman suaminya. Sebenarnya aku sama sekali tidak suka dicomblangin. Tapi dia terus saja membujukku untuk janjian ketemu dengannya sepulang dari misa di gereja. Karena aku juga pengin ketemu dia dan anaknya yang sudah lama ga ketemu, akhirnya aku mengiyakan. Ketemu sebentar, salaman - sebut nama, aku terus sibuk dengan anak temenku yang aku bersyukur banget dia mau kugendong. Temenku juga heran, katanya anaknya biasanya ga mau digendong oleh orang yang baru dikenal. Akhirnya cuma ketemu sebentar, aku bersama temanku dan suaminya kemudian jajan baso tahu di kantin gereja. Sudah sampai di situ aja. Ketika temanku menelepon menanyakan, aku bilang ga kenapa2, biasa aja.

Ga tahu kenapa susah buatku untuk menyukai orang. Selalu saja mencari-cari kesalahan. Banyak yang selalu saja protes, ‘Ga ada orang yang sempurna. Aku yang harus belajar menyesuaikan’.

Aku tahu memang tidak ada yang salah. Yang salah jika memaksakan perasaan. Jika suka, semua keburukannya akan tertutupi. Jika tidak suka akan selalu dicari-cari kesalahan, di cari2 keburukannya di mana. Maaf.
Aku tidak suka cowok yang merokok, yang rambutnya ikal. Tapi aku jadi tahu klo cinta itu buta coz pada akhirnya dulu aku pernah menyukai seseorang yang berambut sedikit ikal dan dia merokok. Pengecualian berlaku dalam hal ini. Tidak usah dijelaskan karena sulit dijelaskan. Hahahaha....

Kembali ke topik dicomblangin, bahkan tetangga baruku setelah aku pindah rumah pun saat tahu aku masih single secara otomatis tanpa minta persetujuanku dulu mencomblangkanku dengan seseorang. Tiap kali ketemu selalu saja bertanya,’Gimana?’
Hohoho... karena terus saja didesak akhirnya kujawab, ‘Lihat nanti ya.....’
Jawaban ini membuatnya tersenyum dan tak lagi mendesakku untuk menjawab.
Ya, aku memang tak tahu harus menjawab apa karena aku ga merasakan sesuatu yang special. Sepertinya lebih baik berteman saja dulu.

Coba klo aku tidak single pasti tidak perlu susah2 menanggapi niat baik orang yang mau nyomblangin kan coz mereka jadi tidak perlu nyomblangin....

Susah untuk tertarik pada orang?
Sebenarnya juga bukan karena tinggi kriteria. Kadang2 aku bisa cepat merasa tertarik untuk lebih mengenal seseorang. Tapi setelah berjabat tangan ternyata jabat tangannya tidak hangat, secakep apa pun orang itu, rasa tertarikku bakal berkurang banyak. Juga saat ngobrol terasa garing. Hohoho.... buat jadi teman juga sepertinya ga akan cocok.

Aku suka cowok yang dewasa. Tapi yang terjadi bukan begitu. Aku malah beberapa kali menyukai orang yang kataku kekanak-kanakan yang benar2 bukan tipeku Orang yang aku benar2 ga pengin suka dan mengingkari sampai cukup lama klo aku menyukainya, tapi tetap saja kudapati aku benar2 menyukainya. Dan akhirnya orang itu berhasil membuatku sedih berkepanjangan. Ini akibat menyukai orang yang belum dewasa.... ;p

Mungkin memang kayak aku ini lebih cocok dengan pria yang selisih usianya beberapa tahun lebih tua. Orang yang dewasa, orang yang ngemong, orang yang bisa diajak bertukar pikiran. Tau di mana harus bercanda, tahu di mana saat harus serius. Orang yang hobi travelling dan fotografi. Orang yang wawasannya jauh ke depan. Orang yang hangat dan sayang ma keluarganya. Orang yang begitu menghormati orang tuanya dan pemurah. Orang yang secara finansial boleh dibilang sudah mapan. Orang yang bisa menjawab apa yang kutanyakan dan apa yang pengin kuketahui.
Aku juga heran, tidak semua orang bisa menjawab apa yang kutanyakan, terutama mereka yang sebaya denganku. Ya, karena pertanyaan2ku sangat berbeda dengan cewek2 pada umumnya. Aku akan lebih banyak tanya tentang konstruksi rumah.
Ongkos tukang per hari sekarang berapa ya?
Klo masang pemanas air, lebih bagus yang pake solar system, LPG ato tenaga listrik?
Lebih mahal dan lebih efisien mana pasang kanopi ato bikin dack sekalian?
Hahahaha.... dasar tukang bangunan....

Emang ada orang yang bisa memenuhi semua kriteria itu?
Ada saudara-saudara. Aku pernah beberapa kali menemukannya. Tertarik? Iya, kuakui aku tertarik. Boleh kan mengagumi seseorang. Memotivasi supaya suatu saat mendapat pasangan seperti itu. Tapi sayang saudara-saudara. Orang seperti itu kebanyakan sudah menikah. Ya, orang2 yang sudah berpengalaman menghadapi wanita. Tahu bagaimana harus memperlakukan wanita. Dan untunglah Tuhan Maha Baik. Tuhan memperlihatkan kepadaku bahwa orang itu sudah berkeluarga. So... aku harus menjaga jarak, jangan sampai rasa kagum itu bersemi menjadi perasaan suka.
Dan komen sahabatku yang juga sama2 masih single soal ini,’ kebanyakan orang yang ‘eligible’ sudah ada yang punya nok.’
Hehe.... kita terlambat ya. Hahahahaha......

Tapi mungkin benar, kebanyakan cowok ego dan gengsinya tinggi. Mereka akan merasa senang jika dianggap keberadaannya, jika merasa dia benar2 dibutuhkan dan menjadi pahlawan. Bisa mengajari ceweknya dan dengan gampang menjawab pertanyaan2nya karena pengalaman dan wawasannya jauh lebih banyak. Cowok itu akan merasa dirinya bisa dibanggakan. Karena itu buat seorang cowok kebanyakan sebuah hubungan akan bisa bertahan lama jika usia pasangannya jauh lebih muda.

Buat pasangan cowok-cewek dengan usia sebaya atau malahan lebih muda cowoknya, kebanyakan malah tidak akan bisa bertahan lama. Sulit buat seorang cowok buat menerima kalau ceweknya bisa melakukan apa2 sendiri tanpa memerlukan bantuannya atau tanpa mengajaknya bertukar pikiran karena si cowok selalu saja tidak bisa menjawab pertanyaannya. Sedang si cewek karena merasa bisa melakukan sendiri, jadi bakal melakukan apa2 sendiri.

Untuk cewek sendiri dia membutuhkan figur seorang kepala keluarga. Seseorang yang bisa memimpinnya. Dan itu bisa diperolehnya dari seseorang yang lebih tua yang mempunyai lebih banyak pengalaman. Dengan seseorang yang lebih tua, si cewek akan memiliki rasa hormat kepada si cowok dan ada rasa sungkan. Ini yang bisa bikin hubungan bertahan lama. Ada rasa membutuhkan dan dibutuhkan.

Melihat wanita2 karir di sekelilingku dengan usia di atas kepala 3 dan kepala 4 yang sampai saat ini belum menikah dan beberapa memang tidak ingin menikah, mereka memiliki ego yang tinggi. Mereka cukup pintar dan sudah mapan secara finansial. Smart dan tuntutannya tinggi. Susah untuk menemukan orang yang bisa mengimbangi mereka.

Tapi melihat orang2 zaman dulu yang dijodohkan oleh orang tua ternyata bisa awet sampai kakek-nenek. Ya, mereka tidak neka2. Nrima apa anane. Tidak menuntut, mau menerima apa adanya.

Soooo....
Introspeksi diri saja. Akunya yang susah, atau orang lain yang susah? :D

Tapi jujur aja, di usia kepala 3 ke atas, itu jauh lebih susah buat cewek. Klo kenalan ma cowok jadi bertanya-tanya, usianya berapa ya? Ga tau kenapa sekarang banyak cowok2 kepala 2 yang mukanya tampak jauh lebih tua dari usianya. Wajah bisa menipu saudara2. Hahahahaa... ini yang bisa membuatku dan teman2ku sukses ketawa ngakak saat saling curhat ada berondong yang coba mendekati kita.

Just let it flow.
Jujur untuk sekarang ini aku sangat menikmati kesendirianku. Bahkan kadang2 terpikir untuk menjadi single parent dengan mengadopsi anak.
Entah sampai kapan aku memutuskan untuk terus sendiri aku juga tidak  tahu.
Yang jelas sampai aku ketemu dengan seseorang yang bisa membuatku berubah pikiran. ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar