Mei 15, 2011

SEORANG BAPAK TUA PENJUAL BUMBU DAPUR

Thursday, March 24, 2011

Kemarin pagi ketika berangkat ke kantor di tikungan jalan sekitar 500 m menuju kantorku, kulihat seorang ibu sedang membeli bumbu dapur. Penjualnya seorang bapak tua yang terlihat sangat renta. Jualannya hanya senampi kecil ditaruh di trotoar jalan. Bapak itu duduk di belakangnya sambil memakai caping.
Melihatnya sungguh membuatku terharu. Bapak yang sudah tua tapi masih mau berjuang untuk hidup. Aku lebih menghargai sebuah usaha daripada orang yang hanya minta2 di pinggir jalan tanpa usaha apa pun.
Dan aku berjanji, besok lagi klo ketemu bapak ini lagi, aku akan membeli jualannya.

Keesokan hari, aku berangkat memang sudah mepet banget. Bisa dipastikan bakal telat mpe kantor. Di tempat yang sama kembali kulihat bapak tua ini. Tak ada satu pun pembeli. Ya, memang di tikungan jalan seperti itu apalagi jalanan ramai, orang pasti akan segan untuk berhenti. Apalagi yang dijual hanya sedikit bumbu dapur.
Kuputuskan untuk berhenti sebentar membeli dagangannya. Kulihat hanya seplastik bawang merah besar2 dan bersih yang dijual Rp.10.000,-, bawang putih seplastik yang dijual perkuntum Rp.1.000,-, kunyit, jahe, lengkuas dan kencur dengan ukuran cukup besar yang masing2 dijual Rp.1.000,- per batang untuk yang berukuran kecil dan Rp.2.000,- untuk yang berukuran besar.

Sebenarnya aku termasuk pelit dalam hal berbelanja bumbu dapur. Biasanya aku beli sepaket bumbu dapur Rp.1.500,- minta dilengkapi lengkuas, daun salam, serai, jahe, kunyit dan kencur. Dapat lengkap biarpun ukurannya kecil2. Buatku ga masalah. Demi penghematan dan menjaga agar bumbu tidak terbuang percuma coz jarang2 aku masak.
Aku benar2 bingung mau beli apa. Apalagi sebelumnya aku sudah bikin list panjang ke Konjet yang pagi itu tumben berbelanja ke pasar.
Akhirnya kuambil 2 kuntum bawang putih, 1 batang kunyit, dan 1 batang kencur yang rada kecil. Mudah2an nanti ketika kutelepon Konjet belum jadi beli bumbu2 pesananku.
‘Semuanya berapa Pak?’
Bapak itu suaranya kecil dan serak. Rada susah buatku mendengarkan apalagi banyak kendaraan lalu lalang di depan kami. Yang membuatku terharu, Bapak ini raut mukanya penuh senyum. Benar2 ramah. Ia pun berterimakasih sambil membungkukkan badan ketika aku menyerahkan uang pembayaran.
Ya, berapa pun yang diterimanya disyukurinya.

Setelah sampai kantor, kutelepon Konjet. Dan ternyata semua bumbu sudah dibelinya. Bawang putih sekuntum harganya Rp.2.000,- itu pun kecil2. Hohoho ternyata yang dijual Bapak itu jauh lebih bagus dan lebih murah.
‘Terus bumbu2 ini nanti buat apa ya?’
‘Gapapa Bun, buat stock.’
Hehehehe.......

Wah, nanti klo beli bawang putih ke Bapak itu lagi aja ah, sambil nglarisi jualan si Bapak.
Tetap semangat ya Pak!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar