Mei 15, 2011

WAJAH YANG SEMAKIN MENUA

Tuesday, March 10, 2011

Sore itu adalah hari malam serah-serahan dedeku. Oleh dedeku yang paling kecil aku diminta mendandani ibuku supaya tidak tampak kontras dengan adikku dan calon besan yang dandan di salon. Mereka mengenakan kain, kebaya dan rambut di sanggul sedang ibuku pakai setelan batik biasa. Sungguh tidak matching ya. Ayah-ibuku baru memutuskan mengenakan busana Jawa keesokan malam saat malam midodareni.

Sejak pagi tamu datang tak henti2nya. Aku tahu ayah-ibuku sebenarnya lelah, tapi mereka harus tetap menunjukkan roman muka ramah dan bersahabat kepada tamu-tamu dan keluarga besar yang berdatangan ke rumah.
Saat mau mendandani ibu, di kamar, ibuku hanya diam dan diam.
‘Kenapa? Ibu pusing,’ tanyaku.
‘Cape,’ hanya itu yang dikatakan ibu dan ibuku terlihat begitu uring2an.

Kuambil seperangkat peralatan make-up-ku dan olala.... eyeshadow, mascara, blush on, semuanya ketinggalan di Bandung. Ya sudah pakai peralatan seadanya.
Meskipun baru saja mandi, Ibuku tampak berkeringat. Sepertinya ibu masuk angin.
Kulap peluh di dahinya dengan tissue dan kemudian kuoleskan alas bedak di wajah ibu.
Aku kaget mendapati wajah yang sungguh jauh berbeda dengan wajah ibu dalam bayanganku.
Terakhir kali kulihat ibu, wajahnya masih tampak segar. Kalau aku sedang berjalan beriiringan dengan ibu pasti banyak yang bilang kayak kakak-adik. Hehehehe
Sedangkan wajah di depanku terlihat begitu banyak keriput. Tampak kusam dengan flex2 hitam yang mulai bermunculan.
‘Apakah benar ini ibuku?’ Aku tak percaya dengan penglihatanku. Sedih melihatnya. Biasanya ibuku begitu peduli dengan perawatan wajah dan penampilannya. Kenapa sekarang jadi begitu berbeda?
Tanpa banyak kata kulanjutkan mengoles alas bedak untuk menutupi flex2 di wajah ibu.
Aku yang turut andil menciptakan semakin banyak keriput di wajah ibu. Aku banyak membebani pikiran ibu dengan segala permasalahanku yang ga bisa kusembunyikan darinya. Selalu saja aku membuatnya khawatir.
Sampai sekarang aku memang masih belum bisa mandiri dan selalu saja masih bergantung padanya. Maaf ibu.....

Seharusnya di usianya yang sekarang ibuku bisa hidup dengan tenang tanpa dibebani oleh banyak hal yang aku tahu itu sangat berat buatnya. Tapi ibuku tak pernah mengeluh. Tak bosan2nya selalu memberiku dukungan dan semangat.
Terimakasih Ibu.

Kulanjutkan dengan menaburkan bedak tabur dan terakhir kuratakan dengan bedak padat. Tak lupa kuoleskan lipstik warna kesukaanku yang biasa kupakai ke bibir ibu.

Hehehe.... dasar tidak terbiasa mendandani orangtua, ibuku tidak berkenan dengan hasil kerjaku. Dihapusnya lipstik yang berlepotan di bibirnya dengan tissue yang dibasahi penyegar. Diambilnya bedak pribadi ibu, disapukan ulang ke wajahnya, dioleskan lipstik yang biasa dipakainya.

Hehehe... aku cuma tersenyum kecil ga berani berkomentar. Ternyata make up untuk orangtua jauh berbeda dengan yang biasa kupakai. Make up-ku warnanya terlalu natural, membuat wajah ibu terlihat pucat. Hehe... maaf.

Sejak hari itu aku berjanji. Aku akan berusaha menjadi anak yang berbakti. Tidak akan membuatnya sedih lagi.
Tapi satu hal aku belum bisa memenuhi harapannya.
Membawa pulang calon menantu.
Sabar ya bu. Hehehe.......
Love u mom. so much.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar