Mei 15, 2011

JOGJA – SOLO >>>>> EXPRESS

Wednesday, May 4, 2011

Liburan Paskah kali ini, yang rencananya Kamis pagi mau jalan2 ke Solo terpaksa batal coz Dhex yang tadinya hari Kamis dinas ke Solo ternyata batal. Dan aku yang sudah berjanji ke atasanku membawakan oleh2 abon sapi pedas Varia ke atasanku, akhirnya hari Sabtu membujuk dedekku supaya mau menemaniku ke Solo naik Pramexs. Hohoho... akhirnya dia mau menemaniku. Tidak tanggung2, sekalian ditemani ma 3 orang famili Dhex. Jadilah kita ber-5 nguprex-uprex Solo.

Sabtu pagi, 23 April, kita janjian naik KA Pramexs pukul 08.35 dari Stasiun Tugu. Aku n Week yang terburu-buru dari rumah coz motor Dhex pake acara macet segala. Terpaksa menyandera motor Nick. Baru mpe stasiun 5 menit sebelum KA berangkat. Dewi, Intan n Ana, belum nongol2 juga mpe KA berangkat. Pramexs tujuan Solo berikutnya pk.09.30. Alamak lamanya. Dan untunglah ada KA Madiun Jaya jurusan Madiun yang menyelamatkan kita. Berangkat pk.08.45. Dewi, Intan, n Ana yang baru kukenal hari itu lari2 ke arah kita yang harap2 cemas di depan loket 5 menit sebelum KA berangkat. Hayuuuu buruan......

Pertama kalinya naik KA Madiun Jaya. Kereta api listrik yang masih baru. Tampak bersh dan menyenangkan. Untunglah hari itu kereta tidak terlalu rame jadi kita bisa bebas memilih tempat duduk. Kereta tidak ber-AC, jadi di dalam kereta lumayan terasa gerah. Pk.09.30 sampailah kita di stasiun Purwosari n then mulailah perjalanan kita di Solo.

Sejak awal kita memang berniat naik Trans Solo. So tak kita hiraukan becak2 yang menawarkan tumpangan. Becak2 cantik yang di-cat serba biru by XL dan serba merah by kartu As. Cantik juga.
Akhirnya kita duduk manis di dalam bus Trans Batik Solo. Adem. Betah di dalam bus. Dengan membayar Rp.15.000,- untuk 5 orang, kita turun ke tempat tujuan kita sejak awal, Pasar Gedhe. Di sini aku cuma pengin hunting babi pikul (*maaf, tidak halal*). Makanan yang sudah sejak lama aku penasaran banget coz teman2ku yang asal Solo selalu membuatku pengin merasakan kenikmatannya. Berkat pertolongan bapak tukang parkir, akhirnya kutemukan babi pikul ini. Lumayan antree. Dimakan digado tanpa nasi. Hmmmm..... enak.
Aku yang sejak awal sudah diwanti-wanti temanku untuk menanyakan resepnya, akhirnya bisa juga mendapatkan gambaran resepnya dari yang membuatnya langsung. Daging dibacem terus ditiriskan. Kuahnya ternyata dari air baceman. Sedang sambalnya merupakan sambel bawang yang dikukus. Hehehehe... ntar nyoba bikin sendiri ah.
Harganya pun murah banget. Rp.5.000,- per porsi. Akhirnya aku n Nana ngebungkus juga buat dibawa pulang.
Tak lupa mengajak si Bapak berfoto bersama. Hehehehe......

Belum cukup kenyang, kita beralih berjalan menuju Timlo Sastro yang masih di area Pasar Gedhe. Berada di pojokan sebelah timur klo aku ga salah arah. Hehe. Di sini baru makan pake nasi. Coz ga mau terlalu kenyang akhirnya pesan 2 porsi Timlo Komplit dengan minum masing2 1 gelas. Aku yang dapat recommen es beras kencur, akhirnya pesan minum es beras kencur. Segarnya....

Panas yang amat sangat. Aku sudah pasrah mau gosong juga biarin. Ga mau bersusah payah pake jaket atau topi. Yang tadinya memutuskan mau langsung ke kraton jalan kaki, akhirnya men-stop taxi yang lewat dengan bantuan mas2 tukang parkir. Umpek2an berlima dalam 1 taxi. Nego dengan Bapak sopir, mau mengantar kita sekalian ke Orion untuk belanja oleh2 dan kebetulan di sana juga ada abon Varia, akhirnya dengan membayar Rp.20.000,- diantarlah kita ke Orion dan kraton.

Di kraton daripada kaya orang ilang ga tahu apa2 akhirnya kita menggunakan jasa guide yang ga mau memasang tarif. Katanya terserah kita saja. Mas2 yang lumayan cerewet dan baik hati plus mau dimintain tolong motoin kita. Hehehe makasih.
Memasuki area dalam kraton ternyata tidak boleh memakai sandal. Selamatlah Week yang hari itu memakai sepatu. Dan aku yang pake sendal jepit terpaksa harus nyeker, meninggalkan sendal jepit unguku di rak sepatu. Dan belanjaan kita yang lumayan banyak dari Orion, untung bapak2 abdi dalem di depan pintu mau dititipin. Baik banget. Terimakasih.

Dari kraton kita ga tergoda oleh rayuan bapak2 tukang becak yang mau mengantar kita ke pasar Klewer dan melihat kebo bule yang biasa buat upacara2 kraton. Kita putuskan jalan kaki menantang matahari yang tengah terik. Dan seperti sebelum2nya. Rasa dehidrasi. Tergoda melihat orang jualan dawet Bagus. Akhirnya kita mampir jajan dawet dan lotis. Hehehe....
Ternyata tak perlu berjalan kaki jauh, kita sudah sampai di Pasar Klewer. Tapi olala... terlambat. Tengkleng gapura Klewer yang kita datangi secara khusus sudah habis. Penjualnya baru berkemas-kemas mau pulang. Ya, tengkleng ini laris manis. Pk.13.00 dia baru menggelar jualannya, waktu itu kita sampe pk.14.30 ternyata sudah habis. Ya sudah deh. Dan kita dikasih tunjuk tengkleng di Jokteng yang katanya juga ga kalah enak.

Kita putuskan untuk melanjutkan perjalanan ke PGS (Pasar Grosir Solo) yang pk.17.00 di area depannya digunakan untuk Galabo (Galadak Langen Bogan). Di situ bisa kita jumpai 70 macem kuliner terkenal di Solo. Aku pernah merasakannya Lebaran 2 tahun yang lalu.
Di PGS coz kecapean n gerah yang amat sangat, akhirnya kita ga betah berlama-lama di sana. Melanjutkan perjalanan menuju tengkleng Jokteng coz pengin nyoba tengkleng Solo tu kayak apa. Sebelumnya aku pernah nyoba tengkleng ala Pak Gino di Bandung.
Tengkleng dijual per porsi Rp.15.000,- belum sama nasi. Buatku tidak terlalu istimewa coz aku tidak suka tulang-belulang, sedang tengkleng didominasi oleh tulang-belulang. Rasanya hampir kaya gulai.
Selesai sudah jalan2 kita akhirnya men-stop taxi menuju Stasiun Purwosari, back to Jogja.

Dan malangnya kita kembali ketinggalan KA Pramexs tujuan Jogja. Pas kita turun dari taxi, terdengar bunyi peluit pertanda keberangkatan kereta. Terlambat dah. Pukul. 16.22 teng, kereta melaju menuju Yogya.
Akhirnya merelakan membeli tiket Pramexs berikutnya, menunggu lama, baru berangkat pk.18.15.
Duduk di tepian rel ditemani angin yang berhembus semilir, kita menunggu KA kita. Week yang ga sabaran memutuskan naik bus ke Yogya. Barangnya yang lumayan berat dititipkan ke aku. Dan kita yang ga sabaran menunggu KA Pramexs, akhirnya memutuskan jadi penumpang gelap di KA ekonomi jurusan Jakarta.
Ow ow ow.... KA penuh sesak. Dewi sudah ga kuat. Bajunya mpe basah kuyup oleh keringat. Kondisi seperti ini membuatku sedih. Ternyata Indonesia masih seperti ini. Kesenjangan sosial yang begitu tinggi. Rela pana berdesak-desakkan demi sebuah tiket murah. Ada beberapa bayi yang kulihat tetap bisa tidur nyenyak meskipun dalam kondisi seperti itu. Mungkin si bayi sudah terbiasa prihatin sejak lahir. Tapi kasihan juga.
Sempat terbakar emosi tapi aku masih bisa menahan diri. Pedagang2 yang tak juga mau mengerti. Bolak-balik menjajakan dagangannya. Dalam kondisi saling berhimpitan tetap memaksa masuk. Ow ow klo mpe nasi ayamnya tumpah gimana. ‘Lanting-lanting!!!!. Bakpia-bakpia!!!!. Nasi ayam... Nasi ayam!!! Tak henti2nya teriakan yang membuat suasana makin panas. Mana ada bapak2 yang dengan tega lewat membawa dos besar yang sudut dosnya mengenai jidatku. Duuuh sakitnyaaaaaa...... Minta ampun dah.

Dan yang benar2 membuatku ketawa isi sms Week. Dia bilang akhirnya bersama Week kembali ke Stasiun Purwosari, naik KA Prameks pk.18.15. Coz menunggu bus di tempat yang salah akhirnya tidak dapat bus. Dan akhirnya mpe di Jogja duluan kita. Hohohoho....

Akhirnya pukul 19.30 sampai juga di stasiun Lempuyangan. Terpaksa rame2 naik taxi membayar Rp.20.000,- ke Stasiun Tugu coz motor kita titipkan di sana. Aku yang sedianya mau pulang naik taxi, akhirnya berkat kebaikan hati saudara2 baruku yang mereka tidak mengijinkanku naik taxi, mereka rela berhujan-hujan mengantarkanku ke rumah. Thanks so much Dewi, Intan Ana. You’re really my sister. Ana mpe merelakan helm-nya untukku. Dia make topi pet-nya.

Coz pada kelelahan yang amat sangat, akhirnya semua batal ikut misa Paskah malam itu. Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, akhirnya ikut misa Paskah Pagi.

Pokoknya liburan Paskah yang tidak akan terlupakan.
Sauna di kereta..... hahahaha.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar