Mei 15, 2011

TRACKING TO GOA JEPANG, GOA BELANDA & CURUG OMAS

Monday, March 28, 2011

Niat pengin rame2 jalan2 ke goa Jepang dan goa Belanda sebenarnya sudah sejak tahun kemarin. Tapi yang namanya mencari waktu yang banyak di antara kita semua pada bisa itu susahnya minta ampun. Akhirnya terealisasilah jalan2 kita pada hari Minggu, 27 Maret 2011.
Rencana berangkat dari kost pagi2 pk. 06.00 – 06.30 biar ga macet n ga panas buyar sudah gara2 nunggu si Onta yang baru mpe pk. 8 kurang dikit. So pk.08.00 barulah kita beriringan 4 motor berangkat. Rombongan berangkat tanpa Dewot yang harus kerja n Tiut + Babon yang pada males bangun pagi.

Terjebak macet di Jl. Braga dan Jl. Viaduct membuat perjalanan kita lumayan lama, 1jam perjalanan, pk.09.00 kita baru memasuki area parkir Tahura (Taman Hutan Raya) Ir. H. Djuanda.
Dengan membayar tiket masuk per orang Rp.7.500 + premi asuransi Rp.500,- dan bea masing2 kendaraan Rp.5.000,- akhirnya kita pun memulai tracking kita.

Tujuan pertama kita adalah goa Jepang. Berjalan menyusuri jogging track, dengan udara yang segar, bersih dan lumayan dingin serta cuaca yang agak mendung membuat perjalanan kita terasa menyenangkan. Dalam 15 menit kita sudah nyampe ke goa Jepang. Goa ini di dalamnya sangat gelap. So sebaiknya klo niat mau ke sana harus bawa senter. Klo ga di sana ada yang menawarkan jasa sewa senter @Rp.3.000,- tapi cahayanya tidak terlalu terang. Aku yang dari rumah bawa 2 senter, yang satu senter kecil dijepit di topi, satu lagi senter pegang biasa. Sayangnya senter pegangku tiba2 aja ngadat ga biasa dipake. Akhirnya coz senter kita yang cuma 3 kurang mencukupi, kita sewa lagi 3 senter.
Sebaiknya klo memasuki goa Jepang minta diantarkan guide coz suasana yang benar2 gelap dan spoky.
Buat saran, sebelumnya buat kesepakatan harga dulu dengan guide. Mau diantar ke goa Jepang aja atau sepaket dengan goa Belanda dan curug Omas. Klo ga ada kesepakatan dulu bisa2 anda akan terkaget-kaget dengan tariff yang diminta sang guide. Hohohoho…..
Kemarin karena kurang perhitungan kita kena tariff Rp.50.000,- untuk diantar ke 2 lokasi yaitu Goa Jepang dan Goa Belanda. Seharusnya tariff bisa kurang dari itu. Tarif ini pun sudah ditawar, tadinya untuk 2 lokasi, guide minta Rp.60.000,-

Goa Jepang ini dibuat oleh Jepang pada tahun 1942 melalui kerja rodi. Keseluruhan goa baik dinding maupun lantainya terbuat dari batu. Karena benar2 gelap, goa ini terasa begitu pengap. Goa ini benar2 terasa spoky. Katanya tempat ini memang lebih spoky dibandingkan goa Belanda yang banyak ventilasinya, sering dipakai untuk acara uji nyali. Dulu penerangan goa menggunakan lampu petromax.

Keluar dari goa Jepang, kita melanjutkan perjalanan ke goa Belanda. Jarak ke goa Belanda dari goa Jepang tidak jauh, hanya sekitar 800m. Dengan diantar guide, tanpa terasa kita sudah sampai ke goa Belanda.
Goa ini didominasi oleh warna putih. Dinding goa terbuat dari batu bata yang sudah disemen dan dicat putih. Lantai goa merupakan lantai semen. Goa ini masih asli, sama sekali belum direnovasi. Bangunan hasil karya Belanda memang terbukti kualitas dan kekokohannya. Meskipun dibangun tahun 1910, goa ini masih tampak kokoh berdiri.

Kita tidak memerlukan penerangan sebanyak di goa Jepang. Goa Belanda ruang dalamnya lebih luas dan lebih tinggi dibandingkan goa Jepang. Saat terjadi peralihan kekuasaan dari Belanda ke Jepang, goa ini pernah menjadi tempat persembunyian sementara tentara Jepang sebelum mereka membangun goa Jepang. Penataan ruang dalamnya benar2 sudah terkoordinir. Ada ruang interogasi, ruang penjara dengan ventilasi yang amat kecil, hanya berupa kotak kecil seukuran buku tulis. Huwwwffff… bisa dibayangkan betapa pengapnya. Tapi ruang penjaranya masih lebih luas dibandingkan dengan penjara di goa Jepang yang hanya bisa dimasuki dengan membungkukkan badan. Ruangan dalamnya pun amat sempit.Betapa menyedihkan ya keadaan tawanan yang dipenjara di sana dulu.

Goa Belanda mempunyai ruang khusus untuk komunikasi. Masih ada besi2 tatakan alat komunikasi yang terpasang. Juga masih ada besi2 kaitan untuk saluran listrik coz dulu Belanda memang membangun PLTA sendiri. Di jalur utama terdapat jalur rel yang dulu dipake untuk lalu lintas lori, kereta pengangkut bahan makanan, senjata dan amunisi. Dengan menyusuri jalur lori ini, kita akan keluar ke jalan yang mengarah ke goa Jepang.
Begitu memasuki goa Belanda yang terasa di kulit desiran angin yang sangat dingin serasa AC alami. Tidak tahu angin dari mana, sepertinya angin dari luar yang dipantulkan oleh dinding goa. Ruang dalam yang pernah dipake untuk uji nyali di goa Belanda adalah ruang interogasi.

Aku sempat bertanya ke manakah barang2 peninggalan Jepang dan Belanda kok sama sekali tak ada yang bersisa. Katanya memang tidak banyak barang2 yang tertinggal. Semuanya diangkut oleh tentara Belanda dan Jepang. Ada beberapa benda yang tertinggal, tapi kemudian benda2 itu disimpan sebagai koleksi museum.

Pk.10.15 kita berpisah dengan guide dan dengan semangat 45 memutuskan untuk lanjut tracking ke curug Omas. Ini benar2 di luar rencana kita yang sejak awal hanya berniat ke goa Jepang dan goa Belanda saja. Jarak 5km dengan waktu tempuh jalan kaki 1 jam atau naik ojek dengan ongkos Rp25.000,-. Oh tidak…… pemborosan dan tidak sehat. Hehehe…. Atau boleh dengan sewa kuda, tidak tahu berapa tarifnya, yang pasti lebih mahal daripada naik ojek.

Pk. 10.30 karena perut kita sudah menuntut minta diisi, akhirnya kita rehat untuk menghabiskan perbekalan kita. Makan…. Makan…. Si Etil yang lagi ga doyan makan memilih pesan jagung bakar n nyomotin makanan kita. Dasar si Etil…

Pk.11.00 kita lanjutkan perjalanan kita yang tiada akhir. Sungguh melelahkan. Jalanan yang menanjak sungguh menguras energi hingga memaksa kita 3x beristirahat sejenak untuk mengumpulkan kembali tenaga. Berkali-kali kita berpapasan dengan rombongan yang dalam perjalanan pulang dari curug Omas. Rata2 mereka berjalan dalam diam, sepertinya mereka kelelahan. Berkali-kali juga kita dilewati mereka2 yang menyewa jasa ojek dan mereka2 yang pada naik sepeda. Hohoho sungguh bikin iri.

Saat istirahat di pos kedua, melihat jam sudah pk.12.00. Sudah 1 jam perjalanan ternyata belum nyampe juga. Waktu tanya ma ibu penjaga warung, katanya kita baru ½ perjalanan. Ouwwww….. tidaaaaak…………

Akhirnya oh akhirnya pk.12.30 sampai juga kita di Curug Omas. Kita musti melewati sebuah jembatan yang dibangun tepat di atas air terjun ini. Melewatinya dibatasi maksimal untuk 5 orang. Jika melebihi kapasitas, jembatan akan terlihat bergoyang-goyang. Si Onta mpe parno dan minta cepet2 ketika 2x bolak-balik terpaksa harus menyeberang. Yang membuat kami agak kecewa, ternyata kita sama sekali tidak bisa main air seperti bayangan kita. Seluruh sisi air terjun dan sungai dibatasi oleh pagar pembatas yang lumayan tinggi. Kita harus berpuas diri memandangi air terjun dari balik pagar saja.

Coz diburu waktu harus segera kembali ke Bandung, pk.13.00 akhirnya kita memutuskan untuk pulang. 1 jam perjalanan by foot again. Hohoho…..
Rute yang sama dengan perjalanan awal kita, hanya sekarang kita harus berjalan menurun. Berjalan di jalanan yang menurun ternyata tidak semudah yang kita bayangkan. Kaki tetap saja cape dan terasa sakit harus menahan berat badan kita. Dengan sisa tenaga dan langkah kaki berat setengah diseret, akhirnya pk.14.15 sampailah kita di area parkir.
Legaaaaa…… N then back to Bandung.
Malamnya harus pada mau merelakan diri menghirup aromaterapi balsam otot geliga plus ekstra mengurut kaki. Antisipasi supaya keesokan hari kaki tidak sakit. Ternyata keesokan pagi kaki masih terasa sakit buat berjalan dan aku memilih untuk tidur sepanjang hari di hari Senin alias bolos kerja coz kondisi badanku yang tidak memungkinkan untuk kerja. Suaraku jadi ilang coz batuk yang semakin parah ditambah kaki terasa sakit buat jalan.
So……. Kapok????????
Tentu tidak. Maybe next time boleh mengulang lagi. Hehehehe…….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar